CINTA SEORANG PANGERAN

Apakah kita akan pergi Berperang?



Apakah kita akan pergi Berperang?

0Cynthia dan Pangeran Thalal berjalan sangat cepat. Menuju pesawat, Cynthia malah sambil sedikit ngomel-ngomel. "Yang Mulia sih.." Katanya sambil tidak meneruskan ucapannya. Pangeran Thalal menghentikan langkahnya Ia memutar wajahnya ke arah Istrinya. "Memangnya Aku kenapa?"     
0

"Mmmm... tidak apa-apa, hanya saja Kita jadi terlambat" Cynthia tadinya mau bilang kalau mereka terlambat gara-gara suaminya terus menerus meluapkan emosinya melalui dirinya. Tapi kemudian Ia tidak mau membuka konfrontasi baru.     

"Memangnya kenapa kalau terlambat? Pesawat ini milikku. Semua pegawai, pramugari dan pramugara serta pilotnya Aku yang bayar. Mengapa Aku harus resah kalau terlambat sedikit saja? " Pangeran Thalal malah melambatkan langkahnya. Ia tadi terpancing oleh istrinya yang menyuruhnya pergi untuk buru-buru. Kenapa Ia jadi berjalan cepat hanya untuk mengejar pesawat. Bukankah pesawat itu hanya menunggunya untuk pergi.     

Cynthia turut melambatkan langkahnya. Ia jadi tertawa dalam hatinya. Apa yang dikatakan suaminya adalah benar. Mengapa Yang Mulia harus terburu-buru. Pesawat itu tidak akan pergi tanpa mereka. Jadi mau terlambat berapa jam pun pesawat itu akan tetap menunggu mereka. Kekuatan uang sungguh sangat luar biasa.     

"Maafkan Hamba Yang Mulia. Hamba benar-benar lupa Kalau pesawat itu adalah milik pribadi Yang Mulia. Sehingga Kalau terlambat juga tidak apa-apa. Hanya saja Yang Mulia..." Cynthia tidak melanjutkan perkataannya.     

"Hanya saja apa? Apa ada salah?"     

"Yang Mulia menjanjikan untuk pergi pukul 17.30 tetapi sekarang sudah hampir pukul 19.00. Kita telat hampir satu jam setengah. Ini merupakan hal yang kurang baik untuk contoh bagi bawahan Yang Mulia."     

Pangeran Thalal terdiam. "Memang benar. Selama ini Aku selalu on time. Karena Aku sangat menghargai waktu. Tapi Kau membutakan mata dan hatiku. Kau menyesatkan Aku, hingga Aku lupa akan ruang dan waktu."     

"Uh..Yang Mulia sangat pandai menyalahkan orang lain."     

Pangeran Thalal tertawa melihat Cynthia tersipu-sipu. Senang sekali Ia melihat wanita yang begitu cerdas dan jenius itu tersipu-sipu malu dihadapannya.     

"Mulut Yang Mulia sungguh berbisa." Cynthia kembali melangkahkan kakinya Ia melihat pesawat yang akan ditumpangi mereka sudah terbuka pintunya. Karpet merah terbentang dari tangga ke arah koridor. Cynthia menggelengkan kepalanya. Sudah hampir setahun lebih Ia tinggal di Istana tetapi tetap saja gaya hidup para Pangeran Azura itu membuatnya tidak paham. Jarak antara pesawat dan koridor cukup jauh. Karpet dibentangkan dari pintu pesawat sampai koridor apakah itu bukan berlebihan.     

Pangeran Thalal nyengir kuda, sambil menjejakkan kaki di atas karpet merah. Para pelayan, penjaga, pegawai, pilot dan pramugari sudah terlihat membungkukkan tubuhnya memberikan hormat. Pangeran Thalal berjalan tegap. Tubuhnya terbalut pakaian khas Arab. Dengan penutup kepala berupa kain persegi bermotif kotak-kotak putih merah.     

Penutup kepala yang bernama ghutra itu dijepit oleh asesorisnya yang berbentuk lingkaran bewarna hitam bernama igal, penjepit itu diperlukan agar kain penutup itu diam dan tidak jatuh.     

Pakaian Pangeran Thalal bewarna putih diselubungi jubah berwarna putih pula dengan bordiran emas pada setiap ujung lengan dan depan serta bawah. Jubah yang bernama bisht ini dijahit dengan tangan dengan waktu menjahit dan membordir sekitar 120 jam. Bisht menjadi pakaian simbol kemewahan bagi para bangsawan dan penghuni kerajaan. Pangeran Thalal sendiri memang sangat fashionable. Apapun yang Ia kenakan selalu tampak spektakular ditubuhnya. Mau berpakaian tradisional Azura atau berpakaian modern Ia tetap memancarkan pesona ketampanan yang luar biasa.     

Sebenarnya Putri Lili sendiri tidaklah salah ketika Dia bilang mencintai Pangeran Thalal karena hanya dengan memandang fisiknya saja semua gadis akan dibuat tergila-gila. Tapi Pangeran Thalal tentu saja bukan orang bodoh. Mana sudi Ia hanya dicintai karena fisik atau hartanya saja. Bukankah kekayaan akan habis kalau diambil oleh pemilik aslinya. Bukankah fisik juga akan berkurang pesonanya seiring berjalannya waktu. Ia tidak mau ditendang bagai sepatu usang ketika Ia sudah tidak memiliki harta atau fisik yang tampan.     

Cynthia tampak tertegun melihat orang-orang yang akan ikut dengan mereka. Ada sekitar seratus orang atau lebih berbaris menunggu Pangeran Thalal. Orang-orang yang berjajar di barisan depan segera mencium tangan Pangeran Thalal. Dan Cynthia hanya menangkupkan jarinya di depan memberikan salam kepada mereka.     

"Sesaat setelah terbang. Kumpulkan semua orang di ruang konferensi. Aku mau berbicara dulu" Katanya sambil naik ke atas tangga pesawat diikuti oleh Cynthia dan para pelayan.     

Cynthia berusaha menutupi rasa tercengangnya ketika menaiki pesawat milik suaminya. Waktu ke Bali Ia naik pesawat milik Nizam dengan ukuran yang kecil. mereka juga tidak membawa orang terlalu banyak. Tapi sekarang Pangeran Thalal membawa banyak orang seakan-akan mereka ingin berperang saja. Padahal masalah yang dihadapi juga belum jelas seperti apa.     

Pangeran Thalal membawa sekitar 100 orang penjaga yang sudah sangat terlatih. Ia merasa kasus yang dihadapi oleh Nizam sedikit rumit. Ia juga tadi sudah menghubungi Kedubes Azura di Indonesia untuk memperoleh perizinan membawa banyak orang. Ia tidak mau bermain-main dengan orang yang sudah membuat gundah hati Kakaknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.