CINTA SEORANG PANGERAN

Konferensi Pers ( 3 )



Konferensi Pers ( 3 )

0Tubuh Edward langsung terdorong ke belakang. Kakinya baru sembuh setelah tiga minggu berada dikursi roda. Karena memang lukanya tidak terlalu parah. Sisca bukanlah penembak yang jitu. Jadi peluru-peluru itu tidak terlalu parah menembus kaki Edward. lagipula memang belum seratus persen sembuh begitu di dorong Pangeran Thalal, Edward langsung terjerembab jatuh. Cynthia memekik sambil memburu tubuh yang terjatuh itu.     
0

"Apa Yang Mulia lakukan? Bukan Edward katanya habis dioperasi kaki? Bagaimana Yang Mulia bisa mendorongnya dengan keras?" Kata Cynthia sambil membantu Edward bangun. Pangeran Thalal berdiri dengan kaku disamping mereka. Wajahnya menatap tajam pada keduanya.     

"Kau adalah milikku. Tidak kuijinkan siapapun menyentuhmu" Kata Pangeran Thalal dengan gusar.     

"Please Honey.. Edward hanya temanku. Tidak lebih dari itu. Tapi Mmmm..memang benar apa kata suamiku, Edward ! Sekarang Aku sudah menjadi istri dari Pangeran Thalal. Kau tidak bisa memegangku sembarangan apalagi merangkulku" Kata Cynthia dengan lembut tapi tegas.     

Pangeran Thalal cemberut melihat sikap Cynthia yang begitu lembut pada Edward. " Sama suami sendiri judesnya minta ampun. Sama Edward tersenyum bagaikan madu, Kau membuatku jadi frustasi" Kata Pangeran Thalal sambil menarik tangan Cynthia agar menjauh dari Edward.     

Cynthia berbalik menghadap suaminya, tersenyum lebih manis, " Sweety, apakah Kau tidak melihat wajah Edward yang begitu kusut. Aku takut Ia menjadi gila. Kasihanilah dia sebagai teman istrimu. Kamu memiliki segalanya, cinta dan kasih sayang dari wanita yang kau cintai. Tapi Edward ini adalah orang yang paling malang di dunia. Ia ditolak oleh kakak iparmu dan istrinya sedang diambang kematian antara hidup dan mati. Apakah hatimu begitu tega?" Cynthia merayu-rayu sambil mengelus lengan suaminya yang berbulu lebat itu.     

Pangeran Thalal langsung melihat ke arah Edward, melihat penampilannya yang bagaikan seorang gelandangan di jalan. Ia jadi kasihan juga ditambah dengan rayuan maut istrinya maka hatinya yang pada dasarnya baik hati langsung luluh.     

"Ok..baiklah. Tapi jangan lama-lama dan tidak pegang-pegang. Tubuhmu milikku seutuhnya. Hanya Aku yang boleh menyentuhnya" Kata Pangeran Thalal.     

"Tentu saja, Yang Mulia suamiku Pangeran Thalal. Aku adalah milikmu. Jadi takkan kuijinkan Edward untuk menyentuhku walau hanya seujung rambut." Kata Cynthia sambil menuntun Edward agar duduk di kursi yang ada di dekat mereka. Melihat Cynthia yang menuntun Edward, Pangeran Thalal langsung terbeliak.     

"Kau bilang tadi tidak akan menyentuh Edward." Pangeran Thalal langsung morang-maring.     

"Yang Mulia, apa yang salah? Tadi Aku bilang kalau Aku tidak akan mengijinkan Edward menyentuhku bukan sebaliknya. Sekarang Aku yang menyentuh Edward untuk menuntunnya bukankah dia masih belum pulih jadi bukan Edward yang menyentuhku"     

Pangeran Thalal mengerutkan kening mencerna kata-kata Cynthia. Setelah sadar Ia kena prank ( Lelucon ) Cynthia, Pangeran Thalal menggelengkan kepalanya. "Semoga kecerdasanmu tidak dimanfaatkan untuk menjebak orang-orang bodoh seperti diriku" Kata Pangeran Thalal setelah memahami maksud perkataan istrinya.     

"Maafkan Aku, Yang Mulia Pangeran Thalal. Aku tidak bermaksud untuk menyentuhnya. Aku sangat menghormati istrimu sebagai teman baikku. Aku benar-benar sedang terpuruk sekarang. Istriku Lila sudah sadar...." Edward berbicara lirih pada Pangeran Thalal     

Pangeran Thalal dan Cynthia langsung terlonjak bahagia, " Itu adalah berita bagus, Mengapa Kau menjadi murung?" Kata Pangeran Thalal menatap Edward penuh dengan tanda tanya. Mengapa berita yang sangat membahagiakan ini bisa membuat Edward menjadi sangat bersedih.     

