CINTA SEORANG PANGERAN

Aku gila karenamu.



Aku gila karenamu.

0Setelah Pangeran Thalal dan Arani pergi, Nizam melepaskan pakaiannya lalu melirik ke pelayan yang berdiri tegak disamping dekat pintu. Nizam melemparkan pakaiannya kepada pelayan itu lalu berkata, "Bakar pakaiannya. Jangan sampai Alena melihat bercak darahnya."     
0

Pelayan itu memegang pakaian Nizam lalu membungkukkan badannya kemudian berlalu dari hadapan Nizam. Nizam lalu pergi masuk ke dalam kamar dan mengambil pakaiannya yang lain. Ia mengambil kemeja lengan panjang dan memakainya dengan rapih. Ia juga mengenakan outfit sweeter tanpa lengan.     

Pesona Nizam tampak semakin sempurna dengan mengenakan celana model jeans yang sedikit ngepas. Nizam jarang memelihara cambang atau kumis seperti adik-adiknya. Wajahnya terlihat bersih tetapi tidak terlalu mulus karena masih terlihat bekas cukuran jenggot, kumis dan cambangnya. Ia benar-benar terlihat cool.     

Nizam mengambil kunci mobilnya dan bergegas keluar dari Apartemennya dan meluncur ke arah restoran tempat Alena menunggu. Alena sendiri sudah gelisah menunggu di Restoran Eropa "Angela". Restoran mewah tersebut hanya didatangi oleh para kaum jetset. Alena berdiri karena pegal duduk sedari tadi. Ia sudah meminum berbagai minuman ringan sehingga efeknya malah bolak-balik ke kamar kecil. Alena jadi morang-maring sendiri. Mukanya berubah jadi masam. Tangannya melambai ke arah Fuad dan Ali yang duduk di meja sebrang tidak jauh dari Alena.     

Ali segera datang dengan takjim* Ia menghadap sambil menundukkan kepalanya ke bawah. "Mana majikanmu itu? hampir kering Aku menunggu dia. Aku telepon juga tidak diangkat-angkat" Alena ngomel-ngomel dengan kesal.     

"Yang Mulia Putri Alena hamba juga tidak mengerti mengapa Yang Mulia Pangeran putra Mahkota belum datang. Hamba sudah berusaha menghubungi tetapi Handphone Yang Mulia mati."     

"Aaargh...apa dia sudah bosan hidup" Kata Alena dengan kesal. Lalu Ia bangkit lagi.     

"Yang Mulia mau kemana?" Tanya Ali.     

"Aku mau pipis lagi. Kenapa?? Tidak boleh??" Alena melotot, Ia sangat kesal pada Nizam sehingga Ia melampiaskannya kepada pengawalnya. Ali menggelengkan kepalanya sambil tetap menundukan Kepalanya. Ketika Alena mau melangkah pergi Ali berniat mau mengikuti nya, tetapi Alena malah menghardiknya. "Sudah-sudah jangan diikuti lagi. Aku sudah bolak-balik dari tadi. Sangat aman" Kata Alena sambil menyuruh Ali untuk tidak mengikuti nya. Ia dari tadi bolak-balik ke kamar mandi ditemani pengawal Nizam. Ia jadi canggung dan sebal sehingga Ia menolak dikawal. Lagipula kamar mandinya dekat dan restoran ini sangat mahal sehingga keamanannya terjamin.     

Alena lalu kembali berjalan ke arah ke toilet.     

Ali menghela nafas panjang Ia berbalik ke arah Fuad.     

"Kemanakah Yang Mulia Pangeran? Sudah hampir mau dua jam, pantas saja Yang Mulia Putri Alena marah-marah. Kita juga kesal menunggunya" Kata Ali.     

"Entahlah. Apa tuan Putri hendak ke air lagi? Mengapa Kau tidak mengawalnya?" Kata Fuad     

"Yang Mulia malah marah-marah ketika akan aku ikuti. Putri Alena benar-benar sangat kesal dengan Yang Mulia Pangeran Nizam."     

" Sebentar lagi pasti akan ada huru-hara antara suami-istri. Ha...ha..ha..." Fuad malah tertawa geli membayangkan Nizam akan dianiaya istrinya. Bukankah Alena terkadang sangat galak kalau lagi kesal.     

"Kamu jangan tertawa begitu. Kasihan Yang Mulia Nizam kalau sampai Ia kena tendang atau kena gigit lagi" Kata Ali tapi sambil tersenyum lucu.     

Sementara itu Alena yang baru selesai buang air kecil keluar terus misruh-misruh.     

