CINTA SEORANG PANGERAN

Pangeran Barry Bukan Musuh Biasa



Pangeran Barry Bukan Musuh Biasa

0Nizam tahu kalau adiknya begitu terluka karena tidak memberikannya kesempatan untuk mencari Chyntia. Tetapi Nizam sendiri tidak mau berspekulasi dengan membiarkan Pangeran Thalal mencari istrinya sendiri. Pangeran Thalal begitu rapuh. Saking rapuhnya bahkan Ia tidak mampu melepaskan hipnotis Pangeran Abbash dengan cepat.      
0

Musuh yang dihadapi kali ini bukanlah musuh biasa. Musuh ini adalah Pangeran Barry yaitu salah satu pangeran yang paling menganggap Nizam sebagai saingan. Dari dua puluh kerajaan aliansi yang berarti akan ada dua puluh pangeran putra mahkota hanya Pangeran Barry yang tampaknya jelas – jelas ingin bersaing dengan Nizam. Walaupun Pangeran Barry selalu kalah dengan Nizam tetapi dia tidak pernah putus asa.     

Nizam tidak pernah menyangka kalau saking inginnya bersaing dengan dirinya Pangeran Barry sampai berani melakukan suatu kerusuhan di Amerika. Padahal hal ini sangat beresiko dengan hubungan diplomatik antara kerajaan aliansi dan Amerika. Kalau seandainya Amerika mengenakan sangsi pada kerajaan mereka maka yang paling akan terkena langsung adalah sektor ekonomi.     

Sanksi ekonomi bisa berupa pemutusan hubungan kerja sama dalam ekspor dan impor hasil bumi alam berupa minyak tanah. Seperti yang sudah terjalin selama ini kalau kerajaan aliansi masing – masing memiliki hak untuk menjual minyak alam kepada negara manapun di luar pengawasan kerajaan Azura sebagai kerajaan sentral. Kerajaan sentral juga sebenarnya bisa digantikan kapan saja asalkan mereka mampu menunjukkan kekuatannya di segala bidang dan mampu mengalahkan kerajaan Azura.     

Tetapi walaupun sanksi yang diberikan oleh Amerika bisa begitu berat tetapi pangeran Barry dengan cerdik malah menggandeng ayahnya Edward yaitu senator Anderson untuk memuluskan jalannya. Senator Anderson adalah senator yang paling berpengaruh di Amerika. Dengan kekayaan yang Ia miliki maka Ia bisa menancapkan kukunya ke pemerintahan pusat.     

Senator Anderson juga memiliki link di mana – mana. Hal ini yang membuat Pangeran Barry bisa bertindak dengan bebas. Selain itu ternyata Pangeran Barry juga sudah merekrut banyak orang – orang Amerika untuk membantunya menjalankan semua rencananya. Nizam jadi berpikir kalau bisnis nya di Amerika akhir – akhir ini tidak berjalan dengan baik karena banyak investor yang tiba – tiba menarik dana di perusahaannya sehigga indeks saham dari perusahaan yang Ia miliki turun banyak.     

Selama ini Nizam selalu menyelidiki apa yang terjadi sebenarnya. Mengapa ada perusahaan baru seperti sengaja ingin membuat perusahaannya berjalan mundur atau bila perlu bangkrut. Setelah kejadian hari ini Nizam jadi berpikir apakah mungkin Pangeran Barry adalah dalang dibalik semua ini.     

Nizam menggelengkan kepalanya. Ia terlalu sibuk dengan urusan di dalam rumahnya, pernikahan Arani, kecelakaan adiknya, Alena yang menyelinap  keluar sampai ke pernikahan Amar dan Zarina. Kejadian – kejadian membuat Nizam sedikit melupakan tentang kontroling terhadap perusahaannya sehigga tidak heran ketika sebelum  wisuda ia mengecek indeks harga saham. Harga sahamnya merosot tajam.     

Ia belum sempat berbicara dengan Mr. Aresca untuk mengurus semua ini. Untungnya yang merosot tajam adalah perusahaannya yang ada di Amerika sementara yang ada di negara lain masih berjalan stabil walaupun belum ada kemajuan yang cukup berarti.     

Nizam menghela nafasnya ketika Ia mendengar teleponnya berdering. Nizam menoleh dan itu berasal dari Arani. Nizam menepikan mobilnya dan segera mengangkat telepon dari Arani.     

"Assalamualaikum Arani.. bicaralah!!" Kata Nizam dengan wajah serius.     

"Waalaikumsalam Yang Mulia.. Mohon Maaf Yang Mulia. Yang Mulia ada dimana ? Bisakah Yang Mulia membantu hamba ke hotel Barries ? Ada indikasi kalau Putri Chynthia di bawa ke sini. Hamba tidak dapat menyusup seorang diri karena terlalu banyak pengamanan " Kata Arani.     

Nizam langsung menutup teleponnya tanpa mendengarkan jawaban dari Arani. Ia segera meluncur menuju ke hotel Barries. Muka Nizam sangat kelam. Sesungguhnya musuh sejatinya adalah Pangeran Barry bukannya Pangeran Abbash. Pangeran Abbash itu hanyalah pion yang jalankan oleh pangeran Barry yang sialnya malah jatuh cinta kepada Alena.     

Pangeran bodoh itu menjadi salah kaprah dengan rasa cintanya kepada Alena yang tidak saja membuat seluruh rencana kakaknya berantakan tapi membuat Nizam kesal juga.     

