CINTA SEORANG PANGERAN

Alena, Pengorbananku Tiada Akhir



Alena, Pengorbananku Tiada Akhir

0Edward merayap dengan susah payah, Ia memegang kakinya yang berdarah. Air matanya mengalir menahan sakit di kakinya. Tapi kemudian Ia melupakan rasa sakitnya Ia terus merayap menuju ke arah para wanita yang sangat berharga dalam hidupnya. Sambil merayap Edward tampak sedikit galau memilih antara Lila dan Alena tapi kemudian perlahan sesuai dengan nalurinya. Tubuh Edward merayap bergerak menuju ke arah Alena.     
0

Mata Lila beriak suram walaupun hatinya gembira. Tetapi Ia tidak bisa membohongi hatinya yang paling dalam melihat gerakan tubuh suaminya yang bergerak menuju arah Alena. Rasa sakit hati Lila pada Edward bercampur aduk dengan rasa iba terhadap nasib suaminya. Perasaanya begitu terperas oleh pemandangan didepannya. Hatinya terasa kosong dan hampa. Tubuhnya gemetar. Lila memalingkan wajahnya ke arah lain. Ia tidak ingin melihat suaminya yang begitu menyedihkan. Ia merayap dengan tubuh berdarah-darah menuju arah Alena.     

Sementara itu melihat Edward merayap mendekatinya, Alena menggelengkan kepalanya putus asa. Bagaimana bisa Edward berbuat seperti itu, Ia lebih memilih menyelamatkannya dibandingkan dengan menyelamatkan istrinya sendiri. Mata Alena seketika mengucurkan air mata dengan deras. Ia begitu merana melihat tingkah laku Edward yang berada diluar nalar. Kapan Edward memahami bahwa Ia tidak pernah mencintai Edward. Mengapa cinta Edward kepadanya malah membuatnya merasa tersiksa.     

Edward terus merayap mendekati Alena, Matanya menatap Alena sambil gemetar menahan sakit Edward berkata dalam hatinya. [Alena, Aku mencintaimu sampai akhir. Jika Aku harus mati sekarang, aku ingin kau melihat bahwa Aku mencintaimu sampai mati. Jika Kau melihat aku merayap mendekatimu dengan rasa sakit yang menghujam seluruh tubuhku maka anggap itu adalah sebagai pengorbananku. Pengorbananku kepadamu adalah pengorbanan tiada akhir. Aku rela jadi abu disaat Aku harus memberikan cahaya kepadamu. Aku rela menjadi jelaga ketika nyala api yang membakar diriku dapat menyelamatkanmu, Aku rela hancur jadi debu disaat Kau membutuhkan partikel pada tubuhku ]     

Edward bukannya tidak menyadari Ia menyakiti Lila dengan pilihannya itu. Tapi bagaimana bisa dia mengorbankan kehidupan wanita yang sangat Ia cintai. Ia mencintai Alena sampai ke dalam denyut nadinya, jangankan nyawa istrinya kalaupun Ia harus mengorbankan ribuan kali nyawanya sendiri Ia sangat tidak keberatan. Edward merintih dalam hatinya dan berkata memohon maaf pada Lila [ Maafkan Aku Lila, Kalau nanti aku dan Kau masih diberikan kesempatan untuk hidup kau boleh membunuhku dengan kedua tanganmu. Maafkan Aku sudah menjadi suami yang begitu egois. Aku berharap setelah Alena selamat, kita akan selamat juga. Aku akan bersujud dikakimu dan berharap kau menghajarku untuk melampiaskan amarahmu. ]     

Sisca menghentikan hitungannya, Ia tertawa terbahak-bahak melihat Edward merayap mendekati Alena, "Kau lihat Lila!! Kau lihat!! Suamimu lebih memilih Alena dibandingkan dengan dirimu. Dia mengorbankanmu. Dia mengorbankan istrinya sendiri dengan menyelamatkan Alena. Alena itu seperti wanita pelacur penggoda para pria." Sisca berteriak histeris.     

Sisca lalu berjalan mendekati Lila dan Ia melepaskan lakban di mulut Lila. Begitu mulutnya terbebas Lila berbicara dengan amarah meluap-luap. "Kau wanita iblis!! Kau akan membusuk di neraka. Aku tidak keberatan Edward lebih memilih Alena karena itu memang yang Aku inginkan. Aku sendiri malah kagum dengan ketulusan cinta suamiku. Dan Aku akan selalu belajar mencintai suamiku seperti suamiku mencintai Alena" Teriak Lila bagaikan suara ombak yang memecah pantai.     

Edward memandang Lila dengan hati yang semakin hancur berkeping. Ia semakin tidak tega terhadap istrinya sendiri. Ia lalu meraung, berteriak histeris kepada Sisca dengan air mata semakin deras.     

"Aaarg...Sisca Kau sungguh berhasil menyiksaku. Bunuhlah Aku sekarang juga. Aku mengakui keberhasilanmu membalaskan dendamku. Kau tahu aku sangat menyayangi Lila tapi Aku mencintai Alena ." Edward menangis meraung-raung. Hatinya sangat terluka, sakitnya melebihi luka ditubuhnya. Perkataan Lila bagaikan ribuan peluru yang ditembakkan ke tubuhnya sakitnya begitu menghujam dan merejamnya.     

Sisca menjambak rambut Lila dan menamparnya hingga bibir Lila berdarah, "Plak...!! suara tamparan Sisca di pipi Lila membuat gaung di setiap sudut Aula.     

