CINTA SEORANG PANGERAN

Bertemu Arani



Bertemu Arani

0Melihat sebuah mobil box muncul para penjaga itu langsung menghentikan Nizam. Nizam menjadi sedikit tegang. Ia tidak  memiliki ilmu penyamaran ataupun ilmu hipnotis seperti pangeran Abbash. Ia hanya punya ilmu beladiri secara fisik dan tenaga dalam. Jadi ketika mobilnya dihentikan Nizam merasakan keringat dinginnya menetes.     
0

Nizam bukannya takut menghadapi mereka kalau seandainya ketahuan. Tetapi di dalam sana ada Cynthia yang sedang di tahan oleh Pangeran Barry. Kalau mereka tidak segan – segan untuk membunuh Nizam apalagi untuk membunuh Cynthia. Kalau seandainya ketahuan maka kalau nyawa Cynthia pasti akan terancam dan kalaupun tidak terancam maka penjagaan akan semakin diperketat.     

Seorang penjaga berkulit hitam tampak menganggukan kepalanya dan berkata, " Selamat malam. Bisakah kau tunjukkan surat jalannya " Katanya sambil melihat ke arah Nizam.     

Sebenarnya mobil box ini dikenali mereka sebagai mobil pengantar bahan makanan mentah untuk hotel mereka. Mobil box ini setiap hari datang ke sini pada jam yang sama dan orang yang sama. Sehingga mereka tampak tidak terlalu waspada. Suasana remang – remang tampak menguntungkan Nizam sehingga mereka tidak terlalu jelas melihat wajah Nizam yang terhalang oleh topi nya.     

Nizam memberikan surat jalannya yang hanya dilihat sekilas oleh mereka. Nizam dari tadi mencoba tidak untuk bersuara. Ia takut kalau si penjaga mengenali suara si sopir mobil box yang sesungguhnya.     

Nizam baru saja bernafas lega karena si penjaga itu memberikan kembali surat jalannya setelah memeriksanya sesaat. Tetapi kemudian muka Nizam kembali sedikit pucat ketika si penjaga kemudian bertanya,     

"Kemana temanmu ? Biasanya kau datang berdua ?" kata Si penjaga sambil sedikit celingukan ke dalam mobil mencari pegawai yang biasanya menyertai si sopir.     

"Oh.. ohok..ohok.. Dia sedang sakit perut " Kata Nizam sambil menyerakkan suaranya disertai batuk – batuk sedikit untuk menyamarkan suaranya     

"Kau sedang batuk?" kata si penjaga sambil mengerutkan keningnya.     

"Iya.. sedikit." Jawab Nizam sambil tetap lurus menatap ke depan.     

"Kalau begitu masuklah !! " Katanya sambil memberikan jalan kepada mobil box. Nizam tidak menundanya lagi. Ia langsung menekan pedal gasnya dan meluncur masuk menuju halaman belakang di mana dapur hotel biasanya berada. Nizam memperhatikan tempat parkir yang sedikit tertutup oleh pepohonan. Nizam melihat ada celah diantara dua buah mobil. Nizam kemudian menyelipkan mobil box itu diantara celah dua buah mobil yang terparkir lebih dulu. Nizam  merasakan cukup aman karena sekarang mobil box itu tidak terlihat. Nizam segera turun dari mobil boxnya dan melihat situasi sebelum kemudain Ia mengangkat handphonenya dan mencoba menghubungi Arani.     

"Arani.. Aku sudah di dalam. Kau ada dimana ? " Nizam berkata di teleponnya dengan suara berbisik.     

"Hamba ada di dekat patung – patung binatang di sebelah selatan hotel ini. Hamba sedang bersiap masuk tetapi hamba lihat ada banyak penjaga di sekitar hotel. Dan suasananya terlihat sangat tegang"     

"Aku ada di tempat parkir mobil di belakang hotel. Aku akan datang ke sana dengan menyelinap. Kau tunggu saja. Jangan melakukan suatu gerakan apapun " kata Nizam sambil kemudian berjalan menyelinap menuju Cynthia.     

Sesekali Nizam hampir berpapasan dengan para penjaga yang sedang berpatroli. Nizam menyeringai. Penjagaan ketat seperti ini tampak sekali menunjukkan kalau Pangeran Barry sedang panik. Kalau tidak panik tidak mungkin dia menyuruh para penjaga berpatroli seperti di Istana atau di markas tentara. Padahal ini adalah hotel yang tidak membutuhkan penjagaan yang begitu ketat.     

