CINTA SEORANG PANGERAN

Bunuhlah Aku!



Bunuhlah Aku!

0Tapi Nizam bukan orang yang tidak tahu situasi. Ia memeluk Alena sambil tetap mewaspadai gerakan Pangeran Abbash. Jadi ketika Pangeran Abbash mengambil senjatanya dan menembakkanya kepada Nizam. Nizam yang memang sedari tadi juga memegang pistol langsung menolehkan kepalanya dan balas menembak sebelum senjata Pangeran Abbash meletus. Sebuah peluru meluncur dari moncong senjata yang dipegang Nizam.     
0

Peluru itu meluncur tidak terkendali dan lansung menembus bahu kanan Pangeran Abbash yang posisinya sedang memegang senjata dan siap menembak Nizam.     

"AAAKH... " Pangeran Abbash langsung memekik kesakitan dan darah mengucur dari bahu tangannya. Darah segar kembali mengucur. Rasa sakit langsung menjalar ke sekujur tubuhnya yang sudah remuk redam. Tubuh Pangeran Abbash yang penuh dengan luka kini lagi – lagi kembali terluka. Yang satu belum sembuh sudah kembali tertimpa luka lain. Luka – luka itu menghiasi sekujur tubuh Pangeran Abbash. Dan sekarang bahunya terkena tembakan.     

Peluru yang keras itu langsung membuka kulit bahu pangeran Abbash dengan paksa dan merusak jaringan otot dan pembuluh darah sehingga akibatnya darah langsung keluar menciprat ke dinding lalu mengalir menyusuri tubuh Pangeran Abbash mulai dari bahu, ke badan dan menetes ke lantai.     

Pangeran Abbash mengerang sambil berlutut, senjatanya terlepas dari tangannya. Senjata itu terjatuh menimbulkan suara berdentang dilantai.  Menimbulkan suara yang cukup keras ketika benda logam itu menimpa lantai. Pangeran Abbash menundukkan wajahnya dan melihat Darah yang mengalir dengan deras. Ia mengeram dengan penuh amarah.     

"Kenapa Kau hanya menembak bahuku? Mengapa Kau tidak membunuhku saja? Bunuh Aku !! Bunuh!! Mengapa Kau begitu menyiksaku ? Aku mencintai Alena. Mengapa Kau tidak memberikan dia untukku. Kau memiliki banyak wanita di harem seperti halnya kakakku. Sedangkan Aku hanya memiliki Alena yang aku cintai. Mengapa kalian begitu serakah? " Pangeran Abbash meraung – raung sambil berkata – kata dengan nada yang keras tetapi kemudian Ia menangis terisak – isak ketika Ia menyadari bahwa perkataannya hanyalah suatu kesia – siaan.     

Sebenarnya ketika Pangeran Abbash menangis terisak – isak dengan wajah memelas dan memerah sungguh sangat menggemaskan. Isakannya persis seperti isakan para wanita yang sedang menjalani malam pertama di Azura. Begitu syahdu dan menggetarkan. Tetapi tentu saja Nizam tidak terpengaruh. Jangankan mendengarkan isakan Pangeran Abbash. Isakan Alena saja tidak berperngaruh terhadapnya. Semakin Alena berteriak Nizam malah bergerak semakin cepat. Apalagi sekarang yang menangis kesakitan adalah musuhnya.     

Nizam memiringkan kepalanya sambil menyeringai. Ia lalu mengubah posisi duduknya. Ia masih memeluk Alena yang terkulai tidak bangun – bangun. Ia masih dalam hipnotis Pangeran Abbash dan tidak bangun sampai Pangeran Abbash membebaskan dari hipnotisnya.     

"Aku membunuhmu? Tidak akan kulakukan saat ini. " Kata Nizam sambil memangku Alena dan duduk dengan posisi tubuh menghadap ke Pangeran Abbash yang sedang berlutut. Pangeran Abbash menggigil melihat Nizam begitu mesra memangku Alena. Hatinya semakin terasa seperti di iris sembilu.     

Dan Nizam tahu Pangeran Abbash sedang terbakar rasa cemburu yang sakitnya melebihi sakit dari luka tubuhnya secara fisik. Nizam malah membelai kepala Alena dengan lembut. Di sentuhnya pipi istrinya sambil menatap Pangeran Abbash yang seperti hendak gila karena di bakar api cemburu.     

Pangeran Abbash lalu merangkak hendak mengambil senjatanya.     