"Kenapa Nizam lama sekali? Kalau Ia mau telat kenapa Aku harus disuruh pergi cepat-cepat. Membuat Aku jadi kesal. Aduuh..anakku jangan muter-muter terus." Kata Alena pada dirinya sendiri sambil mengusap perutnya. Ia berjalan keluar dari kamar mandi dan ketika Ia akan masuk ke ruang privat dia, tiba-tiba sosok tubuh tinggi besar menabrak bahunya dengan lembut.     

Walaupun pelan tetapi karena Alena sedang melamun maka Alena menjadi kaget dan terhuyung ke belakang, Ia hampir terjatuh kalau tidak sebuah tangan menariknya hingga Alena jatuh ke dalam pelukannya. Alena terpekik kaget Ia segera meronta melepaskan diri dan bergerak menjauh tubuh itu. Ia mengangkat wajahnya melihat siapa yang menabraknya.     

Seraut wajah sangat tampan berkulit putih dan berambut coklat dan matanya coklat kehitaman menatapnya dengan lembut sambil tersenyum. "Maafkan Saya Nyonya. Saya tidak sengaja telah menabrak Anda. Apakah Anda tidak apa-apa?" Tangannya sambil hendak memegang tangan Alena. Alena langsung menepisnya dengan kesal.     

"Apa matamu buta? Badanku sedang hamil besar, sebesar paus di lautan. Apakah Kau tidak melihatnya. Untungnya Aku tidak apa-apa" Kata Alena sambil manyun. Ia segera berjalan kembali tanpa melihat ke arah pemuda itu sambil tambah kesal.     

Pemuda itu menghela nafasnya dan melirik ke arah pojok. Ada pemuda kulit hitam yang sedang berdiri memegang kamera yang beresolusi tinggi. Pemuda itu mengangkat jempolnya. Pemuda yang menabrak Alena langsung puas dan mereka segera pergi menyelinap keluar.     

***     

Alena masuk kedalam ruangannya dan begitu Alena akan duduk dilihatnya Nizam sudah duduk duluan sambil tersenyum manis. Alena sangat marah dan langsung mau mencakar tangan Nizam. Tapi Ia kalah cepat dengan Nizam yang mengeluarkan sebuah kotak dari sakunya. Tangan Alena jadi tergantung diudara. Matanya melirik kotak berwarna merah yang sangat indah itu. Ia lupa dengan amarahnya apalagi ketika kemudian Nizam membuka kotak persegi itu. Cahaya berkilauan seakan berebut keluar dari dalamnya.     

Mulut Alena ternganga melihat keindahan benda di depannya. Sebuah kalung berlian 508 karat dengan warna biru dikelilingi berlian berwarna merah muda dan di desain seperti garis edar ribuan bintang dalam suatu galaxy tatanan tata Surya. Benda yang di depannya adalah Kalung termahal di dunia dengan harga hampir tiga Triliun. Alena tahu persis harga kalung itu karena pada tiga hari lalu Ia pernah menonton tayangan 10 kalung berlian termahal di dunia di televisi.     

Dan ketika Alena melihat kalung yang termahal di dunia dengan desain seperti ribuan bintang dalam galaxy itu. Nizam tidak sengaja melihat Alena menggelengkan kepalanya dan mengguman "Hanya orang gila yang mau membeli kalung seharga 3 triliun"     

Kini kalung itu ada di mukanya. Melihat Alena hanya terpukau Nizam berinisiatif mengeluarkannya dari kotak lalu berjalan ke belakang Alena lalu mengenakannya. Alena menahan nafasnya dan kemudian meraba kalung yang sudah terpasang dilehernya. "Ya Tuhan..Nizam bukankah Kalung ini harganya Tiga Triliun. Aku sudah bilang hanya orang gila yang mau membeli kalung itu"     

Nizam tersenyum sambil memeluk tubuh Alena dari belakang. Ia berbisik lembut ditelinga Alena. "Aku memang sudah gila. Gila karena mencintaimu. I Love You, sweetheart. Terimakasih sudah bersedia menjadi ibu bagi anakku. Aku adalah pria yang paling beruntung di dunia" Kata Nizam sambil mencium leher Alena dengan lembut. Alena membalikkan tubuhnya. Lupalah Ia dengan rasa kesalnya. Tangannya kini merangkul leher Nizam. Dan mulai mencium bibir Nizam dengan penuh kelembutan.     

Ruangan yang ditempati Alena dan Nizam adalah Tempat Private yang dikelilingi oleh kaca film. Hanya ada Fuad dan Ali yang duduk dipojokan. Dan keduanya sekarang terlihat sedang pura-pura asyik sendiri. Kali ini tebakan mereka salah. Ketika mereka menyangka akan terjadi huru-hara tapi malah ada adegan romantis di depan mata yang sangat menyiksa perasaan. Kedua makhluk di depannya saling membenamkan ciuman. Mereka berciuman dengan begitu dalam dan lama.     

***     

*Takjim = amat hormat atau sopan     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.