CINTA SEORANG PANGERAN

Kau selalu menggoda istriku



Kau selalu menggoda istriku

0Sambil melihat Alena berias, Nizam mengirimkan chatnya lagi ke Arani, "Kita tunda dulu pembicaraan kita, Aku mau jalan-jalan bersama Alena"     
0

Arani mengerutkan keningnya tetapi kemudian Ia segera menuliskan jawabannya, " Baiklah Yang Mulia. Tolong untuk selalu berhati-hati dan waspada"     

Nizam hanya membacanya lalu kemudian Ia menutup handphonenya dan memasukkan ke dalam saku kemejanya. Ia melihat Alena sudah selesai berdandan. Mata Nizam langsung tercerahkan oleh kecantikan Istrinya. Pakaian lengan panjang berwarna hijau muda dengan detail rempel di samping kiri dan kanan pinggang Alena membuat perut besarnya tersamarkan. kerudung Sutra yang lembut di lilit ke lehernya. Kalung berliannya terlihat membuat wajah Alena semakin bersinar.     

Matanya yang bulat dan besar seakan bersaing sinarnya dengan kalung berlian yang Ia pakai. Alena memakai sepatu flat karena memang sedang hamil besar. Membuat badannya semakin mungil berada di samping Nizam.     

"Ya Allah Alena, You're so beautiful.." Kata Nizam sambil memeluk Alena dari belakang.     

"Hmmm..." Alena malah mengguman tidak jelas.     

"Bagaimana kalau kita tidak usah berjalan-jalan. Kita olahraga sore saja yu di atas ranjang" Bisik Nizam sambil mencium pipinya. Alena langsung menyikut dada Nizam dengan kesal. Nizam memekik sambil meringis apalagi kemudian mendengar kata-kata Alena yang tajam.     

"Kau memang tidak ada duanya. Sudah tahu istri lagi hamil besar. Masih saja ga ada puasnya"     

Nizam menyeringai, "Siapa suruh Kau begitu menggoda imanku. Melihat matamu Aku tidak tahan untuk menikmatinya" Tangan Nizam semakin tidak terkendali. Alena mencekal tangan Nizam lalu mencubitnya dengan keras. Nizam sampai mengaduh Ia mengeluh karena tangannya merah di cubit Alena.     

Alena lalu melangkah dengan tidak memperdulikan tingkah suaminya yang genitnya tidak karuan. Nizam mengikutinya sambil tetap meringis. Ketika Pintu di buka Ali dan Fuad langsung memberikan hormat.     

"Majikan kalian mengerikan!!" Kata Alena sambil bersungut-sungut berjalan tergesa keluar. Ali dan Fuad saling pandang apalagi kemudian mereka melihat Nizam mengikuti sambil senyam-senyum. Melihat kedua penjaganya melihat ke arah Nizam dengan sudut mata mereka, Nizam melotot menakutkan, "Apa yang Kalian lihat??? Jangan kurang ajar kalian??" Kata Nizam sambil tergesa mengikuti langkah Alena.     

Fuad dan Ali tidak dapat menahan sudut mulut mereka yang berkedut menahan tawa. Tapi mereka segera bergegas mengikuti langkah Nizam dan Alena.     

Ketika Alena hendak melangkah ke sebelah kanan Ia tidak sengaja berpapasan dengan sepasang pria dan wanita yang sedang berjalan bergandengan di ikuti oleh beberapa orang yang merupakan satu rombongan. Alena tertegun melihat sosok pria yang ada di depannya. Berdiri tegak menatap tajam ke wajah Alena. Mereka jadi berdiri dengan saling mematung.     

"Edward!!!" Alena memekik tertahan. Edward terkesiap Ia refleks memegang bahu Alena. "Alena..mengapa Kamu ada di sini?? Apa yang Kau lakukan? Kau bersama siapa?" Edward berkata tanpa titik dan koma.     

"Ya..Tuhan Alangkah cantiknya Kamu, Kau membuat hatiku langsung patah jadi dua" Desah Edward matanya lembut menatap Alena. Alena cemberut sambil menepiskan tangan Edward bertepatan dengan tubuh Nizam yang muncul dari balik dinding.     

"Dunia memang sempit.." Kata Nizam sambil menarik tangan Alena agar mendekati tubuhnya dan menjauh dari tubuh Edward.     

Ada rasa perih yang menyakiti hati Edward melihat Alena di tarik oleh Nizam. Matanya langsung muram. Ia lalu berkata kepada Nizam.     

"Takdir selalu mempertemukan kita, Siapapun tidak bisa mencegahnya" Kata Edward sambil masih tetap menatap Alena. Lila yang berada disampingnya berdiri menciut bagaikan balon gas yang kehabisan udara.     

Ia di ajak Edward menginap di hotel Gardenia. Dari semua hotel yang ada di New York, Edward malah memilih Hotel Gardenia untuk Konferensi pers. Lila sudah tahu bahwa Edward hanya ingin berada di tempat yang ada kaitannya dengan Alena. Bukankah Edward tahu kalau hotel Gardenia adalah hotel milik Nizam. Sungguh tidak terkira kalau mereka memang benar ada di sini.     

Lila menggeser posisinya dengan sangat tidak nyaman. Ia seakan ingin menenggelamkan dirinya ke dasar bumi. Pemandangan di depan matanya sangat menyakitkan. Edward berdiri berhadapan dengan Nizam bagaikan dua ayam jago yang akan bertarung.     

Nizam menggelengkan kepalanya dengan penuh perasaan kesal. "Apakah Aku harus memblack list Kau di semua hotel ku?" Kata Nizam.     

"Mengapa Kau harus memblack list ku?? Kau tahu hotel adalah sebuah perusahaan dalam bentuk pelayanan publik. Setiap orang yang mampu membayar biaya yang ditawarkan dan memang tidak mengganggu pihak lain, maka tidak ada yang bisa mencegahnya"     

"Ya...Kau benar. Kau memang mampu membayar tapi Kau sangat mengganggu ku"     

"Apa yang membuat mu merasa terganggu??"     

"Kau selalu menggoda istriku"     

"Kenapa? Apa Kau takut Aku mengambil istrimu. Ck...cK...ck... Nizam kau begitu penakut. Kalau Kau yakin akan cintamu maka tidak seharusnya Kau takut." Edward malah semakin menjadi-jadi memprovokasi Nizam. Ketika Nizam mau menghajar Edward, Alena langsung menarik tangan Nizam.     

"Nizam sayangku...tahan emosimu. Edward sedang kalut sehingga Ia mengungkapkan kata-kata yang tidak bijaksana. Kau tahu Aku akan selalu mencintaimu. Tidak perduli apapun yang Edward katakan" Alena menghalangi tubuh Edward dengan tubuhnya. Ia tidak ingin Edward terkena pukulan Nizam.     

Nizam lalu menatap Alena dengan pandangan rumit. Ia sedang menilai kata-katanya Alena. Alena tersenyum manis Ia mengusap-usap punggung. Alena merayunya tapi tubuhnya menghalangi tubuh Edward dari pukulannya. Apa Alena masih begitu perduli terhadap Edward.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.