"Kau gila !! Mengapa kau pertontonkan hal memalukan seperti itu dihadapanku ? Aku akan membunuhmu sekarang juga. " Kata Pangeran Abbash sambil menahan sakit Ia merangkak dan membiarkan darah semakin mengalir dari tubuhnya. Pangeran Abbash sangat bernafsu ingin membunuh Nizam. Emosinya sudah tidak stabil lagi dan amarahnya tidak terkendali.     

Akal sehatnya sudah tidak ada. Bagaimana bisa Ia akan menembak Nizam dalam posisi terluka seperti itu. Ia sebenarnya ingin mati di tangan Nizam. Ia memancing emosi Nizam dengan berusaha hendak mengambil senjatanya. Ia sudah bertekad untuk mati daripada melihat Nizam melakukan kemesraan dengan Alena.     

Dan Nizam dengan dingin kembali menarik pelatuk senjatanya. Lagi – lagi Ia mengarah ke bahu Pangeran Abbash. Kalau tadi yang sebelah dan sekarang yang ditembak adalah bahu sebelah kanan. Seandainya Alena sedang tidak dalam keadaan tertidur, Ia pasti sudah pingsan karena melihat banyaknya darah yang berceceran di mana – mana. Apalagi kalau melihat Pangeran Abbash yang tampan itu terluka parah. Siapapun yang melihatnya akan merasakan hal yang sama yaitu merasa sangat tidak tega.     

"Akh ! Nizam.. Kau ! Kau ternyata seperti binatang. Aku pikir kau adalah pangeran baik yang bijaksana. Tapi nyatanya Kau tidak lebih kejam dari seekor binatang. Kau adalah manusai iblis" Kata Pangeran Abbash mencaci maki Nizam sambil merasakan kenyerian yang luar bisa pada kedua bahunya.     

Nizam malah tertawa datar. " Siapa yang mengatakan Aku pangeran baik ? Aku bukan pangeran yang berhati lembut. Aku sama saja seperti dirimu. Tetapi bedanya Aku tidak melakukan kejahatan sembarangan seperti dirimu. Aku bertindak jahat kalau memang ada pemicunya.     

Kau menculik istriku dan menyekapnya di kamar hotel... " Tapi belum selesai Nizam berkata. Pangeran Abbash memotongnya dengan cepat.     

"Kau tahu  kalau Aku menyekap Alena di kamar hotel. Dan kau pasti tahu apa yang biasa terjadi jika sepasang wanita dan pria menginap di hotel. Mereka akan melakukan sesuatu yang menyenangkan. Aku menyentuh Alena dengan kedua tanganku. Aku  menciumnya, Aku membelainya, Aku meniduri... Akh " Pangeran Abbash kembali menjerit kesakitan karena Nizam kembali menembak pahanya.     

"Aarrgh.. Nizam kau memang setan.. ! Ini teramat menyakitkan" Kata Pangeran Abbash sambil kembali meraung – raung kesakitan.     

"Kau lanjutkan lagi omong kosongmu, Maka Aku akan menembak pahamu yang satunya lagi" Kata Nizam dengan santai. Ia lalu menundukkan kepalanya dan mengecup kening Alena.     

"Aakh.. Aku tidak berkata omong kosong. Ini kenyataan. Ah.. ha..ha..ha.. Kau merasa cemburu bukan? Kau merasa panas ? Kau merasa gila? Ayolah Nizam, Kau berikanlah Alena untukku. Aku bersumpah akan membawa ratusan gadis cantik ke dalam haremmu. Bahkan bila perlu ribuan asalkan kau kuat meniduri mereka semua" Kata Pangeran Abbash sambil tertawa dengan suara parau.     

Nizam mengangkat bahunya dengan sikap acuh tak acuh. Ia mempermainkan senjatanya di tangannya sambil kemudian menundukkan wajahnya dan mulai mengecup bibir Alena dengan lembut. Pangeran Abbash melotot melihat adegan itu. Ia hancur bagaikan sebuah telur yang rapuh yang dijatuhkan orang dari lantai atas. Membuat telur itu pecah berantakan dengan isinya yang berhamburan ke luar.     

"Kau tahu mengapa Aku tidak membunuhmu ? Walaupun perkataanmu sangat menjijikan. Mulutmu seperti mulut comberan yang mengatakan hal – hal busuk yang tidak terjadi " Kata Nizam sambil meludah ke arah Pangeran Abbash. Pangeran Abbash menggelengkan kepalanya dan berkata,     

"Aku tidak tahu mengapa Kau tidak membunuhku. Padahal Aku tahu kalau kau sangat membenciku. Ayolah Nizam berikanlah Alena kepadaku atau kalau tidak. Kau bunuhlah Aku sekarang juga. Aku tidak ingin tersiksa seperti ini"Kata Pangeran Abbash sambil kembali memuntahkan darah dari mulutnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.