CINTA SEORANG PANGERAN

Sisi Lain Alena



Sisi Lain Alena

0Alena duduk dengan santai diapit oleh Nizam dan Penasihat hukumnya. Disamping Nizam ada AKBP Santosa. Nizam melirik ke arah Istrinya. Ia melihat tidak ada raut wajah ketakutan sedikitpun yang tampak ke permukaan. Bahkan mata yang biasanya berkaca-kaca jika menghadapi suatu masalah sekarang tidak terlihat. Yang ada adalah mata yang dingin dan acuh tak acuh menghadapi semua kerumunan orang disekitarnya.     
0

"Alena apakah Kamu tidak takut?" Bisik Nizam.     

"Memang mengapa?" Kata Alena acuh tak acuh.     

"Kau tahu, ini negaramu bukan negaraku. Aku tidak mempunyai banyak wewenang di sini. Lagipula kasusmu dan ayahmu berbeda. Untuk kasus Ayahmu Aku sudah menyelidikinya berbulan-bulan tapi untuk kasusmu Aku sedikit kebingungan karena kasusmu begitu tiba-tiba terjadinya"     

"Kau duduk sajalah yang tenang. Tidak usah banyak bicara. Kali ini adalah kasusku Aku akan selesaikan sendiri."     

"Tapi Alena Aku nanti tidak akan mengerti. Kau tahu kalau akan ada saksi baru yang akan memberatkanmu"     

"Aku sudah tahu siapa kira-kira yang akan jadi saksi untuk melawan ku" Suara Alena terdengar dingin.     

Nizam menatap Alena dengan pandangan tidak percaya. Benarkah yang dihadapannya ini adalah Istrinya yang begitu polos. Apakah dia kerasukan makanan yang tadi Ia makan. Bukankah waktu dia makan dia masih Alena yang polos dan lugu. Ia makan begitu banyak seakan tidak ada masalah apa-apa.     

"Siapa Alena?? Siapa?? Bagaimana Kau bisa tahu??" Kata Nizam.     

"Ini negaraku, Kotaku. Aku kenal orang-orang disekitar ku. Kalaupun aku kemarin terjebak oleh pesan Andre itu karena aku masih mempercayai seseorang. Tapi sekarang keprcayaanku sudah habis. Aku tidak akan berbelas kasihan lagi. Kalau memang benar dia yang akan jadi saksi untuk melawanku maka cukup sudah. Selama ini aku sudah berusaha menjadi seekor kucing yang naif. Tetapi orang-orang memanfaatkan kelemahanku dan terus menekanku. Jangan salahkan Aku kalau sekarang Aku akan melawan mereka."     

"Alena..apa kau keracunan tempe mendoan?" Nizam malah ngeri menatap Alena. Ia seakan duduk di samping wanita yang tidak dikenalnya. Tanpa sadar duduknya bergeser menjauhi Alena. Alena malah mengambil sebotol air mineral lalu menenggaknya langsung dari botol.     

Ketika protokoler mulai membuka acara. Dan kemudian memberikan kesempatan kepada Alena untuk menceritakan kejadian yang sebenarnya. Kadang-kadang penjelasan Alena ditimpali oleh AKBP Santosa, kadang oleh Nizam Suaminya. Alena menjelaskan menggunakan bahasa Inggris. lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh seorang penerjemah.     

Para wartawan melihat Alena dengan seksama. Rasa kepenasaran mereka membuat mereka terus menerus menatap Alena. Alena berbicara dengan tenang dan dingin. Nadanya datar membuat para wartawan sedikit keheranan. Selama ini mereka mendengar bahwa Alena adalah wanita pesolek, manja dan kekanak-kanakan. Ia juga wanita tipe penggoda yang bisa menggetarkan setiap lelaki yang memandangnya.     

Tapi hari ini mereka melihat Alena seakan wanita yang berhati dingin dan penuh wibawa. Tidak ada satupun gesture tubuh yang menunjukkan Alena wanita penggoda pria. Mereka mulai bingung. Apakah rumor yang beredar selama ini adalah suatu kesalahan.     

Selesai Alena berbicara maka sesi tanya jawab segera diumumkan dimulai. Alena sadar sekali Konferensi pers adalah sidang kecil sebelum mulai ke pengadilan. Opini masyarakat akan terjaring melalui kejadian ini. Kalau Ia berhasil mendapatkan simpati dari para wartawan maka sidang pengadilan akan bersikap netral tanpa memihak siapapun. Tapi kalau seandainya Ia tidak mendapatkan simpati mereka maka ia akan kesulitan menghadapi persidangan kelak. Bahkan Ia berharap Ia akan tetap menjadi saksi sehingga Ia bisa bebas tanpa melalui persidangan.     