Nizam bahkan berpikir jangan – jangan di dalamnya sudah tidak ada tamu mengingat kalau hari ini Pangeran Barry harusnya sudah harus mempersiapkan diri untuk melarikan diri dari kejaran polisi. Karena jika polisi sudah bisa melengkapi semua bukti yang diperlukan maka Pangeran Barry tidak akan bisa melarikan diri.     

Setelah berjalan beberapa meter Ia melihat sebuah taman dengan banyak patung binatang. Patung – patung itu terbuat dari marmer putih yang tampak berkilat terkena sinar lampu. Nizam mengerutkan keningnya melihat tempat persembunyian Arani. Mengapa Arani malah memilih tempat persembunyian yang sedikit terang dibandingkan yang lain.     

Nizam lalu menyelinap ke sebuah patung kuda. Dan Ia lalu melihat bayangan orang di dekat patung gajah. "Arani.." Nizam berbisik     

"Hamba.. Yang Mulia" Arani menjawab sambil mencari Nizam dan Nizam melihatnya. Ia segera melompat perlahan dan menarik Arani ke sebuah pinggir kolam air mancur yang sedikit gelap. Nizam membawa Arani merunduk agar mereka tidak terlihat oleh penjaga.     

"Ceritakan semua informasi yang kau peroleh.." Kata Nizam sambil berbicara perlahan.     

"Yang Mulia Putri Cynthia di sekap di kamar 706. Satu lantai dengan kamar Pangeran Barry dan istri – istrinya."     

"Darimana Kau tahu?" Nizam bertanya untuk memastikan kebenarannya. Ia bukannya tidak mempercayai Arani tetapi Nizam tetap berhati – hati terhadap siapapun juga.     

"Tadi Hamba berhasil menyeret seorang pelayan yang sedang membersihkan lantai. Dan hamba interogasi dia" Kata Arani.     

Nizam menganggukkan kepalanya, " Teruskan !!"     

" Hamba tidak bisa menyelinap masuk karena para penjaga ada disetiap pintu masuk dan hamba juga tidak membawa peralatan apapun untuk masuk."     

"Aku mengerti " kata Nizam memahami kesulitan Arani untuk masuk. Lagi pula masuk ke tempat Pangeran Barry tentu saja tidak akan mudah.     

"Sudah tidak  ada tamu hotel sejak dari dua hari yang lalu. Hotel ini hanya digunakan untuk menampung semua orang – orang pangeran Barry. Pangeran Barry rupanya sudah mempersiapkan penyerangan ini dengan sangat matang."     

"Ya.. Ia memang berniat untuk menghancurkanku sejak lama. Seandainya kalau Pangeran Abbash tidak mengkhianati kakaknya pasti saat ini Aku dan anak – anak sudah tinggal nama" Kata Nizam dengan sangat geram.     

"Yang Mulia. Bagaimana rencana kita sekarang ?" kata Arani dengan sedikit cemas. Cynthia ada di bawah pengamanannya dan kalau sampai Cynthia tidak diselamatkan maka Arani tidak akan dapat memaafkan nyawanya sendiri.     

"Aku akan menyelinap masuk dan akan memberikan kau kode untuk masuk kalau seandainya sudah aman. Jika Aku tidak keluar dalam waktu dua jam. Kau hubungi Amar secepatnya "     

"Mengapa kita tidak menghubungi Amar sekarang?" Kata Arani     

"Tidak bisa. Dia sedang menjaga Pangeran Abbash. Aku tidak bisa membiarkan pangeran Abbash sendiri. Orang itu sedikit gila dan Ia bisa saja melakukan tindakan yang diluar dugaan"     

Arani mengerutkan keningnya. "Mengapa Yang Mulia tidak membunuhnya saja? Mengapa Yang Mulia membiarkannya hidup?" Arani tampak tidak suka mendengar Pangeran Abbash masih hidup.     

" Tidak bisa. Dia banyak berjasa kepada kita" Kata Nizam sambil berbicara kepada Arani tetapi matanya sudah mengintai pergerakan para penjaga yang ada di depan hotel.     

"Berjasa bagaimana? Apa yang dia lakukan untuk kita? " Kata Arani masih tidak ikhlas kalau Pangeran Abbash masih hidup.     

Nizam malah melirik dengan tajam, "Tutup mulutmu!! Nanti akan Aku ceritakan semuanya" Kata Nizam melihat Arani mulai keluar sifat kewanitaannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.