CINTA SEORANG PANGERAN

Seringai Licik Pangeran Abbash



Seringai Licik Pangeran Abbash

0Mendengar kata - kata ibunya Zarina menjadi terdiam. Ia menundukkan kepalanya dengan wajah sedih karena walau bagaimanapun apa yang dikatakan oleh ibunya adalah benar. Ia adalah seorang wanita tetapi malah tinggal di rumah laki - laki. Ini sama saja seperti melempar kotoran ke wajah orang tuanya. Apalagi di usianya yang sudah cukup untuk menikah Ia masih belum menikah juga. Ia sudah terhitung tua untuk ukuran gadis di negaranya untuk membina rumah tangga.     
0

Alena menatap Nizam, seakan meminta Nizam menjelaskan segala sesuatunya kepada orang tua Zarina. Tapi pikiran Nizam buntu, karena pikirannya sedang diselimuti perasaan cemburu kepada Pangeran Abbash. Cynthia sendiri karena memang orang Amerika Ia kurang memahami bagaimana permasalahan wanita di negara Asia secara mendetail. Melihat Nizam hanya diam saja akhirnya Alena menjawab perkataan Ibunya Zarina.     

"Nyonya Kapoor.. Ini bukan tentang menginap di rumah laki - laki, tetapi ini adalah tentang pertolongan yang Nona Zarina berikan kepada kami. Kami sangat menghormati Nona Zarina dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tidak ada siapapun yang berani bertindak kurang ajar kepadanya. Kami bersedia melakukan apa saja untuk membersihkan nama Nona Zarina." Kata Alena dengan sungguh - sungguh.     

"Apakah ada yang bisa menjelaskan bagaimana mulanya Zarina sampai tinggal di rumah ini? Saya ingin ada penjelasan dari pihak Yang Mulia" Kata Ayahnya Zarina sambil menghela nafasnya.     

Alena melirik ke arah Nizam tetapi Nizam malah memberikan isyarat kepada Alena untuk menjelaskan. Ia tidak mau menjelaskan sendiri kepada orang tuanya Zarina. Ia tidak ingin bicara apapun karena khawatir apabila dia yang berbicara maka Alena akan saling berpandangan mata dengan Pangeran Abbash. Ia lebih baik membiarkan Alena yang berbicara dan Ia yang mengawasi.     

Alena menganggukan kepalanya dan berkata dengan hati - hati.     

'Begitulah Tuan Kapoor. Pada mulanya Nona Zarina ke sini hanya untuk sekedar berbisnis. Kami memerlukan seseorang yang ahli dalam masakan India untuk pesta pernikahan sahabat dan asisten kami. Tetapi kemudian Nona Zarina tinggal di sini untuk membantu kesembuhan adik ipar Saya yaitu Pangeran Thalal yang dijahati orang sewaktu di Korea" Kata Alena sambil melirik Pangeran Abbash dengan mata indahnya.      

Seharusnya ketika ada orang lain menyebutkan kejahatan yang pernah dilakukannya, Orang itu akan bereaksi malu atau ketakutan. Tapi Pangeran Abbash malah tetap tersenyum penuh percaya diri. Ketika Alena meliriknya Ia malah memasukan bibir bawahnya ke dalam mulutnya dan menggigitnya sedikit. Wajahnya kemudian dipalingkan ke arah luar. Alena menggelengkan kepalanya tanda tidak mengerti dengan pria yang paling menakjubkan dalam hidupnya.     

Entah mengapa saat ini Alena tidak bisa membenci pria yang sudah membuatnya menderita berkali - kali. Mengapa saat ini Alena merasa bahwa pria ini akan memiliki keterkaitan yang amat dalam dengannya. Alena merasa bahwa pria yang ada dihadapannya ini akan rela mengorbankan apa saja untuk kebahagiaannya. Tetapi Alena juga kemudian berusaha menghapus firasat itu. Cukuplah suaminya yang ada dihatinya baik kemarin, hari ini atau hari yang akan datang.     

" Apakah Yang Mulia Pangeran Thalal terluka? Anak kami bukanlah dokter. Bagaimana bisa dia menyembuhkan orang lain " Kata Ayahnya Zarina dengan penuh keheranan.     

