CINTA SEORANG PANGERAN

Mengapa Kau lakukan itu Edward ?



Mengapa Kau lakukan itu Edward ?

0Tubuh itu terjerembab ke arah punggung Nizam yang membelakanginya karena akan mengejar Alena. Nizam berbalik dan Ia langsung merangkul tubuh yang ambruk ke dalam pelukannya.     
0

"EDWARD !!.... " Nizam langsung duduk dan memangku kepala Edward.     

"Panggilkan ambulan..!! " Teriak Nizam membuat orang – orang  semakin panik. Nizam sudah tidak perduli lagi dengan sekitarnya karena melihat darah yang  mengalir keluar dari tubuh Edward membasahi pakaiannya dan kemudian membasahi telapak tangan Nizam. Nizam berusaha  menghentikan aliran darah dari dada Edward. Ia masih tidak mengerti apa yang terjadi karena posisinya tadi membelakangi kejadian.     

 Orang yang menembak Edward langsung tercengang melihat siapa yang terkena tembakannya. Seseorang lantas menerjang orang yang menembak Edward dan memukulnya dengan tinjunya. Orang itu langsung terjengkang jatuh bersamaan senjata yang ditangannya. Mukanya pucat.     

"Robert !! Kau gila.. Kau gila !! Mengapa kau membunuh, Edward. Dia anaknya senator Anderson. Bukankah kau tahu kalau Pangeran Barry  mengatakan untuk tidak menyentuhnya sedikitpun. Kau malah membunuhnya" Orang itu berteriak sambil mencengkram kerah bajunya.     

"Ramy.. Aku tidak berniat membunuhnya.. Aku hanya ingin menembak Pangeran Nizam tetapi Edward  malah menerjang menghalanginya. Dia menjadikan tubuhnya sebagai tameng Pangeran Nizam. Dia berdiri sambil merentangkan tangannya. Dia membunuh dirinya sendiri untuk menyelamatkan pangeran itu. Aku tidak bersalah.. aku tidak bersalah.." Kata orang itu dengan panik dan muka pucat.     

Tetapi kemudian Ramy mengambil senjata yang Ia pegang dan menembak Robert sampai mati. Setelah menembak Robert, kemudian Ramy mengarahkan senjatanya ke arah Nizam yang sedang  duduk memunggunginya sambil  memangku Edward. Ia berniat menembak Nizam dari belakang. Tetapi lagi – lagi  Edward melihatnya, dengan sisa tenaganya Ia membalikkan tubuhnya dan kembali melindungi Nizam dengan tubuhnya. Beberapa peluru langsung terhambur ke punggungnya.  Edward kembali menjadikan tubuhnya sebagai tameng bagi Nizam.     

Darah muncrat keluar dari mulut Edward ke muka Nizam. Nizam berteriak histeris.  Nizam langsung berdiri dan menghampiri orang yang menembaknya. Nizam melihat orang itu berdiri dengan gemetar, Tangannya tampak gemetar memegang senjata yang masih  mengacung ternyata Ia juga malah menembak Edward.     

Melihat Nizam yang bergerak ke arahnya Ia segera menarik pelatuknya tetapi gerakan Nizam lebih cepat Ia sudah menerjang orang itu memegang tangannya dan membalikkan senjatanya ke dada Ramy dan memegang tangan Ramy yang masih ada disenjata itu lalu menarik pelatuknya berkali – kali sampai pelurunya habis.     

Tubuh Ramy langsung jatuh merosot ke bawah. Ia mati seketika.  Nizam menendangnya hingga Ramy  mencelat menghantam kerumunan orang – orang yang sedang berkerumun melihat kejadian yang sebenarnya. Membuat suasana jadi sesak.  Orang – orang langsung berteriak menyingkir karena takut tertimpa tubuh Ramy. Akibatnya kerumunan menjadi terberai dan Nizam menjadi memberikan ruang dan udara untuk Edward.     

Nizam lalu dengan secepat kilat Ia kembali ke arah Edward dan memangku kepala Edward. Nizam sudah berusaha menghentikan pendarahan Edward, tetapi luka tambahan di punggung Edward tidak dapat membendung darah yang berebut keluar dari lubang bekas tembakan.     

Nizam melihat ke muka Edward yang pucat. "Mengapa kau lakukan itu, Edward !! Bangsat!! " Baru kali ini Nizam mengeluarkan kata sekasar ini kepada seseorang. Mata Nizam begitu muram. Ia sudah putus harapan kalau Edward akan hidup. Luka di tubuh Edward teramat parah. Terkena tembakan didada dan punggung sekaligus. Pasti merusak organ dalamnya.     

Arani yang baru datang setelah terbebas dari kerumunan orang – orang tertegun melihat pemandangan di depannya. Arani  tadinya ingin memastikan keamanan Nizam sebelum Ia ikut berlari mengejar Amar keluar yang sedang mengejar  Alena yang dibawa lari Pangeran Abbash. Arani berdiri kaku di depan Nizam dan Edward. Ia hampir terjatuh kalau Jonathan tidak memeganginya.     

Nizam berusaha menahan air matanya yang hampir menetes ketika Edward malah tertawa, "Kalau kau ingin  menangis.. tidak usah malu – malu, menangislah. Menangislah sebelum Aku mati. Mungkin dengan mati Kau tidak akan pernah merasa tersaingi olehku lagi. Kau tidak akan  membenci diriku lagi."     

