CINTA SEORANG PANGERAN

Kau akan Bertahan ( 2 )



Kau akan Bertahan ( 2 )

0Tetapi kemudian Pangeran Abbash mengingat bahwa Amrita bukanlah wanita biasa yang sekali Ia sentuh langsung, dihempaskan tanpa pernah dilihat lagi. Amrita adalah teman semasa kecilnya yang banyak berkorban untuknya. Amrita adalah anak dari Penasehat kepercayaan Ayahnya. Kalau Ia membunuhnya maka akan timbul huru hara di kerajaan Zamron. Maka Pangeran Abbash lalu menarik tangannya. Amrita langsung terbatuk-batuk dengan keras. Air matanya mengalir dengan deras.     
0

Bagaimana bisa laki-laki yang Amrita bela selama ini bisa mencekiknya sampai hampir mati. Pangeran Abbash duduk menjauhi Amrita. Ia menyadari kalau Ia sedikit keterlaluan terhadap Amrita. Tetapi Ia sedikitpun tidak mau meminta maaf. Amrita pantas diperlakukan seperti itu. Ia baru pertama kali jatuh cinta. Ia memuja Alena setinggi bintang di langit lalu berani benar Amrita menganggap bahwa Alena tidak layak untuknya.     

Pangeran Abbash menggenggam Handphone Amrita di tangannya dengan erat. Handphone itu seakan nyawanya yang harus Ia pegang. Sebelum menemuinya Amrita bilang bahwa Ia berhasil merekam Alena yang sedang bersama Nizam. Tadinya pagi ini Pangeran Abbash akan segera pulang ke Zamron mengingat situasinya kurang bagus untuk dirinya.     

Pangeran Abbash belum mengetahui apakah Jonathan sudah mati atau belum. Tadinya Ia sudah yakin kalau Ia akan dapat membunuh Jonathan makanya Ia tidak mengenakan penyamaran. Tetapi diluar dugaan kakaknya Jonathan malah pulang duluan. Padahal Ia sudah bersusah payah membuat Para pengawal Nizam dan Arani datang terlambat. Semua itu menjadi sia-sia. Makanya Ia harus segera pulang untuk mencari alibi kalau nanti Jonathan bersaksi menyerangnya maka orang akan melihat bahwa Ia sedang ada di Zamron.     

Amrita masih menangis karena Pangeran Abbash tampak tidak perduli dengan tangisannya. Hingga kemudian Ia mendengar Pangeran Abbash berkata dengan suara dingin, membuat hatinya semakin merasa tertusuk sebilah pedang yang sangat tajam.     

"Kau ikut pulang ke Zamron, Aku khawatir Kau dicurigai lalu kemudian bersaksi melawanku. Perkataanmu yang tidak sejalan dengan pikiranku, membuat Aku sekarang menyangsikan ketulusan cintamu kepadaku."     

Mobil meluncur langsung ke bandara meninggalkan kota New York yang terus menggeliat sejak semalam. Amrita hanya terdiam. Ia tidak akan bisa berkata sepatah katapun. Lagipula Kalau Pangeran Abbash lagi murka hal yang paling tepat dilakukan agar Ia tidak tambah marah adalah diam.     

***     

Ruangan tempat Alena dan Nizam.,     

"Nizam tadi Kau hendak membicarakan tentang apa?" Tanya Alena     

Nizam sedikit menarik nafas untuk mengumpulkan seluruh kekuatannya, " Ada berita yang tidak bagus tersebar di Azura? "     

"Pasti itu tentang diriku. Karena kalau tentang berita itu tentang dirimu, Kau pasti tidak akan terlihat gelisah" Kata Alena dengan wajah penuh ketenangan.     

"Apakah Kau merasa cemas, Alena?"     

"Ada Kau disisiku maka semua masalah tidak akan terlalu berat. Berita apakah itu? Apakah tentang Aku melahirkan bayi kembar? Atau tentang berita Edward?"     