"Begitulah kalau takdir Tuhan berkata. Tidak ada yang bisa mencegahnya. Nona Zarina ternyata memiliki kemampuan non medis yang dapat menyembuhkan kebutaan Pangeran Thalal akibat tertutupnya cakra penglihatan Pangeran Thalal"     

" Sebentar.. Yang Mulia berbicara tentang cakra ?.. Zarina apakah kau memiliki kemampuan dalam ilmu kebatinan seperti kakekmu? Apakah kau satu - satunya diantara kami yang dianugrahi bakat itu?" kata Ibunya Zarina dangan kaget.     

Zarina menganggukan kepalanya dengan lemah. " Itulah Ayah dan Ibu. Jadi sama sekali tidak benar kalau Aku tinggal di sini untuk menjadi simpanan Yang Mulia Pangeran Thalal. Yang benar adalah Aku membantu kesembuhan Yang Mulia. Dan ketika Aku baru saja hendak pulang dan meminta restu. Ayah dan Ibu malah datang kemari hendak menuntut Yang Mulia Pangeran Nizam yang sudah sangat baik dan membantuku dalam menemukan jati diriku"     

"Meminta restu ? jati diri ? Apa maksudmu?" Ayahnya Zarina tidak mengerti, keningnya berkerut dan matanya menatap tajam pada Zarina. Ia mencoba mengingat bagaimana Alena memberitahukan apa saja yang harus Ia ucapkan dan apa yang tidak boleh Ia ucapkan. Alena mengajarinya pada saat Alena mengepas pakaian Azura kepadanya.     

" Ayah dan Ibu tentu tahu kalau selama ini Aku sangat menyukai pangeran Thalal dan berniat tidak ingin menikah dengan siapapun kecuali dengan Yang Mulia Pangeran Thalal. Dan itu setelah dipikir - pikir terdengar sangat konyol. Pangeran Thalal dan Putri Cynthia adalah pasangan yang saling mencintai jadi tidak mungkin Aku akan berada di antara mereka.' kata Zarina dengan hati yang sangat sakit.     

Ayah dan Ibunya Zarina tahu kalau Zarina memang seperti yang diucapkannya. Sejak sekolah Zarina sangat menyukai Pangeran Thalal.     

"Kemudian Aku tersadar bahwa cintaku bukanlah cinta yang tulus. Cintaku kepada Yang mulia Pangeran Thalal ternyata hanya obsesiku belaka sehingga kemudian Aku jatuh cinta pada saat Jendral Amar melamarku. Jadi Ayah dan Ibu tolong restuilah kami" Kami Zarina sambil tertunduk dan Ia melirik ke arah Amar yang wajahnya sudah merah padam karena tegang.     

Ayah dan Ibunya Zarina tersentak kaget, bagaimana bisa putri mereka meminta izin untuk menikah dengan Jendral Amar disaat mereka sudah menerima lamaran Pangeran Abbash. Ayahnya Zarina menjadi sangat tegang dan berkata dengan suara bergetar.     

"Tetapi sayangku Zarina, bagaimana mungkin kau dapat menikah dengan Jendral Amar kalau Kami sudah menerima pinangan Yang Mulia Pangeran Abbash" Kata Ayahnya Zarina.     

'Tetapi Ayah.. Aku tidak ingin menikah dengan Pangeran Abbash." Kata Zarina dengan kesal. Bagaimana bisa Ia menikah dengan pria yang begitu Ia benci. Ia menyakiti pangeran Thalal dan itu tidak akan pernah termaafkan sampai kapanpun.     

"Kami sudah terlanjur menerima pinangan Pangeran Thalal dan kami tidak mungkin menjilat ludah sendiri. Kami lebih baik mati daripada menjadi orang yang tidak menepati janji" Kata Ayahnya Zarina dengan tegas membuat Zarina menjadi mati kutu dan tidak berani berkata lagi.      

"Aku pikir Yang Mulia Pangeran Abbash tidak akan keberatan kalau Nona Zarina menikah dengan Jendral Amar. " kata Alena tiba - tiba sambil menatap Pangeran Abbash. Mata Pangeran Abbash tampak terbelalak dengan indah. Senyum manis kembali menyungging di sudut bibirnya. Ia mengululm senyumnya bagaikan anak gadis yang baru di lamar.     

" Itu tergantung dari sesuatu.. " Kata Pangeran Abbash kini dengan wajah menyeringai licik tetapi kertampanan wajahnya membutakan mata orang - orang sehingga walaupun wajah Pangeran Abbash sedang menyeringai licik tetapi Ia tetap manis dan lucu.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.