CINTA SEORANG PANGERAN

Pengejaran Ammar



Pengejaran Ammar

0Pangeran Abbash menatap wajah Alena dengan pandangan mata yang berkilat tetapi ketika menatap mata Alena yang terpejam rapat dengan bulu mata yang panjang dan lentik serta teringat bagaimana nasib si kembar kalau seandainya Alena bercerai dengan Nizam. Si kembar tidak akan pernah merasakan pelukan ibunya lagi karena sesuai adat kerajaan dimanapun di daerah gurun sahara kalau anak dari putra mahkota adalah hak kerajaan. Dan itu sudah ada perjanjiannya secara tertulis yang harus ditandatangani oleh kedua belah pihak.     
0

Hati Pangeran Abbash langsung menjadi lembut. Ia tidak akan pernah memisahkan Alena dengan si kembar minimal untuk saat ini. Ia tahu kalau si kembar masih membutuhkan air susu ibunya. Pangeran Abbash lantas menarik selimut untuk menutupi tubuh Alena.     

Pangeran Abbash kemudian membuka kulkas dan mencari sebotol minuman yang dapat menghilangkan rasa hausnya. Ia sangat gugup dan resah sehingga kegugupannya itu membuat tenggorokannya menjadi kering. Ia menimbang – nimbang apa yang harus Ia lakukan sekarang. Apakah Ia mengantarkan Alena ke rumahnya dengan resiko Ia akan tetap dihajar Nizam.     

Atau Ia menunggu kedatangan Nizam di sini. Untuk dapat menemukan dirinya maka orang itu haruslah memiliki keterampilan cara melacak orang yang hilang. Di mulai dari tempat orang itu menghilang. Dan kemudian menelusuri perjalanan orang itu dengan cara menanyai orang – orang yang mungkin secara kebetulan melihatnya. Ia juga bisa menyelediki dari kendaraan yang digunakan oleh orang itu saat melarikan diri.     

Pangeran Abbash sengaja menghentikan mobil yang dinaikinya di tengah jalan dan menyuruh sopirnya untuk pergi. Setelah itu Ia juga naik taksi untuk menghilangkan jejak. Ia selalu berjalan lebih jauh dari tempatnya berhenti untuk berjaga – jaga seandainya sopir dia dan sopir taksi itu tertangkap. Minimal Pangeran Abbash dapat mengaburkan jejak untuk menyulitkan orang – orang dalam mengejarnya.      

Walaupun Pangeran Abbash sudah mengancam sopirnya agar tidak memberitahukan di mana Ia turun tetapi Ia sendiri tidak yakin apakah sopirnya itu akan tetap tutup mulut atau tidak.     

Ammar sendiri tadinya sudah hampir  kehilangan jejak Pangeran Abbash karena mobil itu benar – benar melesat meninggalkan Ia ketika Ia sedang bertukar kendaraan dari mengendarai mobil menjadi motor. Tetapi kemudian Ammar ternyata berhasil mengejar mobil itu. Hanya saja Ammar tidak gembira menemukan mobil itu karena ternyata di dalamnya sudah tidak ada pangeran Abbash dan Alena.     

Ammar langsung menghajar orang itu habis – habisan agar mengatakan di mana Ia menurunkan Pangeran Abbash dan Alena. Orang itu terus tutup  mulut dan tidak mau mengatakan dimana Ia menurunkan Pangeran Abbash.     

Ammar mulai kesal karena sopirnya Pangeran Abbash itu masih tutup mulut walaupun Ia sudah memukulinya sampai berdarah – darah. Si sopir itu tidak memiliki pilihan selain harus tutup mulut agar nyawanya selamat.     

Sopir itu bukanlah orang bodoh yang tidak tahu situasi dan kondisi. Walaupun Ammar terlihat sangat marah tetapi si sopir itu tahu kalau Ammar tidak akan sampai membunuhnya.  Membunuhnya akan menjadikan Ammar terlibat perkara pembunuhan dan itu dapat membuat Ia dihukum. Ammar adalah seorang Jendral yang taat aturan dan hukum. Pastinya jendral besar itu masih waras karena ini ada di Amerika dan bukan di negeranya sehingga tindakan apapun jika memang itu berkaitan dengan mengambil nyawa orang lain maka akan ada konsekuensi yang harus dibayar.     