Edward menarik nafas yang terasa berat. Bagaikan ada bongkahan batu besar yang diletakkan di dadanya. "Yang Mulia memang ini adalah berita bahagia tetapi begitu Lila bangun yang disebut pertama kali adalah Alena dan Ia kemudian membenciku..dia sangat membenciku" Edward menutupi mukanya dan mulai menangis tersedu-sedu bagaikan seorang anak kecil yang direbut permen lolinya.     

"Membencimu?? Bagaimana bisa? Bukankah dia sangat mencintaimu" Kata Cynthia dengan hati-hati.     

" Dia bilang ingin mati. Ia tidak ingin hidup bersamaku lagi. Ia sangat membenciku karena telah menyia-nyiakan cintanya. Cynthia tolonglah..." Edward berkata sambil memegang tangan Cynthia tanpa sadar.     

Pangeran Thalal langsung berdehem keras, " Eheum..eheum..." Katanya berdehem dengan demonstratif membuat Edward langsung melepaskan tangannya dari atas tangan Cynthia.     

Cynthia memandang ke arah suaminya sambil tersenyum. Pangeran Thalal memajukan bibirnya tanda kesal dengan menggemaskan membuat Cynthia tidak tahan, Ia segera mengecup bibir merah dengan kumis dan jenggot tipis nan rapih itu. Dikecup seperti itu membuat Pangeran Thalal menjadi gelap mata, Ia langsung meraup bibir istrinya dan menghujaninya dengan ciuman kecil.     

Edward tercengang melihat kelakuan dua insan yang sedang dimabuk asmara itu, Hatinya semakin tersayat. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan menangis dengan keras kali ini tangisannya bagaikan seorang anak gadis yang ditinggal kekasihnya.     

Pangeran Thalal dan Cynthia jadi terperanjat dan segera saling melepaskan diri mereka disertai permintaan maaf kepada Edward atas ketidakmampuan mereka menahan diri.     

Edward menggelengkan kepalanya menahan sakit di dada, rasa perih yang menurih hati dan rasa putus asa yang melingkupi seluruh perasaannya. Membuat seluruh dunia menjadi gelap berkabut dimatanya.     

"Alangkah bahagianya kalian..Aku menjadi sangat iri" Kata Edward     

"Edward!! Semua kebahagian harus ada pengorbanannya. Ibarat Kita ingin mendapatkan keindahan pemandangan dibawah gunung. Kita tidak akan pernah memperolehnya jika kita tidak pernah bersusah payah memanjat gunungnya. Kita tidak akan pernah tahu seberapa besar kebahagiaan kita kalau kita tidak pernah merasakan suatu penderitaan.     

Lidah kita akan mencecap kelezatan makanan disaat perut kita sedang lapar. Kita akan merasakan suatu kehangatan jika kita pernah merasakan kedinginan. Istrimu itu sedang bertindak dengan luapan perasaan yang Ia pendam selama Ia bersamamu. Kecintaanmu terhadap kakak iparku menyakiti perasaan terdalamnya. Sehingga ketika Ia koma, Ia tidak ingin hidup lagi.     

Ketika Ia siuman, Ia merasa keinginannya untuk mati tidak terpenuhi maka Ia berbalik menjadi membencimu. Jadi Edward sekarang saatnya Kau tunjukkan cintamu itu. Jangan hanya meratap seperti wanita. Ayo tunjukkan bahwa Kau akan berjuang untuk mendapatkan cintamu kembali. Cinta sejati pada istrimu dan bukan pada Kakakku Putri Alena" Pangeran Thalal mengeluarkan seluruh dalilnya dalam ilmu psikologi yang Ia miliki membuat Cynthia menatap kagum pada suaminya.     

"Yang Mulia suamiku. Betapa indahnya kata-katamu. Kata-katamu seindah wajahmu. Ayo kita ke Lila, Kita harus menyadarkan dia untuk menerima Edward kembali. Aku bosan mendengar ratapan Edward. " Kata Cynthia sambil menarik tangan suaminya.     

"Edward, tunjukkan kamar Lila ada dimana?" Kata Cynthia. Edward tergagap setelah meresapi dan merenungi perkataan Pangeran Thalal yang begitu indah.     

"Pangeran Thalal Yang Mulia. Anda begitu luar biasa. Semangatku yang sudah patah jadi dua dan hatiku yang hancur tak berkeping kini kembali pulih. Tuhan telah menurunkan malaikat penolongku pada dirimu." Edward berkata sambil kemudian membungkukkan tubuhnya sedalam mungkin.     

"Hamba memberi hormat kepada Yang Mulia Pangeran Thalal yang begitu baik hati dan berbudi luhur." Kata Edward dengan bersungguh-sungguh.     

Pangeran Thalal hanya ternganga dan bertanya-tanya, apakah tingkah semua artis memang lebay seperti Edward.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.