CINTA SEORANG PANGERAN

Luapan Hati Seorang Ibu.



Luapan Hati Seorang Ibu.

0Setelah selesai urusannya dengan dokter kandungan, Arani yang menunggu di dekat meja resepsionis segera menghampiri Nizam dan Alena. "Yang Mulia, Ternyata Edward dan Lila sedang dirawat di ruangan Paviliun"     
0

" Ruangan Paviliun? Apa mereka sedang menuju pemulihan?" Tanya Nizam heran.     

"Tidak yang Mulia, Edward baru selesai dioperasi, Lila juga. Kalau Edward sudah siuman tetapi masih butuh waktu untuk segera dikirim ke ruang pemulihan. Yang parah adalah Lila. Ia masih belum sadar dan tidak ada tanda-tanda akan sadar. Ia tertusuk pisau yang dihujamkan Sisca pada Edward. Dia mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan suaminya Edward" Kata Arani.     

Nizam langsung ketakutan dan melotot kepada Arani, kemudian Ia melirik kepada Alena. Benar saja ketakutan Nizam, mendengar perkataan Arani, Alena langsung menggigil, badannya gemetar, Ia begitu panik mendengar cerita Arani.     

Nizam langsung mengumpat, " Kau idiot!!" Katanya mendesis kepada Arani sambil memeluk Alena . Alena membenamkan kepalanya ke dada Nizam. " Nizam mengapa nasib Lila selalu malang, Nizam, seandainya kalau Aku tidak ada di dunia ini, dia mungkin tidak akan menderita seperti ini. Dia mengorbankan dirinya sendiri untuk Edward, sementara sikap Edward kepadanya seringkali menyakitkan. Kau tahu Nizam, waktu Aku disandera Edward memilih berkorban untukku daripada untuk Lila"     

Nizam terdiam sambil mengelus kepala Alena. " Alena Aku mengerti perasaanmu, Aku juga mengerti perasaan Lila juga Edward. Semua ini takdir Yang Kuasa. Aku sungguh tidak bisa berbuat banyak tentang merubah perasaan seseorang. Tetapi Aku percaya apa yang dilakukan Lila kepada Edward akan menggerakan hati Edward."     

Mata Alena yang cemerlang itu menatap wajah Nizam, Nizam menghapus air mata Alena dengan penuh kasih sayang. " Nizam, ayo kita melihatnya sekarang. Aku sangat ingin melihatnya. Aku ingin berdoa untuk kesembuhannya. Dia wanita tersuci yang pernah Aku temui. Dia mencintai Edward dengan begitu besar. Semoga suatu hari nanti Edward akan membalas cintanya dan Edward melupakan cintanya kepadaku."     

"Aamiin..." Kata Nizam sambil menuntun Alena menuju ruangan tempat Lila dirawat. Mereka mengikuti Arani yang menunjukkan jalannya. Arani merasa tidak enak hati karena berbicara tentang hal yang membuat Alena menjadi shock.     

Ketika Ia sampai di ruangan paviliun yang memang disediakan untuk orang-orang yang memiliki kelebihan uang. Karena ruangan itu terdapat peralatan yang serupa dengan ruang ICU tetapi sifatnya lebih pribadi.     

Begitu sampai di depan ruangan paviliun, Alena dan Nizam berhenti karena ada seorang wanita yang sedang duduk di depan ruangan. Ia duduk termangu dengan muka yang sembab. Melihat Nizam dan Alena datang Ia tengadah. Seraut wajah cantik wanita setengah baya. Dari wajah dan penampilan wanita itu sudah dapat diprediksikan bukanlah wanita yang sembarangan. Ia berasal dari kelas atas. Ia tidak mengerti melihat dua orang yang yang terlihat unik. Yang satu tinggi besar dan sangat tampan. Ia tampak seperti Pangeran seribu satu malam sedangkan yang satunya lagi cantik, imut dan lucu seperti menantunya tetapi lebih mungil dan lebih imut.     

Mereka mungkin memiliki raut wajah yang mirip tetapi mata keduanya sangat berbeda. Wanita yang dihadapannya memiliki mata yang begitu besar dan cemerlang sedangkan menantunya memiliki mata yang biasa dan sendu.     

Wanita itu langsung tahu siapa wanita yang ada didepannya. Ya...dia pasti Alena. Wanita yang sangat dicintai oleh anaknya Edward. Wanita yang sedang duduk itu ternyata Ibunya Edward, Ia sangat ingin marah. Ia ingin sekali marah terhadap Alena. Karena dalam pikirannya Alena adalah penghalang antara cinta anaknya dengan wanita lain. Ia juga sekarang sangat memahami mengapa Edward memilih Lila. Itu karena Lila sangat mirip dengan Alena.     