"Mengapa Kau menjadi orang bodoh!! Kita sebenarnya bernasib sama, pria yang kita cintai mencintai orang yang sama. Harusnya kita bekerja sama untuk menyakiti Alena. Kau malah membela wanita itu. Dasar Kau idiot" Kata Sisca sambil menatap tajam kepada Lila. Lila malah meludahi wajah Sisca dengan jijik.     

" Cuih!!!....Aku jijik kepadamu!! Kau memang tidak pantas dicintai oleh siapapun, Kau wanita berhati batu"     

"Aakh.. Kau wanita bodoh!!" Sisca menampari wajah Lila dengan kejam. Edward langsung bergerak merayap sambil memegangi kakinya berbelok dari arah Alena menuju Lila.     

"Hentikan!!! Jangan kau lakukan itu!! Ayo tembak Aku lagi!! tembak dimanapun Kau mau. Sisca lihat tubuhku masih belum banyak terluka. Kau boleh menembakku di paha yang satunya lagi, atau ini dadaku..tembaklah aku di dadaku. Jangan kau siksa istriku, lepaskanlah dia. Aku yang bersalah. Dia tidak tahu apa-apa. Dia tidak berdosa"     

Melihat Edward merayap menuju Lila, mata Sisca terbelalak," Oow..Kau sekarang lebih memilih Lila. Ok fine, begitulah harusnya seorang suami. Ia harus lebih melindungi istrinya sendiri dari pada istri orang lain. Baiklah..berarti Alena yang harus Aku bunuh" Kata Sisca sambil tertawa tergelak-gelak. Ia sangat puas dengan hasil karyanya. Melihat mereka bertiga begitu menderita, rasa sakitnya terobati.     

Rasa sakit ketika Andre menolaknya. Rasa sakit saat melahirkan seorang anak tanpa suami disampingnya. Rasa sakit saat Andre memilih mati demi melindungi Alena daripada hidup bersamanya. Rasa sakit saat Ia harus mengorbankan anaknya sendiri demi ingin membunuh Alena, Rasa sakit ketika Nizam menembak kakinya. Rasa sakit ketika Ia hidup dalam penjara. Rasa sakit ketika di penjara banyak orang yang membencinya ketika mereka mengetahui bahwa Ia seorang ibu yang biadab karena mengancam anaknya sendiri yang masih bayi. Rasa sakit saat adiknya sekarang tidak mengakuinya sebagai kakak. Rasa sakit saat Ia tidak bisa melihat anaknya lagi karena Pak Hartono mengancamnya akan membunuhnya apabila melihat dia mendekati cucunya.     

Sisca tiba-tiba berjalan gontai menuju Alena dengan pistol ditangannya. Mukanya tampak begitu datar dan tertekan. Air matanya mengalir dengan deras. Ia harus melihat Alena mati, mati perlahan dengan mengenaskan. Karena Alenalah semua penderitaannya bermula.     

Melihat Sisca berjalan mendekati Alena, Edward menjadi panik. Ia segera merayap kembali mendekati Alena. " Tidak Sisca!! Tolong....jangan!! Jangan Kau sakiti Alena." Ketika Sisca melintas didekatnya dengan lemah Edward memegang kaki Sisca. Ia memegangi kaki itu dengan erat. " Sisca Aku mohon jangan, Jangan Kau sakiti mereka. Aku mohon, demi Tuhan" Edward seperti anak kecil yang memegangi kaki ibunya.     

"Kau begitu serakah. Aku suruh kau memilih salah satu tapi Kau malah ingin kedua-duanya." Kata Sisca malah menginjak telapak tangan Edward dengan ujung sepatunya. Edward menggigil menahan sakit. Sisca lalu kembali menendang bahunya sehingga Edward langsung tersungkur kembali. Sisca llalu menembak Paha kanan Edward. " Aaakh..." Edward kembali berteriak. Lila menjerit histeris.     

Sisca kemudian berjalan lagi menuju Alena. Alena menatapnya penuh kebencian. Hilang sudah sifat polos Alena. Sorot mata Alena menatap dengan tajam ke arah Sisca. Dari belakang tangannya terus saling menggesekkan hingga kemudian tali itu lepas dengan sendirinya. Takdir Tuhan ada bersama Alena. Ketika Sisca mendekat, kedua tangan Alena sudah terlepas.     

Tanpa di duga Alena berdiri lalu dengan kekuatan amarah seorang wanita Ia merebut pistol yang sedang ditodongkan oleh penjaga disampingnya. Penjaga itu sedari tadi asyik melihat kekejaman Sisca. Sehingga Ia menjadi lemah. Ia tidak menyangka sedikitpun kalau Alena bisa melepaskan ikatannya dan kemudian merebut pistol ditangannya. Rupanya Ikatannya kurang kuat sehingga Alena bisa melepaskannya. Alena melepaskan lakban dari mulutnya     

Alena berdiri kemudian dengan tangan gemetar Ia menjerit sekuat tenaga dan mulai menembak Sisca dengan serampangan.     

"Aku bunuh Kamu..Aku bunuh wanita iblis!!! membusuklah Kau dalam Neraka!!" Teriak Alena     

Bersamaan dengan itu Nizam muncul. Ia mendengar jeritan Alena. Dengan perasaan cemas luar biasa Nizam berlari menerjang ke dalam Aula.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.