CINTA SEORANG PANGERAN

Aku Tidak Diberi Kesempatan Untuk Menyelamatkan Istriku



Aku Tidak Diberi Kesempatan Untuk Menyelamatkan Istriku

0Malam terasa sangat dingin dan kelam sekelam hati Nizam. Langit seakan tanpa bintang dan bulan menenggelamkan dirinya jauh ke dalam awan. Hanya sinar lampu di sepanjang jalan yang menerangi kegelapan jalan. Semakin lama angin semakin kencang berhembus dan gemuruh air yang tertiup angin pada danau buatan terdengar seperti suara gemuruh ombak.     
0

Pohon – pohon cemara tampak berdiri tegak seakan penjaga yang sedang berbaris menyambut kedatangan Nizam. Ketika mobil memasuki pekarangan beberapa penjaga langsung bersiaga bahkan menodongkan senapa mereka ke arah mobil yang dikendarai Nizam karena memang Nizam mengendari mobil Chief Jeremy sehingga para penjaga tidak mengenali mobil itu.     

Nizam membuka jendela mobil dan berteriak. " Ini Aku !! " Kata Nizam sambil mengeluarkan kepalanya agar para penjaga mengenalinya. Para penjaga tanpak terkejut dan menurunkan senjatanya. Melihat Nizam yang datang mereka langsung membungkuk dan memberikan hormat. Nizam tidak membalas hormat mereka Ia masuk melalui pintu gerbang yang sedang diperbaiki beberapa pelayan. Mereka tidak menunggu esok harinya. Setiap kerusakan yang terjadi langsung diperbaiki malam ini juga.     

Mendengar ada suara mobil yang masuk beberapa pelayan langsung bersiap membukakan pintu dan menyambut kedatangan Nizam. Nizam sendiri langsung keluar bahkan tidak menunggu penjaga membukakan pintu mobil. Nizam mengeluarkan Alena dari pintu mobil dan menggedongnya dengan lembut.     

Bastnah tampak menunggu mereka dengan perasaan cemas sehingga ketika Nizam datang Ia sudah berlari menyambutnya. Dan muka Bastnah tampak berseri – seri melihat Alena yang tertidur dalam pelukan Nizam. Nizam memberikan isyarat kepada Bastnah agar mengikuti mereka. Bastnah langsung mengerti dan segera mengikuti langkah Nizam.     

Ketika Nizam membaringkan tubuh Alena maka Bastnah segera menyiapkan air minum untuk Nizam melalui pelayan yang memang selalu bersiaga di kamar Nizam.     

"Aku ingin Kau menunggui istriku. Jangan bicarakan apapun kepada dia. Dan tahanlah sebisanya agar Ia tidak keluar kamar sampai Aku menemukan sahabatnya" Kata Nizam setengah berbisik kepada Bastnah. Dan Bastnah langsung mengerti apa yang dimaksud dengan majikannya itu.     

Nizam tidak menginginkan Alena tahu apa yang terjadi sebenarnya. Sehingga dia menyuruh Bastnah untuk melarang Alena pergi ke luar kamar. Dan tanpa Nizam memberikan kejelasan yang mendetail kepada Bastnah. Sebagai pelayan yang sudah senior Bastnah langsung mengetahuinya.     

"Yang Mulia tidak usah khawatir, Hamba akan menjaganya sekuat tenaga agar Yang Mulia Putri Alena tetap diam di kamar " Kata Bastnah dengan hormat. Nizam tampak sangat lega mendengar perkataan pelayan pribadi Alena.     

"Aku tahu kalau Aku bisa mengandalkanmu" Kata Nizam sambil keluar dari kamar. Tetapi Nizam lalu teringat sesuatu.     

"Anak – anak bagaimana ?" Kata Nizam menanyakan kondisi Axel dan Alexa. Bukankah tadi pangeran Thalal mengatakan  kalau Axel menangis karena merindukan Alena.     

"Tadi Pangeran dan putri memang menangis, terutama Pangeran Axel yang sedikit mengamuk karena tidak menginginkan dot- nya. Tetapi untungnya kemudian Pangeran Axel kelelahan dan tertidur" Kata Bastnah menjelaskan kondisi anak – anak. Nizam mengangguk lega. Berarti malam ini Alena bisa tertidur tanpa gangguan anak – anaknya.     

Nizam pergi tanpa menemui Pangeran Thalal. Ia tahu Pangeran Thalal sedang menunggunya. Dan Nizam tahu adiknya itu bukannya tidak ingin mencari Cynthia tetapi tanggung jawabnya terhadap anak – anak mereka lebih besar. Jadi Ia memang menunggu Nizam untuk kemudian bergiliran pergi. Pangeran Thalal memang berniat  akan pergi dan dia akan digantikan Nizam untuk menunggui anak – anak.     

