CINTA SEORANG PANGERAN

Ada Rahasia untuk mu, Edward



Ada Rahasia untuk mu, Edward

0Sisca adalah seorang psikopat, dia tidak pernah takut terhadap apapun. Instingnya selalu bekerja dengan baik walaupun hasil pemikiran nya diluar nalar kebanyakan orang. Pemikiran dia seperti sebuah peluru yang ditembakkan sehingga ketika peluru itu ditembakkan maka tidak ada yang bisa mencegahnya lagi selain menghindari peluru atau peluru dan senjatanya dihancurkan sekalian.     
0

Ia tahu bahwa Ia akan dihukum berat walaupun tidak dihukum mati. Tidak ada korban jiwa dalam pertarungan ini sehingga mungkin Ia hanya akan dikenakan beberapa pasal tetapi bukan pasal pembunuhan. Kalau pasal penculikan dan rencana pembunuhan itu mungkin. Tapi ini masih tidak membuatnya takut.     

Sisca menoleh ke arah polisi yang berdiri berjaga disampingnya. Ia menaksir posisi polisi itu dan memperhatikan senjata yang Ia pegang. Polisi itu membawa senapan Laras panjang. Sisca tidak tahu apa jenisnya Ia juga tidak tahu cara memakainya.     

Berbeda dengan pistol yang mungkin setiap orang bisa lebih mudah memakainya. Sisca membuang pemikiran Ia dapat menggunakan senapan. Ia lalu melihat ada pisau belati yang disimpan di pinggangnya. Edward berada jauh dari dirinya Kalau menggunakan belati maka Ia tidak akan bisa membunuh Edward. Ia butuh pistol untuk membunuh Edward.     

Sisca lalu menarik perhatian pada punggung pria itu. Sisca menerka-nerka apakah ada pistol dibalik pakaian polisi yang sedang berada disampingnya. Tapi ada baiknya dicoba dulu. Dibelakang Sisca ada seorang perawat yang sedang mendorong kursi roda nya.     

"Aaaduuuh....Ouch..sakit!!! please help me" Sisca berteriak membuat perawat refleks mencondongkan tubuhnya ke arah Sisca. Tapi Sisca menjerit-jerit kecil sambil meminta perawat berdiri di depannya. Tanpa curiga si perawat itu mendekat ke arah depan Sisca.     

Dan luar biasanya adalah Sisca langsung mencabut diam-diam belati di pinggang si pejaga lalu menodongkan ke pinggang si perawat. Si perawat terdiam kaget tapi Ia tidak berani menjerit karena Sisca memintanya untuk diam. Perawat itu mengangguk ketakutan. Pinggangnya terasa sakit. Ujung belati itu sudah menggores kulitnya.     

Si penjaga yang segera menyadari perbuatan Sisca Ia langsung akan bertindak tetapi Sisca mendesis. "I Will kill her.." Katanya dalam bahasa Inggris. Si penjaga menjawab tapi Sisca tidak paham. Sisca dengan menggunakan bahasa isyarat Ia minta di dorong kursinya menuju Edward. Dia menunjuk-nunjuk pada Edward sambil berkata. " I want to make sorry..." Katanya sambil memberikan isyarat agar Ia dibawa menuju Edward.     

Si perawat dan penjaga itu saling berpandangan tapi kemudian Si perawat meringis karena ujung belati itu sudah mulai menembus kulitnya. Akhirnya Si Penjaga mendorong kursi roda ke arah Edward.     

Lila dan Edward terkejut melihat Sisca mendekati mereka. "Dia ingin meminta maaf kepadamu" Kata si penjaga. Edward menatap Sisca dengan penuh kebencian. " Bawa dia jauh dari hadapan ku! Aku sama sekali tidak ingin melihat wajah nya. "     

"Edward.. kali ini Aku akan dipenjara dengan waktu yang sangat lama bahkan mungkin seumur hidupku. Apa kau tidak ingin tahu, siapa yang ada dibelakang ku???"     

Mata Edward terbelalak, "Kau bukannya bekerja sendiri?? Memangnya siapa yang ada dibelakangmu?"     

Sisca tertawa tapi kemudian Ia meringis. nyeri dibahunya terasa menusuk-nusuk. Setelah Ia mengatur nafasnya. Sisca berkata lagi," Kau memang bodoh. Aku heran kau dan Alena tidak berjodoh. Padahal kalian sangat cocok. Sama-sama bodoh. Aku mana punya uang untuk membiayai ini semua. Lagipula Akukan seharusnya ada dipenjara, sekarang Aku ada disini jadi tentu saja Aku memiliki sponsor dibelakang ku. Kau memang tidak memiliki otak"     

Mendengar itu Edward menjadi sangat marah, Ia berteriak keras,     

"Kau!!!....Enyah Kau dihadapanku" Edward yang berteriak keras membuat semua mata jadi memandang mereka.     