Memahami hal ini Ibunya Edward langsung menangis tersedu-sedu. Ia baru sadar betapa besar cinta anaknya kepada Alena. Sampai istri sendiri pun dicari yang mirip Alena. Betapa malang nasibnya. Tiba-tiba Ia menjadi meratapi nasibnya sendiri.     

"Madam...Anda siapa? Mengapa menangis seorang diri? Apakah Ini ruangan tempat Lila dan Edward dirawat?" Tanya Alena sambil duduk di sampingnya. Sementara itu Nizam berdiri di samping Alena. Ia menduga bahwa wanita itu pastilah Ibunya Edward. Mereka memiliki warna rambut yang sama.     

"Aku tahu, Kau pasti Alena. Aku adalah Ibunya Edward. Kau tahu betapa Aku sangat membencimu ketika Aku tahu kalau Kau menolak cinta Anakku. Dan Aku juga tahu kalau alasan Edward menikahi Lila karena dia memiliki wajah yang mirip dengan mu, pantas saja, Lila tidak ingin hidup lagi" Katanya sambil terisak-isak.     

Alena menjadi sangat terkejut," Madam..maafkan Aku. Aku tahu Aku bersalah besar terhadap Edward. Tetapi Madam, Saya benar-benar tidak mencintai Edward. Saya hanya menyayanginya sebatas teman. Saya sangat mencintai suami Saya".     

"Tadinya Aku mengira kau adalah wanita gila harta karena lebih memilih pangeran Azura dibandingkan anakku. Tetapi ketika Aku melihat rupa suamimu. Aku mengerti anakku tidak ada apa-apa nya dibandingkan dengan suamimu" Kata Ibunya Edward, Ia seakan ingin meluapkan emosi yang selama ini Ia pendam karena permasalahan cinta anaknya.     

"Saya mengerti perasaan anda. Tetapi perlu madam ketahui. Saya tidak mencintai suami saya karena harta, karena sampai Nizam membalas cinta Saya, Saya baru tahu dia Pangeran ketika Ia melamar saya dihadapan orang tua saya. Saya mencintainya jauh sebelum Edwards mencintai saya. Jadi ini bukan salah siapa-siapa. Ini adalah takdir dari yang kuasa"     

Ibunya Edward semakin terisak-isak. "Mungkin ini adalah karma untukku, sehingga anakku menderita karena Aku. Aku telah berdosa karena mematahkan hati seorang gadis."     

Alena menatap wajah ibunya Edward dengan pandangan tidak mengerti. Hingga kemudian Ibunya Edward berkata, "Aku telah merebut suamiku dari hati seorang gadis. Aku begitu arogan dengan statusku sehingga Aku berhasil mengalahkannya. Walaupun Suamiku sangat mencintai gadis itu tetapi Ia tidak berdaya menghadapi Keluarganya dan keluarga ku. Akhirnya Kami menikah dengan mematahkan hatinya. Sekarang Anakku mendapatkan karmanya. Betapa malang nasibmu, Edward" Kata Ibunya sambil terisak-isak.     

Alena menoleh ke arah Nizam, bingung hendak berkata apa. Tiba-tiba Nizam berjongkok di depan seorang ibu yang sedang meratapi nasib anaknya. Nizam berkata dengan lemah lembut, "Madam.. dalam keyakinan kami setiap orang akan menanggung dosanya masing-masing. Dosa madam dan suami madam hanya akan dibayar masing-masing oleh anda sendiri dan suami madam. Edward tidak akan menanggung dosa Anda berdua. Apapun yang sekarang dialami oleh Edward, semata-mata hanyalah takdir yang kuasa. Saya yakin suatu hari nanti hati Edward akan bergerak untuk mencintai Lila."     

Tiba-tiba Alena berkata dengan polosnya,     

"Madam..dalam film Frozen disebutkan hati yang hangat akan mencairkan hati yang membeku." Kata Alena dengan penuh percaya diri. Ibunya Edward dan Nizam kompak melirik ke wajah Alena dengan pandangan aneh. Kho bisa-bisanya Alena mengutip kata-kata dari film kartun. Alena malah tersenyum sambil menganggukan kepalanya. Tetapi anehnya Ia malah terhibur oleh kata-kata Alena dibandingkan dengan kata-kata Nizam.     

"Terima kasih, untuk kalian berdua. Kini Aku merasa lebih baik. Kalau Kalian ingin melihat Lila, pergilah!! Aku akan menunggu disini. Karena memang Lila masih diruang ICU. jadi tidak boleh banyak yang menjenguk secara bersamaan"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.