Nizam benar – benar akhirnya menangis dengan suara keras. " Edward Kau memang SETAAN.. Kau tidak pernah berhenti membuatku membencimu.. Bertahanlah.. Edward..bertahanlah !!! " Kata Nizam sambil memeluk tubuh Edward mengguncangkannya dalam pelukannya.     

"Tidak.. Nizam.. tidak.. " Kata Edward dengan susah payah. Baru kali ini Ia melihat Nizam menangis. Ini sulit dipercaya Nizam yang terlihat begitu membencinya selama ini menangisinya     

"Edward, mengapa kau menghalangiku.. Mengapa kau tidak membiarkan Aku yang mati. Aku tidak sanggup menanggung rasa bersalah ini seumur hidupku.. Mengapa Edward.. Aku tanya, Mengapa ?? AA...AA.." Nizam berteriak histeris.         

"Kau tidak usah merasa bersalah, aku melakukan ini bukan untukmu tetapi untuk Alena. Bagaimana mungkin Aku membiarkan laki – laki yang dicintai oleh Alena mati. Aku tidak bisa membayangkan kesedihannya yang akan Ia alami kalau kau meninggal... " Edward berkata terpatah – patah tetapi perkataanya terhenti ketika Ia melihat sosok tubuh berdiri di hadapannya sambil memegang perutnya yang besar. Orang itu jelas mendengar semua perkataan Edward.     

Orang itu berdiri dengan bibir terkatup rapat dan tubuh gemetar melihat dan mendengar perkataan Edward dalam pangkuan Nizam yang bersimbah darah. Rambutnya yang panjang itu tersanggul rapih, gaunnya yang berwarna biru itu menjela di hadapannya. Rasa bersalah langsung menyelimuti perasaan Edward. Ia sadar bahwa Ia sudah menciptakan lubang luka yang sangat besar pada hati orang itu. Edward juga menatap perut besar yang berisi darah dagingnya. Dari perut,  mata Edward kembali beralih ke wajah orang itu.     

Edward menatap wajah cantik yang kini berwajah sangat kelam itu dengan perasaan campur aduk. Setetes air mata mulai turun mengalir di pipinya yang putih bening. Matanya menatap wajah Edward dengan pandangan nanar. Ada seberkas sinar tajam menusuk ulu hatinya. Mata itu berkilat seakan ingin membakar tubuh Edward.     

"Lila... Maafkan Aku... Jagalah anak kita dengan baik.. Maafkan Aku..Semoga di kehidupan nanti Aku akan terlahir dengan mencintaimu dan bukan mencintai Alena.. " Kata Edward sambil kemudian terkulai menghembuskan nafasnya yang terakhir.     

"EDWAARD!! TIDAAK!! Jangan Mati !!.. Apa yang akan Aku katakan pada Alena. Ia bisa gila melihat kau mati.. Edwaaard.. Bangun.. Bagaimana Aku menghadapi anakmu nanti !! " Kata Nizam berteriak – teriak sambil mengguncang – guncangkan tubuh Edward. Tetapi tubuh Edward sudah terbujur kaku dan tidak bergerak lagi.     

Tubuh Lila mundur beberapa langkah ke belakang sambil menggigil.. hingga tidak sadar Ia menabrak tubuh seseorang dibelakangnya.. Ia menoleh dan berteriak tertahan, "Mommy..!! "Katanya sambil kemudian terkulai pingsan. Seorang wanita setengah baya berwajah sangat cantik memeluk tubuh Lila yang pingsan. Sebelum kemudian Ia berteriak tidak kalah kerasnya dengan suara Nizam.     

"EDWAARD.. ANAKKU!!! Teriaknya sambil memberikan tubuh Lila kepada penjaganya yang ada dibelakang. Orang itu adalah Mrs. Anderson, Ibunya Edward. Ibunya Edward terbelalak melihat tubuh anaknya yang berbaring  dipangkuan Nizam dan bersimbah darah. Wajah itu begitu pucat tetapi mulutnya tersenyum dengan bahagia.     

Pelupuk matanya terpejam rapat menutupi mata Edward yang berwarna hijau. Mata yang sangat indah yang selalu Ia banggakan kepada siapapun. Edward anaknya yang bersuara emas dan pandai bersyair itu berbaring di hadapannya dengan luka tembakan yang sangat banyak.     

Apa yang terjadi. Mengapa semua ini bisa terjadi. Ia tadi mencari - cari Lila menantunya yang berjalan ke arah sini. Tetapi apa yang Ia temukan sekarang. Ia menemukan anaknya sudah terbujur kaku. Anaknya, permata hatinya, penyemangat hidupnya.      

Mrs. Anderson lalu berlutut di samping Edward yang ada dipelukan Nizam. Dia mengguncang – guncangkan tubuh Edward.     

" Edward.. Bangun !! Bangun!! Ini Mommy. Apa yang terjadi ? Mengapa semua ini terjadi. Edward.. bukankah kau mau di wisuda.." kedua tangan Mrs. Anderson lalu memegang dada anaknya yang bersimbah darah. Ia lalu mengusapnya hingga tangannya berlumuran darah lalu Ia mengusapkan ke wajahnya yang cantik. kemudian berteriak – teriak bagai orang gila..     

Pagi itu ia dan Lila menantunya berdandan begitu cantik untuk pergi ke tempat wisuda Edward. Mereka bahkan saling memuji kecantikan masing – masing. Tetapi kini wajah cantik itu berlumuran darah anaknya. Anak satu – satunya yang Ia besarkan dengan penuh kasih sayang kini berbaring tidak bernyawa dihadapannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.