CINTA SEORANG PANGERAN

Alena, Selamatkan Pernikahanku ( 6 )



Alena, Selamatkan Pernikahanku ( 6 )

0Lila tidak mengerti mengapa tubuhnya begitu gemetar ketika Ia masuk ke dalam ruangan tempat Alena dan anak-anaknya berada. Badannya terasa sangat mengigil, dadanya berdebar-debar. Harumnya aroma bayi langsung tercium ke hidungnyai apalagi kemudian terdengar suara tangisan bayi yang terdengar begitu merdu di telinga Lila. Begitu pintu terbuka, Alena yang sedang menggendong Alexa tampak menoleh ke arah pintu. Matanya terbelalak melihat siapa yang datang kepadanya.     
0

"Ya Alloh.. Lila, kemarilah.. cup..cup Alexa..sayang. Jangan menangis yah..itu lihat siapa yang datang.. Tante..Tante Lila" Kata Alena sambil berseri-seri. Ia sangat bahagia kedatangan Lila.     

"Kenapa menangis? Siapa yang menangis. Alexa yah..Yu mari sini Ibu Lila gendong" Kata Lila sambil meraih Alexa dari pelukan Alena Ia tadi mendengar Alena menyebut Alexa jadi Lila langsung menyimpulkan bahwa bayi yang dikandung Alena adalah Alexa. Ajaibnya tangisan Alexa langsung berhenti. Ia tersenyum menatap Lila, membuat Alena takjub.     

"Daritadi Dia menangis, tidak mau berhenti,gara-gara diperiksa perawat. Tapi sekarang Ia malah langsung tersenyum dalam pelukanmu. Lila Benar katamu. Anakku seperti memiliki ikatan batin denganmu." Kata Alena.     

"Putri Alena.. dialah anak yang kulihat dalam mimpiku. Walaupun anak yang dalam mimpiku sudah besar tetapi wajahnya mirip denganmu. Mungkin Alexa akan menjadi mirip denganmu. Alexa!! dalam perut Ibu Lila ada pasangan hidupmu. Tumbuhlah dengan sehat dan jangan bersedih karena sebentar lagi temanmu akan segera menemanimu" Kata Lila sambil mendekap Alexa sambil berlinang air mata.     

Cynthia dan Alena terdiam saling berpandangan mata. Kejadian di depan mata mereka sangat mengharukan. Tetapi kemudian giliran Axel yang menangis keras. Cynthia segera mengangkatnya dan menimang-nimangnya. " Axel..Axel..sayang..Jangan menangis. Mari sini sama Bibi Cynhtia. Di perut Bibi juga ada bayi. Mungkin dia akan jadi pasangan hidupmu juga" Kata Cynthia mengikuti kata-kata Lila. Tetapi Axel bukannya berhenti menangis Ia malah semakin keras menangisnya hingga membuat Cynthia jadi panik.     

"Kenapa dia malah menangis semakin keras..Aduh..cup..cup..cup.. jangan menangis. Ayo berhentilah.." Cynthia mengayun-ngayun Axel sambil menepuk-nepuk tubuh Axel dengan lembut. Tetapi Axel tetap menangis dengan keras sehingga kemudian Alena mengambil alih Axel.     

Cuma tetap saja Axel tidak mau berhenti menangis hingga akhirnya Alena mengeluarkan senjata andalannya. Tidak lama kemudian Axel terdiam asyik menghisap ASI dari dada ibunya. Cynthia menatap takjub dengan kejadian ini. Pelajaran pertama yang Ia peroleh adalah bahwa tangisan bayi bisa berhenti hanya dengan dada ibunya.     

"Axel ini persis bapaknya.. kalau lagi rewel cukup dengan tubuh ibunya dia langsung bisa tenang"     

Kata Alena dengan wajah datar sedatar dinding rumah sakit. Lila dan Cynthia tersedak mendengar kata-kata Alena yang membuat kuping terasa panas.     

"Ngomong-ngomong Apakah kalian berniat mau saling menjodohkan anak?" Kata Cynthia sambil duduk dipinggir ranjang. Menatap Lila yang sedang asyik menggendong Alexa dan Alena yang sedang menyusui Axel.     

Alena dan Lila berpandangan mata lalu kemudian mereka tersenyum. Lila tidak berani berkata apa-apa, dia sadar diri kalau kedudukannya lebih rendah dari Alena. Dia tidak berhak menjawab pertanyaan itu. Karena suatu perjodohan biasanya diajukan oleh pihak yang lebih tinggi kedudukannya.     

