CINTA SEORANG PANGERAN

Alena Yang Di Hipnotis



Alena Yang Di Hipnotis

0Pangeran Abbash tampak membawa Alena menggunakan ilmu meringankan tubuhnya agar Ia bisa pergi tanpa dilihat oleh si sopir taksi. Ia sengaja mengelabui orang – orang agar Ia tidak terdeteksi oleh Nizam ataupun polisi yang akan mencarinya. Pangeran Abbash sangat terbiasa melakukan suatu persembunyian atau melarikan diri.     
0

Alena bahkan kini dapat sudah berjalan sendiri bagaikan orang kebingungan. Pangeran Abbash menghipnotisnya agar bisa mengikutinya tanpa banyak bicara. Pangeran Abbash tidak bisa terus menerus membopongnya karena akan menimbulkan banyak kecurigaan. Pangeran Abbash tidak membawa ke apartemen tempat si sopir taksi menurunkannya tetapi Ia malah membawa Alena ke sebuah penginapan kecil yang berada di belakang apartemen ini.     

Pangeran Abbash berjalan perlahan setelah suasanan dirasa cukup tenang. Ia memeluk bahu Alena dan berjalan bersisian dengan perasaan bahagia. Matahari mulai tenggelam di pusat keramaian Kota New york dan bulan mulai merangkak naik. Bintang bertebaran saling berebut memancarkan sinarnya seakan ingin ikut berbahagia bersama Pangeran Abbash.     

Walaupun tatapan mata Alena begitu kosong dengan mulut terkatup rapat dan muka datar. Pangeran Abbash tidak merasakan keberatan sama sekali. Ia tidak perduli sedatar apapun wajah Alena. Baginya berjalan berduaan dengan Alena secara fisik dan di alam nyata bukannya di alam mimpi seperti yang Ia khayalkan selama ini sangat membuat Pangeran Abbash merasa sangat bahagia.     

Wajahnya yang tampan bersinarbegitu  cerah bahkan cerahnya seakan membuat malu sinar bulan yang sekarang tampak bersembunyi di balik awan karena merasa sungkan bersaing keindahan dengan ketampanan wajah Pangeran di bawah ini.     

Pangeran Abbash dengan gemetar memegang tangan Alena dan menggenggamnya dalam genggaman tangannya yang sehalus sutra. Tangan itu terasa begitu hangat dan menggetarkan di setiap relung hatinya. Hatinya yang selama ini terasa kosong, beku dan hampa kini terasa hangat dan nyaman.     

Sebenarnya Pangeran Abbash memiliki cukup banyak pengalaman bersama para wanita mengingat Ia adalah petualang dalam menyentuh para wanita cantik. Tetapi ibarat makanan dan minuman. Semua itu terasa hambar di mulutnya. Tetapi ketika Ia bersama Alena sekarang Ia merasa seperti menemukan apa yang Ia cari selama ini. Bukan kecantikan wanita yang begitu memabukan, bukan pula keindahan tubuh wanita yang mampu meluluhkan perasaannya tetapi kemurnian hati seorang wanitalah yang mampu membuatnya luluh dikakinya.     

Dari sinar mata Alena betapa Pangeran Abbash mempelajari apa yang sebenarnya di sebut dengan cinta sejati. Cara Alena mencintai Nizam sungguh mengagumkan. Diantara banyak wanita yang Ia kenal hampir semuanya memuja kedudukan, wajah yang tampan dan uang. Tetapi Pangeran Abbash berhari – hari bahkan berminggu – minggu mempelajari tentang kehidupan Alena dan Ia mengetahui bahwa memang Alena mencintai Nizam  karena memang mencintai dia secara murni. Alena tergila – gila kepada Nizam dan selalu menganggap bahwa Nizam adalah segalanya.     

Alena kemudian tampak meringis ketika merasakan perutnya lapar dan Ia merasakan keletihan yang sangat mendera seluruh persendiannya. Perutnya berbunyi dengan keras membuat Pangeran Abbash merasa terperanjat.     

"Kau lapar Putriku.. Aah.. tidak .. tidak.. bukan putri karena itu akan mengundang kecurigaan. Maafkan Aku kalau Aku telah berbuta tidak sopan. Aku akan memanggilmu Alena " Kata Pangeran Abbash sambil melirik ke kiri dan kanan. Ketika dilihatnya ada sebuah kedai pizza di dekat sebuah hotel kecil. Pangeran Abbash lalu membawa Alena ke kedai tersebut. Kedai kecil itu tidak terlalu penuh. Kedai kecil tetap sangat bersih dan rapih. Wangi roti pizza yang dipanggang menguarkan bau harum yang membuat perut terasa semakin lapar.     

Pangeran Abbash menuntun Alena seperti seorang ibunya yang menuntun anaknya. Bagaikan sebuah robot. Alena menurut tanpa banyak bicara. Seorang pelayan tampak terpesona sesaat setelah melihat Pangeran Abbash yang begitu tampan itu masuk ke dalam ruangan. Ia hampir kehilangan kata – katanya kalau tidak teman laki – lakinya berteriak.     

" Ada tamu datang.." Katanya sambil melemparkan lap tangan membuat si pelayan tampak kaget lalu tergopoh  - gopoh datang menghampiri mereka sambil memberikan buku menu. "Terima Kasih ' Kata Pangeran Abbash sambil tersenyum.     

