CINTA SEORANG PANGERAN

Kau Akan Bertahan ( 10 )



Kau Akan Bertahan ( 10 )

0"Yang Mulia, Aku adalah wanita. Aku merasakan apa yang dirasakan Arani. Mungkin kita harus memberikannya kesempatan untuk berbicara dengan Jonathan" Kata Cynthia seakan meminta izin kepada Pangeran Thalal agar memberikan kesempatan kepada Jonathan untuk berbicara.     
0

Pangeran Thalal mengerutkan keningnya. "Apa kita akan membiarkan mereka berdua-duaan?" Kata Pangeran Thalal terlihat keberatan.     

"Arani sudah dewasa dan Ia bukanlah orang bodoh. Ingat kalau Ia asisten Kakakmu. Aku yakin dia bisa mengendalikan emosinya. Lagipula apa yang mampu dilakukan Jonathan. Jangan bertindak di luar batas mau bergerak saja dia kesakitan." Kata Cynthia.     

Setelah menimbang-nimbang akhirnya Pangeran Thalal menganggukan kepalanya. "Aku akan memberikan izin tapi harus ada pengawal yang tinggal di dalam walaupun cuma satu orang."     

Cynthia mengangguk setuju. Ia lalu berbisik ditelinga Jonathan. "Ini saatnya Kau tunjukkan kalau Kau memang pria sejati. Taklukkan hatinya dan bawa Ia ke pelaminan sesegera mungkin. Lalu segera bersihkan namamu dan Alena"     

Jonathan menelan ludahnya yang terasa seret. "Aku takut. Ia terlihat sangat galak. Bagaimana kalau ternyata dia tidak menyukaiku?"     

"Bukankah Kau sudah berpengalaman di tolak Alena? Mengapa sekarang Kau jadi takut ditolak lagi?" Kata Cynthia dengan sangat pedas.     

Jonathan cemberut, " Mengapa mulutmu selalu pedas? Sungguh kau beruntung mendapatkan pria tampan itu karena kalau aku jadi dia, Aku akan mencari wanita yang lebih baik" Kata Jonathan dengan kesal.     

"Aku menyesal Pangeran Abbash tidak membunuhmu, Kau pria sialan dengan mulut berbisa" Kata Cynthia sambil morang-maring. Tapi Ia tahu kalau Jonathan bercanda karena pada dasarnya mereka adalah berteman baik.     

Cynthia lalu berjalan meninggalkan Jonathan tetapi kemudian Dia mendengar Jonathan berkata, "Cynthia !! Doakan Aku!!" Kata Jonathan.     

Cynthia menoleh ke belakang, "Tidak usah kau minta, Aku akan selalu mendoakanmu. Karena Kamu sebenarnya pria yang sangat baik."     

"Terima kasih Cynthia" Kata Jonathan sambil berkaca-kaca. Jessi dan Pangeran Thalal menghela nafas , mereka menyadari bahwa pertemanan yang sejati ternyata sangat indah untuk disaksikan. Bagaimana mereka saling membela dan menyayangi dengan cara mereka masing-masing.     

Sebelum keluar dari kamar, Cynthia memegang bahu Arani dan berkata, " Nizam instingnya sangat kuat. Mudah-mudahan kali ini Ia tidak salah lagi. Aku sangat berharap Kau bisa hidup berbahagia sekaligus bisa menyelamatkan sahabatku. Kau tahu Alena adalah kunci kebahagiaan ku dan Nizam" Kata Cynthia sambil tersenyum sedikit licik lalu keluar dari kamar Jonathan.     

Arani menghela nafasnya. Ia tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti permainan yang dilemparkan Nizam dan Cynthia. Tetapi kemudian Ia merasa bersyukur karena memang sebenarnya Ia menyukai Jonathan. Ia mulai menyukainya saat Ia melihat pria itu terkapar berlumuran darah. Dan Ia semakin menyukainya saat Saudara Perempuannya menceritakan betapa Jonathan mencintai seseorang dengan tanpa pamrih, tulus dan suci. Ia juga sangat menyukai mata Jonathan yang lucu dan ramah.     

Bertahun-tahun hidup bersama Nizam yang tingkah lakunya sedingin salju membuat Arani menginginkan atmosfer yang lain dalam hidupnya. Ia selalu berada di samping Nizam dan Ia sangat tertarik dengan kehidupan Nizam bersama Alena. Sehingga hampir setiap saat Ia berdoa dan berharap agar Ia memperhatikan pasangan hidup yang lebih membumi dibandingkan dirinya.     

Ibarat Ia adalah unsur api maka Ia butuh air yang akan mengimbanginya. Ibarat Ia adalah tanaman maka Ia butuh tanah untuk bisa menyokongnya agar Ia bisa berdiri tegak. Arani tertarik pada apapun yang ada pada diri Jonathan walaupun Ia baru bertemu pertama kali. Ditambah dengan kata-kata Cynthia yang mengatakan bahwa pernikahan mereka akan menyelamatkan Alena dari fitnahan Pangeran Abbash. Ah...Alena itu istri dari Nizam dan merupakan majikannya yang begitu Ia hormati. Jangankan rasa cinta, nyawapun akan Ia pertaruhkan.     

Ketika di dalam kamar hanya ada mereka bertiga dengan seorang pengawal yang berdiri agak jauh dari mereka. Arani duduk dengan tenang. Walaupun sebagai seorang wanita Ia tidak dapat menutupi kegelisahannya. Tetapi sebagai asisten Nizam yang sangat teruji Arani pandai menutupi perasaannya. Ia duduk dengan wajah yang sangat tenang bahkan yang terlihat gugup adalah Jonathan.     

Mereka saling terdiam entah sampai berapa lama hingga akhirnya Jonathan berkata, " Aku terserah padamu. Kalau Kau tidak keberatan Aku akan menikahimu" Kata Jonathan akhirnya dengan wajah memerah.     

"Kalau Aku keberatan bagaimana?" Arani malah balik bertanya.     

"Mmmm...." Jonathan menjadi gugup. Ia menyesali kebodohannya dengan melemparkan pernyataan tidak bermutu seperti itu.     

"Usiaku Sekarang sekitar 29 tahun. Aku sudah tidak muda lagi. Dan Kau sekitar 24 tahun. Itu yang aku dengar dari kakak mu.. Apakah Kau tidak keberatan menikahi yang lebih tua?"     

Jonathan tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.     

"Aku tidak keberatan menikahi wanita yang lebih tua. Lagipula kelihatannya Kau tampak lebih muda dari ku. Kulitmu begitu halus bagaikan pualam. Siapa yang mengira kau sudah berumur 29 tahun. Aku merasa kau seperti 20 tahun"     

Arani melengkungkan bibirnya, seumur hidupnya Ia jarang berada dengan orang lain selain Nizam dan para pengawalnya. Ia juga jarang berbincang-bincang dengan siapa pun dengan santai. Pembicara bagi Arani hanya jika ada suatu keperluan. Jadi jika sekarang Ia mendengar ada pria yang memujinya bahkan terkesan merayu Ia merasa sangat aneh.     

"Aku biasanya tidak tahan mendengar segala macam omong kosong seperti yang kau ucapkan. Tetapi bagaimanapun Aku sangat berterimakasih karena Kau begitu baik hati berusaha menyenangkan hatiku walaupun dengan perkataan bohong" Kata Arani masih dengan wajah yang sangat datar dan tenang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.