CINTA SEORANG PANGERAN

Aku mungkin polos tapi tidak bodoh



Aku mungkin polos tapi tidak bodoh

0"Aku benar-benar bosan dengan segala macam pembicaraan omong kosong di Aula tadi. Kau sih..yang memaksa Kita pergi ke sana untuk mendengarkan ocehan Edward. Apa sekarang kau sudah puas?? Ocehan apaan? Berapa patah Edward berbicara? Bisa di hitung dengan jari. Ia lebih banyak diam dan termenung kaya patung Liberti saja. " Alena mengomel sambil menggandeng tangan Nizam. Sungguh membuat iri semua wanita yang memandangnya.     
0

Nizam tertawa kecil Ia tidak menjawab kekesalan Alena, Ia malah mengungkapkan keheranannya, " Ngomong-ngomong Alena, jawaban mu tadi sungguh luar biasa. Bagaimana Kau bisa menjawab seperti itu?. Biasanya Kau begitu polos"     

Alena memandang Nizam dengan pandangan tidak suka. " Kau tau cerita tentang orang gila dan seorang sopir?"     

Nizam menggelengkan kepalanya. Alena mulai bercerita.     

"Pada suatu hari ada serombongan orang gila yang akan dipindahkan dari rumah sakit umum ke rumah sakit gila. Mereka menaiki mobil yang dikemudikan oleh seorang sopir. Tiba-tiba di jalan, ban mobilnya bocor. Padahal saat itu kendaraan sedang berada di jalan yang jauh dari keramaian. Sehingga tidak ada bengkel mobil satupun." Alena bercerita sambil terus berjalan menggandeng lengan suaminya. Nizam sendiri mendengarkan dengan penuh minat.     

"Kemudian si sopir itu berinisiatif mengganti bannya dengan ban cadangan. Tetapi sayangnya keempat baut ban itu hilang sehingga ban tidak bisa di pasang. Si Sopir menjadi kebingungan akhirnya dia duduk disamping mobil sambil menunggu bantuan." Alena cerita sambil senyum-senyum. Membuat Nizam semakin penasaran. Ia tidak tahu cerita itu sehingga dengan tidak sabar Ia bertanya kepada Alena.     

"Terus bagaimana kelanjutannya? Mengapa Kau malah senyum-senyum seperti itu." Nizam sedikit kesal melihat Alena malah semakin memperlambat cerita nya.     

"Kau tahu.. semakin Kau tidak sabar, Aku semakin suka melihatnya. Kau sungguh menggemaskan" Kata Alena sambil menepuk perut Nizam. Nizam merengut, " Ayolah Sayang, lanjutkan cerianya"     

"Ya..ya.. baiklah. Kemudian karena mobil tidak maju-maju, seorang pasien mengeluarkan kepalanya dari dalam mobil dan bertanya, "Pak sopir, apakah sudah selesai mengganti bannya? Mengapa Kau malah duduk?" Katanya sambil cengengesan.     

Sopir itu menatap wajah orang gila itu dengan malas. " Tidak bisa dipasang, baut ban-nya hilang. Ah lagian kenapa pula Aku harus cerita kepadamu. Kamu kan gila" Kata sopir itu sambil kembali duduk dengan kesal. Tapi kemudian si orang gila itu lalu berkata lagi, " Mengapa Kau kebingungan begitu. Ambil saja baut dari ban yang lain masing-masing satu lalu kau pasangkan. Nanti kalau ada bengkel baru kau beli baut baru" Kata si orang gila memberikan saran.     

Si sopir terkejut mendengar kata-kata si orang gila. Mengapa ide itu tidak terpikirkan olehnya. Dengan gembira Ia mengikuti saran si orang gila. Lalu setelah selesai dia berkata pada si orang gila tersebut. "Terima kasih atas sarannya. Tetapi mengapa Kau bisa terpikirkan hal itu padahal Kamukan gila." Si orang gila itu lalu menjawab, "Aku kan cuma gila bukannya bodoh"     

Usai Alena bercerita Nizam langsung tertawa terbahak-bahak. Ia sampai menutup mulutnya dengan punggung tangannya.     

"Nah...Yang Mulia Nizam, Berdasarkan cerita tadi, Jangan pernah meremehkan kecerdasanku. Aku hanya polos bukannya bodoh" Alena berkata sambil mengelus perutnya.     

"Ah..ha...ha...ha... Sungguh Aku tidak berani mengatakan Kau bodoh. Pemikiranmu selalu di luar dugaan. Lagipula bagaimana mungkin calon Ratu Azura orang yang bodoh. Kau akan menjadi ibu bagi anak-anakku. Kau memiliki jiwa termurni yang pernah Aku temui. Aku mencintaimu dengan sangat" Kata Nizam sambil mendesakkan tubuh Alena ke dinding. Dan kemudian menguncinya dengan tubuhnya. Sebelah tangannya menempel di dinding lalu kemudian mulai mencium bibir Alena dengan lembut.     

Mata Alena terpejam tangannya merangkul leher Nizam. Lupalah mereka kalau mereka sedang ada di koridor hotel. Sehingga kemudian ada tiga orang yang terpaku menatap mereka.     

Di Amerika berciuman di tempat umum bukanlah hal yang aneh. Tapi kalau yang berciumannya adalah Yang Mulia Pangeran putra Mahkota yang begitu tampan siapa yang tidak terpaku.     

Dua gadis dan satu pria itu terdiam mematung menyaksikan pemandangan langka di depan mereka. Hingga akhirnya Ali berdehem memecahkan kesunyian. Sungguh tidak sopan melihat orang asing menyaksikan Majikan mereka memadu kasih. Mendengar suara Ali berdehem, Nizam mengerutkan keningnya. Mengapa harus berdehem bukankah aturannya adalah jika ada adegan yang tidak pantas para pelayan atau pengawal atau Kasim yang melihat harus tau diri. Mereka harus memalingkan muka dan memutar tubuhnya tanpa mengganggu.     

Hidup dikelilingi dengan banyak pelayanan dan penjagaan membuat anggota keluarga kerajaan terkadang tidak bisa menghindari hal-hal yang sifatnya privacy terjadi di depan mereka.     

Tapi ketika Nizam memalingkan wajahnya ke belakang. Ia langsung tersenyum kaku, mengangkat alisnya. Tiga pasang mata menatapnya tidak berkedip seakan sedang melihat hantu di siang bolong.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.