Cinta pangeran Abbash berbeda dengan cinta Edward. Sejahat – jahatnya Edward dia belum pernah menginginkan kematiannya dan mencelakai orang – orang disekitarnya. Tetapi pangeran Abbash malah pernah mencelakai Pangeran Thalal, Jonathan dan bahkan mungkin ingin membunuh Nizam kalau ada kesempatannya.     

Pangeran Abbash hanya perduli kepada Alena dan si kembar yang dianggapnya itu adalah bagian dari Alena yang harus Ia miliki juga. Kakak beradik itu sungguh gila dan tidak masuk di akal. Tetapi di atas semua itu Pangeran Barrylah yang paling gila. Ia hanya menginginkan Alena sebagai bentuk kepuasan pribadinya dan Ia berniat menghancurkan semua yang akan menghalangi langkahnya. Ia juga tidak perduli dengan nyawa anak – anak Alena. Ia hanya menginginkan Alena dan tidak yang laing.     

Nizam tadinya merasa tenang ketika mendengar Cynthia mungkin ada di tangan anggota pasukan Pangeran Barry karena Nizam yakin kalau Cynthia akan dapat meloloskan diri. Tetapi jika Cynthia ada di tangan Pangeran Barry tentu saja itu lain lagi ceritanya. Dan mendengar dari kata – kata Arani yang mengatakan bahwa Ia tidak dapat menembus pertahan hotel Barries sudah cukup menggambarkan bahwa Pangeran Barry benar – benar tidak main – main dengan tindakannya. Ia sudah mempersiapkan segalanya dengan cukup rapih dan kuat.     

Nizam tidak perduli apakah kecepatan kendaraannya melampaui batas yang diperbolehkan atau tidak. Ia hanya menginjaknya pedal gasnya kuat – kuat. Ia harus mencapai hotel itu secepat mungkin. Kalau sampai Pangeran barry melarikan diri dari Amerika sambil membawa Cynthia maka akan semakin sulit untuk membebaskannya. Dan yang paling mengerikan kalau sampai Pangeran Barry membunuh Cynthia karena rasa amarah akibat kegagalan yang Ia alami hari ini.     

Nizam tiba – tiba mendengar suara sirine mobil patroli polisi meraung – raung di belakangya. Rupanya mereka melihat mobil yang dikendarai Nizam melaju bagaikan kesetanan sehingga mereka perlu mengejarnya dan menginterogasinya. Apalagi ada kejadian yang sangat mengerikan terjadi hari ini.     

Nizam tidak ingin mencari gara - gara sehingga Ia menghentikan mobilnya dan membiarkan polisi - polisi itu menghentikan mobil mereka di depan kendaraannya. Nizam tidak keluar dari mobilnya. Ia berharap para polisi itu akan melepaskannya hanya dengan sepatah dua patah kata.     

"Selamat Malam.. Mohon maaf mengganggu. Tetapi Anda mengendarai kendaraan di atas kecepatan maksimal yang diperbolehkan" kata Seorang polisi itu sambil menunduk dan melihat Nizam dari  jendela mobil.     

Nizam menghembuskan mobilnya. Ia menoleh ke arah polisi itu dan berkata," Aku sedang terburu - buru " Kata Nizam pendek.     

Polisi itu tersenyum sambil berkata, " Sebaiknya anda keluar dulu. Kami akan mengecek kadar alkohol dalam darah Anda" Kata Polisi itu sambil meminta Nizam untuk keluar.     

Nizam tidak banyak bicara Ia segera keluar dari mobil dan ketika Ia berdiri di depan para polisi itu. Serentak para polisi itu sedikit membelalakan matanya melihat pria yang berdiri di depan mereka.     

Nizam memiliki fostur badan yang tinggi besar dan kekar dengan garis wajah yang sangat tampan dan tegas. Kulitnya yang coklat juga menjadi nilai plus yang tidak terbantahkan lagi. Sekali pandang para polisi itu tahu kalau pria yang di depan mereka bukanlah orang sembarangan.     

"Kau telepon atasanmu, Chief Jeremy. Katakan Nizam ingin berbicara" Kata Nizam malah menyuruh polisi itu untuk menelpon Chief Jeremy.     

Polisi itu tampak terkejut mendengar suruhan Nizam. Bahkan seorang polisi yang sedang memegang alat untuk pendeteksi kadar alkohol dalam darah melalui nafas orang yang diperiksanya menjadi gugup dan hampir melepaskan alat itu dari tangannya.     

"Apa hubunganmu dengan Chief Jeremy. Dia adalah atasan kami. Tidak sembarangan orang boleh menghubunginya" kata Salah seorang polisi dengan hati - hati. Mereka tidak mau bertindak gegabah.     

"Cepatlah kau lakukan. Aku tidak mempunyai banyak waktu." Kata Nizam dengan sedikit kesal sehingga kemudian seorang polisi dengan cepat menelpon kepada Chief Jeremy.     

Orang itu tampak mengangguk - nganggukkan kepalanya ketika mendengar perkataan Chief Jeremy di telepon. Ia mendengarkan di telepon sambil matanya melirik ke arah Nizam yang sedang berdiri sambil bersender ke mobilnya.     

Kemudian si polisi itu menutup teleponnya dan berkata, " Maaf kan Kami yang Mulia. Kami tidak mengenali Anda. Silahkan untuk melanjutkan perjalanan. hati - hati di jalan dan sebaiknya tetap menjaga kewaspadaan di jalan raya" kata Si polisi itu sambil memberikan hormat di iringin tatapan teman - temannya yang kebingungan.     

Nizam menganggukan kepalanya dan mengucapkan terima kasih sebelum kemudian Ia meluncur kembali.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.