Adakalanya suatu kasus dipengadilah terlebih dahulu dihakimi oleh opini masyarakat sebelum divonis hukuman oleh hakim itu sendiri. Sehingga ketika sidang berlangsung hakim yang suka terbawa emosi akan menvonis kasus karena pengaruh opini masyarakat bukan karena saksi atau bukti yang ada. Alena bertekad akan memenangkan opini masyarakat melalui konferensi pers ini. Ia melirik ke arah handphonenya. Ia menggeser-geserkan layar handphonenya. Lalu melirik ke arah Nizam yang masih bengong dengan tingkah laku dirinya yang sangat aneh.     

Seorang wartawan pria segera mengangkat tangannya, Tidak sabar ingin mengajukan pertanyaan.     

"Tuan Putri Alena, mohon izin bertanya. Tetapi mohon maaf bahasa Inggris saya tidak lancar maka Saya ingin bertanya menggunakan bahasa Indonesia."     

"Silahkan.." Kata Alena.     

"Berdasarkan isu yang beredar, apakah benar Anda yang menggoda Tuan Andre?"     

"Benarkah?? Apakah mungkin Saya yang sudah bersuami menggoda pria lain?" Mata Alena menatap tajam.     

Seorang wartawati lalu mengangkat tangannya.     

"Bisa saja, yang Mulia. Jika anda mmm maaf tidak mendapatkan kepuasan dari suami anda" Katanya tidak tahu malu     

Mata Alena terbelalak mendengar kata-kata si Wartawati tadi. Hampir saja Ia melemparkan mic ke muka si Wartawati itu kalau tidak dari depan Ia melihat sosok pria yang mengenakan topi dan berkacamata menggelengkan kepalanya kepadanya untuk tidak berlaku sembrono. Alena menelan ludahnya Ia melirik ke arah Nizam. Nizam sedikit tidak paham karena perbincangan menggunakan bahasa Indonesia. Melihat wajah tampan Suaminya Alena lalu tersenyum.     

"Nona..Apakah Anda bisa melihat suami saya yang duduk disamping Saya?" Alena berkata sambil melihat ke arah Nizam. Semua mata sontak melirik ke arah Nizam. Nizam menjadi terkejut tidak mengerti mengapa semua mata jadi menatap ke arahnya. Bahkan si Wartawati yang bertanya menatap tak berkedip. Betapa tampan dan gagahnya Pangeran Azura itu.     

"Kau sudah melihatnya? Tampaknya begitu Saya tunjukkan mata Anda langsung melihatnya tanpa berkedip" Tanya Alena. Wajah si Wartawati langsung memerah tersipu-sipu. Suara gemuruh langsung terdengar, sebagian mentertawakan si Wartawati tadi.     

"Bagiamana menurut pendapat Anda. Jika Anda di posisi saya apakah mungkin Anda rela menukar pria tampan ini dengan maaf sosok Andre yang mungkin sudah Anda tahu seperti apa. Yaah.. Mungkin Andre tampan tapi dibandingkan dengan suami saya. Andre tidak ada apa-apanya."     

Wartawati itu langsung tersedak Ia lalu mengakui dalam hatinya bahwa kata-kata Alena adalah benar.     

"Mohon maaf Yang Mulia. Tapi bukankah cinta tidak mengenal wajah, harta dan jabatan. Bisa saja sebenarnya Anda mencintai Almarhum Tuan Andre lalu meninggalkannya untuk menjadi istri yang mulia Pangeran Nizam dan kemudian Tuan Andre frustasi lalu mengajak anda bertemu untuk membicarakan kelanjutan hubungan kalian dan terciptalah tragedi itu." Seorang wartawan ngotot mempertahankan pendapatnya.     

"Aku tidak pernah mencintai Andre!!!" Alena berdiri dengan wajah gusar. Ia mulai terpancing emosi. Nizam segera ikut berdiri dan mengelus punggung Alena memintanya untuk duduk kembali.     

Suasana di Aula kembali riuh. Dan tiba-tiba dari arah pintu Aula datang seorang cantik berambut panjang sambil membawa seorang bayi.     

"Dia berkata benar, Dia tidak pernah mencintai Andre!!" Suara wanita itu terdengar sangat keras dan berintonasi. Semua kepala segera menoleh ke arah sumber suara. Alena terkejut. Ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Ia baru saja akan tersenyum bahagia karena ada yang membelanya tetapi kemudian senyumnya menghilang karena wanita itu melanjutkan perkataannya.     

"Alena tidak pernah mencintai Andre tetapi Ia sengaja menggoda dia untuk merebutnya dariku." Kalimat lanjutan dari wanita itu langsung membuat suasana semakin panas. Sekarang akan ada dua sumber berita yang sangat menarik yaitu dari Alena dan dari wanita itu.     

Wajah Alena seketika pucat pasi. Mengapa dia, wanita itu selalu jahat kepadanya. Pikiran Alena melayang-layang. Matanya langsung kembali mencari-cari sosok pria yang bertopi. Kali ini pria yang bertopi mengangkat tangannya memberikan isyarat agar Ia bersikap tenang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.