Sambil menatap Pangeran Abbash yang sedang menelusuri buku menu. Pelayan itu tampak sedikit aneh karena pakaian mereka. Ketika Pangeran Abbash memilihkan menu untuk Alena karena memang Alena sedang dalam keadaan terhipnotis jadi bagaimana bisa Ia memilihkan makanan. Ia seperti rangka kosong yang hanya bergerak tetapi tidak memiliki jiwa.     

Alena tak ubahnya seperti boneka berjalan. Pangeran Abbash kemudian memahami keheranan si pelayan sehingga kemudian Ia berkata dengan nada sewajar mungkin. Jangan sampai Ia menimbulkan suatu kecemburuan sedikitpun karena itu sangat membahayakan dirinya. Kalau sampai ada orang yang curiga dan lantas melaporkan mereka ke polisi maka Ia akan ditangkap dan dipenjarakan.     

Sebenarnya bukan karena Ia takut dipenjara tetapi Ia lebih takut kehilangan momen yang sangat berharga dengan Alena. Ia ingin  menikmati kebersamaannya dengan Alena selama mungkin dan seromantis mungkin. Dengan wajah yang dibuat setenang mungkin Pangeran Abbash menyebutkan menu pesanannya. Pelayan itu menuliskan pesanan Pangeran Abbash sambil tetap melihat mereka.     

Ketika Pangeran Abbash mengangkat mukanya maka pandangan mereka kemudian bersiborok. Membuat si pelayan sedikit kaget. Ia tergagap tetapi dengan keterampilan menghadapi pelanggan bertahun – tahun membuat dia tidak kehilangan akal untuk mengalihkan perhatian Pangeran Abbash.     

"Pizza pepperoni mozzarela kami sangat lezat dan paling populer. Taburan sosis no satu berpadu lembut dengan keju mozzarela yang lumer di mulut dan terasa sangat gurih karena taburan keju permesan " Kata Si pelayan sambil menunggu Pangeran Abbash menyebutkan pesanannya lagi.     

"Oh ya baiklah. Kelihatannya sangat lezat ketika kau menyebutkan. Aku harap kelezatannya tidak hanya sebatas di mulutmu saja" Kata Pangeran Abbash sambil tersenyum.     

"Tentu saja tidak. Dan  teman atau bahkan mungkin istri Anda tidak memesan ? " Kata Si pelayan yang dari tadi curi – curi pandang juga menatap Alena yang duduk anteng tanpa menghiraukan situasi apapun. Pandangan matanya begitu kosong seperti mayat hidup.     

Lagi – lagi pangeran abbash merasakan hatinya semakin hangat ketika si pelayan itu juga mengira kalau Alena adalah istrinya. Pangeran Abbash mengambil lengan Alena dan menciumnya.     

"Ia sedang tidak terlalu sehat. Mungkin kau bisa membuatkan segelas susu coklat hangat untuknya tetapi kemudian dia berpikir lagi.     

" Tidak !! Bukan coklat panas tetapi teh manis hangat " Kata Pangeran Abbash dengan senyum penuh kemenangan. Mencintai Alena membuat Ia juga belajar tentang adat kebiasaan orang – orang Indonesia.     

"Maaf, Teh manis hangat ?? " Kata si pelayan sedikit kebingungan. Di restorannya  minuman soda lebih populer dari teh manis. Tetapi kemudian dia menganggukan kepalanya. Ia akan menyediakan segelas teh manis hangat untuk tamunya ini. Tapi lagi – lagi mata si pelayan kembali terpergok menatap Alena yang benar – benar duduk seperti patung. Hingga lama – lama membuat Pangeran Abbash menjadi gerah juga.     

"Kenapa kau menatap kami seperti itu?" kata Pangeran Abbash tersenyum memabukkan. Pelayan itu tergagap sambil tersenyum malu.     

"Anda adalah orang asing dan menggunakan pakaian wisuda. Maaf kalau itu tidak sopan tetapi memang penampilan Anda sulit untuk dilewatkan begitu saja." Kata Pelayan itu  meminta maaf dengan sopan.     

"Tidak apa –apa kami memang baru selesai di wisuda. Ini istriku dan kami berasal dari Philipina " Kata Pangeran Abbash. Ia sengaja menyebutkan Philipina seperti kepada sopir taksi. Ia tidak ingin menyebutkan Indonesia atau Malaysia atau apapun yang akan menyebabkan kecurigaan mereka jika tiba – tiba pahitnya. Nizam dapat melacak mereka sampai ke sini. Setidaknya Ia dapat mengulurkan waktu pengejaran mereka.     

"Oh.. kebetulan sekali. Aku pernah di Philipina selama dua tahun. Kumusta po kayo?  ( Apa kabarmu? )" Si pelayan itu menyapa Pangeran Abbash dalam bahasa Philipina. Pangeran Abbash mendadak membeku dan menatap si pelayan itu dengan pandangan tidak berkedip.     

Pangeran Abbash bukan orang bodoh. Ia sudah  mengatakan bahwa berasal dari Philipina. Dan Ia tahu kalau si pelayan sedang bertanya dalam bahasa Philipina. Kalau seandainya Ia tidak bisa menjawab maka Ia akan langsung ketahuan kalau Ia berbohong kepada si pelayan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.