CINTA SEORANG PANGERAN

Kodrat seorang wanita



Kodrat seorang wanita

0Nizam segera melihat ke arah belakang karena Ia melihat gelagat Ali yang mencurigakan. Beberapa saat kemudian Nizam dapat melihat sebuah mobil hitam mengikuti mobil mereka. Rombongan Nizam hanya terdiri dari dua mobil. Mobil pertama mobil yang Ia, Alena , Fuad dan Ali tumpangi. Mobil kedua adalah mobil yang ditumpangi oleh para pengawal dan pelayannya. Mobil hitam di belakangnya terlihat mengekor mobil mereka. Mobil itu selalu ada di belakang mereka walaupun mobil itu berupaya menjaga jarak.     
0

Ketika Ali menoleh ke belakang, melihat Nizam untuk menyampaikan sesuatu. Nizam menggelengkan kepalanya perlahan menyuruh Ali untuk diam. Ia tidak ingin Alena tahu apa yang terjadi. Nizam tidak ingin membuat Alena cemas. Melihat Isyarat dari Nizam Ali pun kemudian kembali melihat ke arah depan. Tidak lama Ali mendapatkan sambungan telepon dari pengawal yang ada di mobil belakang. Sebelum menjawab teleponnya. Ali meminta izin kepada Nizam.     

"Mohon izin mengangkat telepon, Yang Mulia" Kata Ali.     

"Dari siapa?" Kata Nizam sambil menatap tajam.     

"Dari Imran" Ali menyebutkan nama Imran. Imran adalah salah satu pengawal yang menumpang di mobil belakang. Nizam mengangkat alisnya sambil menjawab.     

" Hmmm... turunkan pembatas mobil" Kata Nizam sambil menyenderkan kepala Alena dibahunya. Fuad segera menekan tombol untuk menurunkan pembatasan ruangan di mobil. Fuad tahu bahwa Nizam tidak ingin Alena mendengarkan pembicaraan antara Ali dan pengawal di mobil belakang. Pembatas mobil segera turun membuat kedua ruangan jadi tidak saling mendengar     

:telephone_receiver: "Assalamualaikum, Tuan Ali"     

:telephone_receiver: " Waalaikumsalam, Imran. Katakanlah"     

:telephone_receiver:" Tentunya Tuan sudah melihat ada mobil yang mengikuti kita dari tadi."     

:telephone_receiver:" Ya Aku sudah melihatnya. Setiap kita berbelok dia mengikuti kita. Aku curiga ini ada kaitannya dengan kejadian tadi di restoran"     

:telephone_receiver: " Kami harus bagaimana? Haruskah Kami melawannya"     

:telephone_receiver:" Jangan dulu, nanti setelah Mobil yang ditumpangi oleh Yang Mulia sampai di apartemen maka kita baru akan menindaknya"     

:telephone_receiver: "Siagakan senjata kalian!! Aku khawatir ada gerakan tidak terduga"     

:telephone_receiver:" Baik.. Assalamualaikum" Imran menutup teleponnya.     

Sementara itu Alena yang bersender di dalam pelukan Nizam menatap Nizam dan bertanya.     

"Ada apa? Mengapa sekat mobil diturunkan, mengapa Aku merasa dari tadi ada yang tidak beres?"     

Nizam menggelengkan kepalanya,     

"Tidak ada apa-apa, mari sini Aku peluk. Alena bulan depan Kau akan segera menjadi seorang ibu dan Aku menjadi seorang ayah. Aku harap semua dapat berjalan dengan lancar dan baik."     

"Aamiin.. Tapi Aku terkadang ketakutan menghadapi persalinan." Alena tiba-tiba berkata sambil menyusupkan kepalanya ke dada Nizam.     

"Takut apa??"     

"Takut sakit. Mau normal atau operasi katanya tetap menyakitkan"     

Nizam tersenyum sambil mencium ubun-ubun kepala Alena. "Kau adalah Ratu Azura, satu-satunya dan hanya akan satu-satunya selamanya. Kau akan melahirkan banyak keturunan ku. Kalau kau takut sakit melahirkan lalu bagaimana?"     

"Mengapa wanita harus selalu mengalami penderitaan?"     

"Apa maksudmu, dengan penderitaan??" Nizam mengerutkan keningnya.     

"Waktu malam pertama Aku menderita kesakitan yang tidak terhingga. Kau merobekku habis-habisan. Nanti saat Aku melahirkan Aku juga akan menderita kesakitan karena anakmu" Alena bersungut-sungut.     

Nizam terbelalak tapi kemudian tertawa terbahak-bahak. Ia baru berhenti tertawa setelah Alena menggigit lengannya. Nizam memekik sambil menarik tangannya tapi terlambat di tangannya sudah terdapat tapak deretan gigi Alena. Nizam memajukan bibirnya Ia lalu mendorong kening Alena dengan telunjuknya.     

"Sakit.." Kata Nizam     

"Habis...Kau malah tertawa, bukannya kasihan kepadaku. Menyebalkan" Alena membuang muka.     

"Bagaimana Aku tidak tertawa, Kau lucu sekali. Itukan kodrat seorang wanita, sayang. Tapi kau tidak usah berkeluh kesah. Ada beberapa konsekwensi yang harus kita terima sebagai takdir kita. Kau adalah seorang wanita, sudah kodratnya melahirkan keturunan. Dan itu tidak bisa dihindari. Rasa sakit yang akan kau rasakan akan setimpal dengan pahala yang diberikan Alloh dan kebahagiaan yang akan kau rasakan kelak."     

Alena memeluk leher Nizam, "Terus.. kalau kesakitan pas malam pertama?"     

Wajah Nizam memerah Ia berbisik lembut." Kesakitan di malam pertama juga akan mendapatkan banyak pahala karena Kau menyenangkan hati suamimu." Kata Nizam sambil tiba-tiba badannya berkeringat.     

"Syukurlah...Aku mendapatkan balasan yang setimpal" Kata Alena sambil menggesekkan wajahnya ke dada Nizam.     

"Alena..." Tiba-tiba Nizam berkata sambil bergetar. Alena menengadahkan mukanya.     

"Kau berbicara tentang malam pertama kita"     

Alena menatap wajah Nizam dengan heran. "Memangnya kenapa?"     

"Kau membuat darahku jadi naik" Kata Nizam tangannya mulai serampangan memegang tubuh Alena. Alena melotot, Ia mengangkat kepalanya dari dada Nizam. Tangan Nizam sudah hinggap di dadanya. Ketika Nizam mulai menggerakkan tangannya. Ia mendengar suara Ali di airphone.     

"Yang Mulia apa boleh saya mengangkat penghalang mobil?"     

Nizam berteriak sambil memijit tombol untuk bersuara, " TIDAK !!!"     

Ali memandang Fuad dengan wajah penuh keheranan. Fuad malah menyeringai sambil menambahkan kecepatan mobilnya. Di belakang sudah terlihat kalau Imran mengeluarkan senjatanya dan mulai menembak ban belakang mobil yang mengejar mereka. Letusan senjata terdengar mengagetkan pengguna jalan yang lain.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.