"Aku tidak tahu secara keseluruhan, karena aku tidak bisa membacanya secara keseluruhan. Aku tidak sanggup mereka memberikan fitnahan yang begitu keji padamu"     

"Nizam cintaku, Kau tahu bukan, Kalau cinta kita tidak akan berjalan dengan mudah. Aku menikahi Pangeran Putra Mahkota yang Mulia Nizam the Great Eagle bukan menikahi tukang lontong yang banyak di daerahku." Alena malah memberikan julukan pada suaminya. Walaupun julukannya seperti nama bandnya Edward tapi Nizam tampak bahagia mendengar perkataan Alena. Nizam memegang pipi Alena, Alena memegang tangan yang sedang berada di atas pipinya.     

"Rakyatmu tidak akan pernah puas karena Kau menikahiku, dan kau tahu, Aku tidak keberatan untuk itu. Apa Kau tahu juga, Ayahku memberikanku nama "Alena Shiva Isvara" yang artinya adalah Wanita cantik mempesona yang akan menjadi pemimpin atau penguasa. Aku Alena, telah mempesona penguasa dari Azura. Jadi Aku memang seorang penguasa, penguasa hatimu. Aku Alena, tidak akan pernah menyerah sepanjang Kau selalu mencintaiku. Aku tidak akan pernah memperdulikan gosip apapun tentang diriku sepanjang Kau tetap mempercayaiku. Karena dalam cinta sejati akan selalu ada kepercayaan"     

"Mengapa sekarang mulutmu menjadi semanis madu? dan namamu memang sangat sesuai denganmu. Kau memang seorang penguasa, penguasa hati seorang penguasa Azura. Aku meleleh di kakimu. Aku terperangkap dihatimu. Aku tertera disetiap relung hatimu" Kata Nizam sambil mengecup pipi dan tangan Alena.     

"Ya dan itu semua tidak mudah. Kau bagaikan seekor Singa yang tidak pernah takluk terhadap siapapun. Aku harus bersusah payah untuk menjeratmu agar terperangkap dalam hatiku. Jadi Yang Mulia kekasihku Nizam Al-Walid. Aku akan selalu siap menghadapi apapun" Kata Alena sambil merangkul leher Nizam. Hanya saja ketika Nizam mau mencium lagi tiba-tiba handphonenya berbunyi. Alena melepaskan pelukannya. Ia mengangguk ketika Nizam meminta izin menjawab teleponnya. Ia tidak pernah ingin tahu urusan suaminya kecuali kalau suaminya ingin Ia mengetahuinya.     

Nizam berjalan menuju pintu keluar ketika melihat nama Arani tertera di atas layar handphonenya, "Ya Arani.."     

"Keluarlah Yang Mulia, Biar Fuad dan Ali yang berjaga di ruangan Tuan Putri Alena. Di tambah Imran, hamba pikir mereka tidak akan lengah. Kalau sampai mereka lengah. Hamba bersumpah Hamba yang akan membunuh mereka langsung dengan tangan hamba sendiri" Suara Arani terdengar sangat tegas menunjukkan bahwa sedang ada kejadian yang tidak terlalu bagus.     

Nizam segera keluar dari kamar. Ia melihat empat orang anak buahnya sedang berdiri menunggunya. Ali dan Fuad menundukkan kepalanya. Imran sendiri sama menundukkan kepalanya. Sedangkan Arani tampak cemas.     

"Yang Mulia, terimalah hormat hamba. Kita tidak bisa membuang waktu lagi. Marilah Ikut dengan Hamba. Jonathan terluka parah" Kata Arani sambil memiringkan tubuhnya memberikan jalan untuk Nizam, Ia terlihat sangat gelisah. Muka Nizam langsung berubah gelap. Tanpa bicara sepatah katapun Nizam berjalan menuju arah yang ditunjukkan Arani.     

Menyusuri lorong-lorong rumah sakit, langkah mereka tergesa membuat orang-orang yang berpapasan dengan mereka tampah keheranan. Apalagi di belakang Nizam dan Arani tampak dua orang pengawal mengikuti mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.