Tetapi Nizam tahu sekali kapasitas Pangeran Thalal seperti apa sehingga Nizam tidak mungkin membiarkan adiknya menempuh bahaya. Ia lebih memilih segera pergi mencari Cynthia dan membiarkan Pangeran Thalal tetap berada di rumah.     

Nizam mengganti mobil Chief Jeremy dengan mobilnya sendiri. Dan ketika Ia masuk ke dalam mobilnya, Nizam melihat Pangeran Thalal berlari dari dalam rumah dan berteriak,     

"Kakak Jangan pergi !! Biarkan Aku yang mencari istriku " Teriak Pangeran Thalal tetapi Nizam seakan tidak mendengar perkataan adiknya itu. Ia malah melarikan mobilnya keluar dari rumahnya. Pangeran Thalal terlihat sangat kesal bahkan Ia menendang pot besar hingga hancur berantakan. Sebelum kemudian Ia berteriak dengan suara yang mengerikan.     

"Aku tahu, kalau memang Aku tidak memiliki kapasitas seperti Kakak. Tetapi mengapa Kau tidak memberikan Aku kesempatan untuk menyelamatkan istriku sendiri" Kata Pangeran Thalal dengan suara parau. Ia benar – benar merasa sangat tidak berguna. Seorang suami yang tidak berdaya. Ia tadi hampir kalah melawan orang – orang Pangeran barry kalau saja Pangeran Abbash tidak membantunya. Sekarang Kakaknya malah pergi sendiri untuk menyelamatkan istrinya dan meninggalkan dia untuk menjaga anak – anak.     

Pangeran Thalal berlutut di lantai membuat Andhara yang sedari tadi berdiri di belakang Pangeran Thalal tampak menghela nafas panjangnya. Andhara merasa iba dengan nasib Pangeran Thalal tetapi Ia sendiri tidak menyalahkan tindakan Nizam. Karena kalau Ia ada diposisi Nizam. Andhara akan melakukan tindakan yang sama dengan Nizam, Ia tidak akan pernah membiarkan Pangeran Thalal terjun kedalam medan pertempuran yang sangat membahayakan jiwanya.     

"Yang Mulia, tolong mengertilah " Kata Andhara sambil ikut berlutut di depan Pangeran Thalal. Pangeran Thalal mengangkat wajah tampannya dan menatap Andhara dengan pandangan mata yang sangat pedih. Bola mata berwarna hitam pekat itu terlihat sangat menderita. Bagaimana Ia tidak menderita kalau istrinya yang sangat Ia cintai hilang entah dimana. Dan Ia sebagai seorang suami tidak diberi kesempatan untuk mencarinya sendiri.     

"Ini terlalu menyakitkan untukku." Kata Pangeran Thalal sambil kemudian duduk memeluk lututnya sendiri. Pandangannya kini terasa kosong.     

"Hamba memahami apa yang mulia rasakan. Tetapi tindakan Yang Mulia Pangeran Nizam juga tidak bisa dipersalahkan. Yang Mulia Nizam sangat menyayangi Anda" Kata Andhara dengan sopan.     

"Aku tidak menyalahkan dia. Aku menyalahkan diriku sendiri. Aku merasa gagal sebagai seorang suami. Aku tidak bisa mencarinya sendiri ketika dia hilang. Aku tidak ada ditempat ketika dia sedang berada dalam kesulitan. Saat ini entah bahaya apa yang sedang mengancamnya. Sementara itu Aku hanya duduk menunggu para bayi." Pangeran Thalal terlihat sangat prustasi dengan keadaannya.     

" Aku tahu.. semua ini adalah salahku. Aku tidak memiliki keahlian menggunakan senjata sebaik kakakku. Aku juga tidak terlalu pandai ilmu bela diri. Aku juga tidak memiliki daya nalar dan analisa yang baik. Aku menyesal selama ini hidup terlalu santai. Aku tidak tahu kalau hidup tidak selamanya indah. Aku terlalu percaya diri bahwa hidup akan selamanya lurus" Kata Pangeran Thalal.     

"Tidak ada kata terlambat Yang Mulia. Yang Mulia bisa mulai berlatih untuk menjadi lebih baik.  Kelak dimulai dengan latihan ketangkasan saja dulu. Kapan terakhir kali Yang Mulia meraih peringkat masuk ke dalam lima besar" kata Andhara mengingat pangerannya bahwa Pangeran Thalal memang hidup tanpa memiliki ambisi.     

Ia bahkan menganggap lomba ketangkasan yang diadakan tiga tahun sekali itu adalah lomba lelucon belaka. Sehingga Ia hanya sekedar ikut – ikut saja. Padahal lomba itu adalah lomba untuk menentukan seberapa tinggi kemampuan para pangeran dalam segala bidang ketangkasan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.