Jadi walaupun Ia tutup mulut maka minimal nyawanya akan selamat. Tetapi kalau seandainya Ia berbicara maka nyawanya akan melayang di ambil oleh Pangeran Abbash. Bukankah tadi saja Ia sudah siap mau ditembak jika seandainya Ia tidak bisa melarikan mobilnya untuk menghindari kejaran Amar. Walaupun akhirnya Ia terkejar juga tetapi Ia bersyukur kalau Pangeran Abbashnya sudah turun.     

Si sopir itu lalu melirik Wajah Amar yang sedang menatapnya dengan geram. Tubuh Ammar menjulang di hadapannya sambil  berkacak pinggang. Wajah yang memang bercambang itu terlihat mengerikan membuat sopir Pangeran Abbash yang sudah berlumuran darah itu lalu menundukkan wajahnya.     

"Aku tahu apa yang sedang kau pikirkan. Kau tetap menutup mulutmu karena kau sangat yakin kalau aku tidak akan membunuhmu." Kata Ammar sambil meludah dengan jijik. Ia lalu menendang dada si sopir itu dengan kuat hingga si sopir itu mencelat jauh dan menghantam batang pohon yang ada ditepi jalan. Tubuh itu langsung ambruk ke bawah setelah menghantam pohon. Dan muntah darah.     

Pangeran Abbash melihat tubuh itu jatuh bertelengkup dan kemudian Ia menggulingkan tubuh itu dengan kakinya. Lalu menginjak dadanya dan memutar kakinya dengan kuat hingga tubuh itu langsung mengerut menahan sakit.     

"Aku akui Kau memang benar. Aku  tidak akan membunuhmu. Bukan karena Aku takut dipenjara di Amerika tetapi Aku tidak ingin membiarkan Pangeranku pulang ke Azura tanpa pengawalan dariku. Tetapi kalau kau pikir kau berhasil mengelabuiku maka Kau akan salah karena Aku tidak kalah kejam dengan Pangeran setanm itu " Kata Ammar sambil menyeringai menakutkan.     

 Sopir Pangeran Abbash kemudian melihat Ammar mengeluarkan pisau kecil. Si sopir itu terkejut dan belum sempat Ia menyadari apa yang terjadi Ammar  menggores wajah orang itu dengan kejam. Kulit pipi orang itu langsung terbuka dan darah menyembur keluar.     

"Kau mau berbicara atau Aku akan mencongkel biji matamu keluar " Kata Ammar sambil mendekatkan pisau itu ke mata sopir itu. Teriakan si sopir itu tercekat di tenggorokan ketika tangan Pangeran Abbash menekan tenggorokannya hingga Ia tidak bisa bersuara lagi. Dengan menggigil menahan sakit yang tidak terhingga si sopir itu kemudian tidak perduli lagi dengan nyawanya.     

Ia tidak mau hidup dengan mata yang tercongkel keluar. Luka dipipinya saja sudah membuat wajahnya akan terlihat mengerikan apalagi kalau harus dengan mata yang tercongkel.     

'Baiklah.. baik.. Aku akan mengatakannya. Aku membawa Yang Mulia Pangeran Abbash ke jalan boulevard 3. Aku tidak tahu mengapa Yang Mulia turun di situ.. to.. tolong ampuni Aku. Jangan kau congkel mataku" Kata si sopir itu dengan wajah memelas.     

Ammar mendengus Ia tahu kalau sopir itu berkata jujur karena sudah tidak ada gunanya lagi berbohong. Jujur atau berbohong nyawanya akan tetap terancam. Jadi lebih baik Ia berkata jujur dan berharap akan mendapatkan perlindungan dari kepolisian Amerika.     

" Kau jelas tahu kalau seandainya kau berbohong maka Aku akan benar – benar membunuhmu. Aku akan membunuhmu melalui tangan orang lain." Kata Ammar.     

" Aku tidak berani " Kata orang itu sambil menggigil menahan sakit.     

Ammar lalu berkata lagi sambil menaiki motornya. " Kau tunggulah di sini, sebentar lagi akan ada mobil patroli yang akan lewat dan mereka akan segera menolongmu" Kata Ammar sambil kemudian melesat meninggalkan si sopir itu yang mulai hilang kesadaran karena darah yang semakin banyak keluar. Tetapi benar yang dikatakan Ammar karena tidak lama kemudian ada mobil patroli yang lewat dan segera menolong dia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.