CINTA SEORANG PANGERAN

Suasana Wisuda Yang Kacau Balau



Suasana Wisuda Yang Kacau Balau

0Nizam menolehkan kepalanya ke arah Alena. Ia masih melihat kalau Pangeran Abbash dan istrinya serta Justin tampak masih berbincang – bincang seakan – akan tidak ada masalah. Ia tidak tahu apa yang mereka bicarakan tetapi Ia masih sedikit lega karena dilihat dari wajah Alena Ia terlihat tidak ketakutan. Ini sedikit melegakannya. Ia masih menimbang – nimbang apakah Ia harus maju ke depan untuk mengambil mendali itu atau berjalan menuju kursi Alena dan mengambil Alena dari mereka.     
0

Yang Ia takutkan adalah jika Ia berjalan menuju ke arah mereka. Pangeran Abbash akan melakukan suatu tindakan kepada istrinya. Sedangkan Justin sendiri sama sekali tidak perhatikan oleh Nizam karena Ia tahu kalau Justin itu tidak ada apa – apanya dibandingkan dengan Pangeran Abbash.     

"Apa Yang harus aku lakukan Cynthia ? " Kata Nizam sambil resah. Sebentar lagi Ia akan berjalan ke depan untuk mendapatkan map ucapan selamat atas kelulusannya dan mendali almamater serta simbolis pemindan tali topi toga.     

" Tolong untuk bersabar sedikit lagi.. " Kata Cynthia sambil memegang tangan Nizam. Tetapi Nizam sudah tidak tahan lagi. Bagaimana bisa Ia membiarkan istrinya malah ngobrol dengan Pangeran Abash dan Justin. Ia kemudian berjalan ke arah Alena walaupun namanya dipanggil berkali – kali untuk segera ke depan untuk melakukan prosesi wisuda. Bahkan Ia kemudian berlari ke arah Alena dan bukannya  ke arah depan untuk menjalani prosesi wisuda.     

Pangeran Abbash langsung melihat gerakan Nizam. Ia tahu kalau Nizam sedang berlari ke arahnya dan hendak menyelamatkan istrinya. Ia segera mengenakan masker untuk menyembunyikan wajahnya. Ia lalu langsung berdiri dan menarik Alena untuk mendekat ke arahnya.  Ia mendekap tubuh Alena dengan tangan kirinya sedangkan tangan kanannya mengacungkan senjata yang dirampas dari Justin.     

Alena langsung memberontak, Ia tidak mau dipeluk oleh Pangeran Abbash.  Dan Justin yang pertama bereaksi untuk melawan Pangeran Abbash. Ia ingin menarik tangan Alena dari pegangan Pangeran Abbash tetapi kemudian Ia langsung terjengkang bersimbah darah  di tembak oleh Pangeran Abbash dengan dinginnya. Alena langsung menjerit histeris dan suasana jadi hiruk pikuk.     

" JUSTIIIN !!! " Alena berteriak membuat semua mata memandang ke arahnya. Selain jeritan Alena suara senjata yang meletus juga membuat suasana seketika  menjadi kacau balau. Para penjaga lansung berhamburan ke arah Alena.     

Para Wisudawan langsung berhamburan berlarian ke sana ke mari sehingga suasana menjadi sangat panik. Cynthia terkejut melihat tindakan Nizam. Apa yang ditakutkan benar – benar terjadi. Ketika Ia akan ikut berlari ke arah Alena dengan mengikuti Nizam tiba – tiba seseorang langsung menyeretnya. Ternyata itu Arani. "Yang Mulia jangan ke sana.." Kata Arani sambil menghalau orang – orang yang berlarian dengan panik.  Beberapa orang mulai saling bertabrakan dan ada yang terjatuh kemudian terinjak – injak. Cynthia diseret Arani dan diamankan ke tempat yang jauh dari kekacauan.     

Mereka ketakutan mendengar suara letusan senjata dari Pangeran Abbash. Para pasukan Pangeran Barry yang sedang kebingungan dengan kejadian yang diluar dugaan ini langsung melakukan tindakan dengan melempar bom ke tengah – tengan wisudawan yang berlarian membuat suasana semakin kacau.     

Acara wisuda yang sudah disusun secara berbulan – bulan langsung gagal total. Para jajaran tamu penting dan para dosen serta pejabat universita lansung mengamankan diri. Para Pengawal Nizam bergerak hendak melindungi pangeran Nizam. Ia melihat kemudian beberapa orang bule mulai hendak menghajar Nizam.     

Sebuah pukulan langsung menerjang ke arah Nizam tetapi Nizam langsung menangkap tangan orang yang memukulnya memelintir dan membanting tubuhnya kemudian menghujamkan sikunya ke dada orang itu sampai orang itu langsung tidak berkutik.     

Sebuah tendangan kemudian hendak mendarat ke atas punggungnya tetapi lagi – lagi Ia menangkap kaki itu dan langsung mematahkannya. Orang itu berteriak keras. Suasana yang hiruk pikuk membuat para pengawal Nizam tidak bisa menggunakan senjatanya karena memang selain sulit untuk menembak dengan gerakan orang – orang yang berlarian tak tentu arah serta tidak tahu musuhnya yang mana saja. Para Pengawal Nizam hanya menghajar orang – orang yang menyerang dirinya.     

