CINTA SEORANG PANGERAN

Kau Menghargai ku Dengan Uang



Kau Menghargai ku Dengan Uang

0Lila tidak menjawab sepatah katapun. Ia terdiam dalam otak cerdasnya. Pria yang ada didepannya sekarang pasti sedang mengalami kesulitan sehingga Ia tiba-tiba mengeluarkan suatu perkataan yang sangat tidak masuk di akal. Bagaimana bisa pertemuan yang begitu singkat akan diakhiri dengan pemberitaan suatu permintaan pernikahan.     
0

Seandainya bukan Edward, Lila pasti sudah menendangnya jauh-jauh. Ia bukan tipe gadis yang matrealistis. Betapa banyak pria yang mendekatinya, ingin berkencan dengannya tapi Lila tidak pernah tertarik. Ia tetap fokus pada studi nya. Ambisinya untuk menjadi seorang pengacara terkenal mengalahkan semua hal menarik yang muncul disekitarnya.     

Ia adalah gadis yang memiliki harga diri tinggi. Matanya menatap pada mata Edward. Mata Hijau Edward balik menatapnya dengan cahayanya yang berkilauan seakan meminta suatu permohonan 'please help me'     

Mata hijau yang semalaman berurai air mata itu sekarang menatapnya penuh harap. Keangkuhan Lila serta-merta luruh dalam sinar kehijauan mata zamrud Edward.     

Lila menatap Pangeran Thalal dan Chyntia. Ia menangkupkan kedua tangan di dada. Membungkukkan badannya dan berkata     

" Hallo I'm Lila. Saya kekasih Edward. Kebetulan Saya adalah pelayan di Club ini. dan Edward adalah pelanggan kami."     

Pangeran Thalal melebarkan matanya. Menatap tajam pada Lila lalu menatap Edward yang sedang takjub memandang Lila. Kekaguman yang muncul pada hati Edward terhadap Lila membuat Edward terus menatapnya dengan tidak berkedip.     

"Luar biasa sekali Kau ini. Belum genap sebulan Kau masih menangisi Kakak Putri Alena tapi sekarang Kau sudah hendak menikah. Selamat.." Pangeran Thalal berkata dengan sedikit sinis. Ia masih merasa bahwa Edward sedang membodohi nya.     

Edward berdehem. "Apa sekarang Kalian bisa duduk lagi.."     

Pangeran Thalal melihat ke arah jamnya. "Aku mau ke mesjid dulu. Ini sudah waktunya untuk ku sholat subuh. Silahkan kalian bersiasat dulu. Tapi Edward terus terang Aku menghargai semua upayamu"     

"Yang Mulia, mohon jangan salah sangka. Apa yang mulia tidak melihat mengapa Aku akan menikahi nya walau baru bertemu beberapa Minggu yang lalu"     

Pangeran Thalal menatap Lila. Lalu menghela nafas. " Mungkin Kau benar. Aku terlalu berprasangka. Gadis ini hampir mirip dengan Kakak Putri Alena. Mungkin jika Aku ada diposisi mu Aku akan mengambil tindakan yang sama. Bukankah luka karena cinta obatnya harus cinta. Mengalihkan sesuatu yang tidak mungkin bisa kita dapatkan kepada sesuatu yang hampir serupa adalah salah satu cara yang termasuk ampuh." Pangeran Thalal tersenyum manis.     

Edward menarik nafas lega. Senyum di bibir Pangeran Thalal sudah membuktikan bahwa Pangeran Thalal sudah mempercayainya. Senyum sinis Pangeran Thalal lenyap digantikan dengan senyum manis memabukkan mata yang memandang. Edward sampai takjub melihatnya.     

Pantasan saja Cynthia sampai berubah sebegitu drastis karena memang Pangeran Thalal layak untuk diperjuangkan. Seandainya Ia perempuan Ia juga pasti akan tersungkur dikakinya. Ia sangat berbeda dengan Nizam. Ketampanan Nizam serupa dengan binatang elang yang terbang melayang di angkasa. Orang hanya dapat menatap dan mengagumi dari kejauhan.     

Sedangkan Pangeran Thalal seumpama burung merak yang setiap saat memamerkan keindahan bulunya. Membuat hati orang-orang yang menatapnya jadi meleleh.     

Pangeran Thalal dan rombongannya pergi mencari mesjid untuk sholat. Edward menatap Lila. Ia meraih tangan Lila dan mengucapkan terima kasih atas semua upaya yang dilakukan oleh Lila.     

"Entah apa yang harus Aku lakukan untuk membalas budimu. Kau gadis yang begitu luar biasa. Kau tahu Aku benar-benar membutuhkan bantuan mu. Berdirilah disampingku untuk berpura-pura menjadi kekasih ku. Anggaplah Kau sedang bekerja sampingan. Aku pastikan Kau akan mendapatkan penghasilan yang sangat layak."     

Mata Lila meredup mendengar kata-kata Edward. "Kau Menghargai ku dengan uang. Apa Aku semurah itu. Apa Aku tidak layak untuk menerima ucapan terima kasih dari mu. Lagipula Aku menolongmu hanya karena Aku penasaran. Siapakah Alena yang mampu membuat Kau tertidur dalam tangisan. Mengigaukan nama Alena sepanjang malam."     

Edward tercengang mendengar penjelasan Lila yang begitu diluar dugaan.     

"Kau...Ah..maafkan Aku. Sungguh aku tidak bermaksud untuk merendahkan mu? tetapi ini hanya sekedar tawaran kerjasama dalam hubungan simbiosis mutualisme. Wanita yang kau sebutkan tadi adalah belahan jiwaku."     

"Aku sudah tahu,kau semalam membacakan syair yang begitu indah. Kau membuat hstiku tersentuh. Aku akan berusaha membantumu asalkan tidak bertentangan dengan norma."     

Edward mengangkat dua jarinya. "Aku bersumpah tidak akan memintamu untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma. "     

"It's Fine.. Sambil menunggu mereka beribadah. Ceritakanlah sekilas tentang Alenamu itu. Aku sungguh sangat penasaran"     

"Sebelum Aku bercerita. Tolong katakan terlebih dahulu. Kau mahasiswa jurusan apa?"     

Lila terkejut. "Darimana Kau Tahu Aku seorang mahasiswa?"     

"Kau sangat cerdas dan elegan. Kau fasih berbahasa Inggris dan cepat tanggap dalam menghadapi situasi. Kau tahu kapan harus diam dan kapan harus bicara. Kau pasti Mahasiswa yang sangat cerdas" Mata Edward menyelidiki. Lila tersenyum lebar.     

"Aku mahasiswa jurusan hukum tingkat akhir"     

"Oh.." Mata Edward terbuka lebar. Apakah ini bukan suatu kebetulan. Tuhan pasti tengah menghulurkan tangannya kepada dirinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.