Dan ketika melihat Sisca dan Edward saling berdekatan malah sedang berbincang para polisi itu segera bersiaga dan mengelilingi mereka. Mereka mensiagakan senjatanya. Lila kembali semakin menggigil ketakutan.     

"Kau suruh mereka mundur, atau Aku akan mengubur rahasia ini bersama dengan kematian ku"     

"Huh!! Apa urusannya dengan ku??" Edward membuang muka. Dia pura-pura tidak perduli.     

"Hmmm.. Edward... Edward.. Setelah drama melankolis yang berhasil kau mainkan tadi dengan sangat dramatis. Masa Aku tidak tahu berapa besar rasa cinta mu untuk Alena. Dan orang yang ada dibelakangku sangat menginginkan kematian Alena. Alena dan bayinya satu paket lengkap. Dia Ia tidak akan berhenti sampai malaikat maut mencabut nyawanya"     

Mata Edward yang berwarna hijau itu terbelalak lebar. "Kau!! Cepat katakan siapa dia?"     

"Tuan Edward!!! Berhati-hatilah wanita ini sangat berbahaya!!" Teriak Chief Jeremy sambil melotot ke anak buahnya yang berada di dekat Sisca. Bagaimana bisa si bodoh itu membiarkan Sisca mendekati Edward. Kalau sampai Edward mati maka tamatlah karirnya di kepolisian.     

"Nona Sisca, Menyerahlah!! berbuat baiklah, Anda tidak punya pilihan apa-apa. Jatuhkan pisau belati yang ada ditangan Anda dan lepaskan juga perawatnya."     

Sisca melepaskan perawatnya tetapi malah menempelkan belatinya di lehernya sendiri" Kalau kalian mendekat aku akan membunuh diriku sendiri"     

Suasana menjadi sangat tegang. Membiarkan penjahat mati tanpa menginterogasi dan pengadilan sebenarnya tidak apa-apa tetapi itu bukanlah prestasi yang membanggakan. Karena seharusnya para penjahat tertangkap dalam keadaan hidup lalu menjalani proses pemeriksaan dan pengadilan baru dihukum. Wanita yang dihadapan mereka memiliki karakter seorang psikopat yang kuat. Ia tidak takut mati.     

Sisca tertawa terbahak-bahak. Ia lalu memandang ke polisi yang mengelilinginya. " Mengapa kalian diam...Tembaklah Aku.. Maka aku akan membawa rahasia ini ke alam kubur. Dan membiarkan Alena mati oleh kekuatan orang itu"     

Edward menjadi pucat pasi, "Tolong jangan tembak dia!! Jangan sakiti dia, Dia memiliki suatu rahasia yang ada kaitannya dengan keselamatan Putri Alena" teriak Edward dalam bahasa Inggris. Para Polisi itu memang tidak berniat menembak mereka hanya memperhatikan dan bersiap kalau-kalau Sisca menyakiti Edward.     

Mengetahui Ia ada di atas angin, Sisca lalu berdiri. Ia seakan melupakan kesakitannya. Padahal Ia terluka dibahunya. Rasa amarah dan keinginannya untuk membalas dendam mengalahkan semua rasa sakit yang Ia derita.     

"Sisca katakanlah cepat, Siapa orangnya? atau kau cuma hendak menipu Aku?" Edward berkata dengan tidak sabar.     

Lila gemetar berdiri di sisi Edward, tangannya memegang tepian brangkar dengan erat. Bahkan Ia tidak mampu berkata sepatah katapun. Ia hanya menatap Sisca dan Edward bergantian dengan penuh rasa ketakutan. Lila memang cerdas tapi Ia bukanlah Alena yang bisa berpikir tenang disituasi sangat genting.     

"Kau menjadi sangat tidak sabar kalau menyangkut Alena. Cintamu memang cinta mati. Dan Kau Lila, Kau sungguh wanita yang sangat beruntung karena memiliki suami yang begitu mencintai wanita lain."     

"Kau jangan berkata seperti itu di depan Lila" Kata Edward.     

"Kau begitu plin plan, Kau ingin Alena tetapi Kau juga ingin Lila. Kau tidak seperti Nizam yang memiliki banyak istri di Harem tetapi Ia malah hanya mencintai Alena." Kata Sisca sambil berjalan terus mendekati Edward.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.