Para musuh mengenal para pengawal Nizam karena memang wajah mereka sangat khas berwajah Azura Raya tetapi pengawal Nizam tidak mengenali musuh mereka karena memang musuh mereka berwajah bule dan mengenakan pakaian wisuda. Jadi yang mana lawan dan yang mana mahasiswa membuat gerakan para pengawal menjadi kalah cepat.     

Nizam sendiri berkali – kali menghajar orang – orang yang menyerangnya. Tetapi semakin Ia melumpuhkan orang – orang yang menyerangnya tetapi yang menyerangnya semakin banyak. Ia sampai kebingungan bagaimana bisa musuhnya begitu banyak. Bahkan para penjaga yang Ia kenal sebagai penjaga keamanan kampus ikut menyerangnya.      

Orang - orang yang menyerangnya menjadi tidak jelas siapa. pada mulanya adalah orang - orang yang kelihatannya anggota pasukan Pangeran Abbash lalu kemduai penjaga keamanan kampus lalu kemudian para wisudawan ikut mengeroyoknya membuat Nizam menjadi kelimpungan.     

Nizam terus mencoba melawan, Tangan dan Kakinya tidak henti – hentinya bergerak menendang dan memukul atau menangkis orang – orang yang mengeroyoknya. Ia kini tidak dapat melihat Alena lagi. Tubuh Alena tertutupi oleh orang - orang yang mengeroyoknya. Ia juga kemudian mengandalkan Amar untuk melindungi istrinya.     

Tapi kemudian Nizam melihat Edward berlari ke arahnya dan mulai ikut berkelahi dengan semangat tetapi Edward bukanlah seorang petarung jadi ketika Nizam melihat tubuh Edward dalam sekejap sudah babak belur. Ia langsung melotot dan mendengus.     

"Menyingkirlah dari sini. Di sini bukan tempatmu!! Kau bisa mati konyol nanti' Kata Nizam sambil menendang orang – orang yang hendak menghajarnya. Nizam tidak mengerti mengapa orang – orang itu terus menyerangnya. Dan siapa yang menyerangnya apalagi tatapan mata mereka tampak kosong.     

"Kenapa ? Kau takut untuk berhutang budi kepadaku. Tidak usah khawatir Aku bukan orang yang suka perhitungan" Kata Edward dengan santai walaupun kemudian beberapa tendangan dan pukulan mendarat di tubuhnya.     

Edward sama sekali tidak memperdulikan kata – kata Nizam. Ia malah merebut sebuah pentungan dari seorang penjaga dan mulai menghajar mereka. Edward ingin sekali berlari ke arah Alena tetapi melihat Nizam dikeroyok banyak orang Ia tidak bisa membiarkannya begitu saja. Ia harus membantu Nizam menghajar para pengeroyok itu.     

Selain Edward, Jonathan yang duduknya di barisan paling ujung di jurusan Hukum tampak tidak tahu permasalahannya apa. Yang ia tahu adalah suasana berubah menjadi begitu hiruk pikuk pada saat akan ada pengalungan mendali dan pelaksanaan prosesi wisuda. Jonathan yang mencari - cari istrinya, melihat Amar sedang dikeroyok juga jadilah Ia membantu Amar. Ia juga berusaha menolong Alena dengan mendekatinya tetapi entah mengapa selalu ada orang - orang yang bergerak menghalanginya.     

Sesakti – saktinya orang kalau dikeroyok dengan jumah orang yang puluhan sekaligus dengan pandangan kosong dan tidak mengenal takut, Nizam menjadi ikut kewalahan. Ia bahkan tidak bisa memukul di titik yang membahayakan karena orang – orang itu sepertinya memang di bawah kendali seseorang.     

Pangeran Abbash melihat situasi menjadi kacau tidak terkendali. Ia lalu menotok titik akupuntur Alena yang terus meronta – ronta,  sehingga Alena menjadi lemas. Ia melihat Amar berusaha mengejarnya tetapi lagi – lagi sama halnya dengan Nizam. Segerombolan orang – orang langsung menyerangnya. Pangeran Abbash melarikan diri dan segera keluar dari gedung wisuda dengan Alena digendongannya. Ia memasukan Alena ke dalam mobil yang sudah disopiri oleh seseorang dan mobil melesat meninggalkan gedung wisuda yang kacau balau.     

Begitu Pangeran Abbash pergi mendadak orang – orang yang begitu banyak menyerang Nizam, Amar dan Arani seperti kembali kesadarannya. Mata mereka tidak kosong lagi dan mereka mulai kebingungan.     

Nizam langsung sadar kalau mereka sebenarnya tidak bergerak berdasarkan dirinya sendiri tetapi jiwa mereka dikendalikan seseorang. Dan itu sudah jelas adalah pangeran Abbash. Siapa lagi yang memiliki ilmu aneh - aneh seperti itu kalau bukan pangeran gila itu. Setelah pengeroyoknya menghentikan perkelahian maka Nizam segera Berlari ke arah Alena tetapi belum juga Ia berlari tiba – tiba terdengar suara letusan senjata menyalak tepat di belakangnya. Dan suara pekikan terdengar diikuti tubuh yang roboh terjerembab.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.