"Kitakan belum tahu jenis kelamin bayi Lila apa? Terus anak mana yang mau dijodohkan. Karena kalau bayi Lila laki-laki mungkin dia bisa jadi akan berjodoh dengan Alexa tetapi kalau perempuan dia pasti akan berjodoh dengan Axel" Kata Alena dengan serius. Cynthia tertawa ngakak mendengar jawaban sahabatnya. Kesimpulan seperti itu bocah ingusan juga pasti tahu.     

" Ya iyalah Alena sayang. Kalau tentang itu sudah pasti. Kan tidak mungkin kalau bayi Lila wanita lantas akan dijodohkan dengan Alexa.."     

"Tapi sebentar.. sebentar..Agaknya bayi Lila akan berjodoh dengan Alexa apapun jenis kelaminnya." Kata Alena sambil menatap Lila yang tampak asyik menggendong Alexa sambil menciumi pipinya dengan lembut. Cynthia terbelalak matanya, "Kau ini..bagaimana kalau bayi Lila perempuan? Apa mau kau nikahkan juga. Menjijikan!!" Kata Cynthia.     

"Dasar bodoh!! Aku pikir otakmu selalu jenius tetapi adakalanya otakmu jadi bodoh. Kalau mereka sama-sama perempuan bukan saling dijodohkan sebagai suami istri tetapi sebagai sahabat seperti Aku dan dirimu" Kata Alena sambil gantian sekarang Ia yang tertawa. Cynthia dan Lila ikut tertawa sehingga di kamar menjadi sedikit riuh.     

Beberapa saat kemudian setelah bayi-bayi tertidur para wanita ini keluar dari kamar. Dan ikut berbincang dengan para laki-lakinya diruangan depan sambil menikmati kudapan. Kali ini makanan yang disajikana bukan dari Azura tetapi kue-kue khas Amerika seperti kue muffin dan biskuit serta beberap minuman ringan.     

" Aku turut senang Jonathan segera menikah dengan Arani." Kata Edward sambil memegang tangan Lila yang duduk disampingnya. "Siapa Jonathan?" Tanya Lila sambil menatap wajah suaminya.     

"Dia sama sepertiku Fansnya Alena. Tetapi otaknya lebih waras daripadaku. Sehingga Ia masih bisa mengendalikan dirinya. Untuk saja Kau segera datang dalam kehidupanku sehingga Aku tidak gila terus-menerus" kata Edward sambil kemudian mencium Lila dengan lembut. Lila mengira Edward hanya akan mencium bibirnya sekilas tetapi Ia lalu membeku ketika ciuman Edward menjadi mendalam. Lila berusaha menutup rapat mulutnya agar lidah Edward tidak masuk. Tetapi apa daya Edward malah semakin memaksa.     

Akhirnya Lila menyerah dengan wajah merah Ia hanya terdiam saat Edward memaksakan kehendaknya. Nizam menatap dingin sambil meminum kopinya. Pemandangan di depannya bukanlah pemandangan aneh. Ini Amerika dan Edward memang orang Amerika sejati. Setelah jiwa Amerikanya tidak muncul selama Ia mencintai Alena sekarang agaknya jiwa itu sudah kembali lagi. Nizam malah mengambil koran yang tadi pagi belum sempat dibacanya. Nizam lalu membaca koran di ujung kursi.     

Sedangkan Pangeran Thalal yang tercengang melihat adegan itu. Ia juga memang pernah tinggal di Amerika tetapi karena Ia tidak seperti kakaknya yang hidup lumayan lama di Amerika adegan di depannya tak urung membuatnya terkejut dan merah padam. Ia lalu membuang muka ke wajah istrinya. Cynthia hanya tersenyum sambil menyendok es cream dalam cupnya. Hanya Alena yang bertepuk tangan bahagia.     

"Aku sangat senang melihat Edward dan Lila berbaikan. Semoga pernikahan kalian langgeng sampai maut memisahkan" Kata Alena sambil mengunyah kue mufinnya. Tetapi kemudian Alena berhenti mengunyahnya Ia tampak mengusap-ngusap pipinya dengan tangan kirinya.     

Kebetulan Edward sudah selasai mencium Lila. Lila tersipu-sipu sambil menundukkan wajahnya. Ia mengambil minuman di depannya dan meminumnya untuk mengatasi rasa gugup.     

"Maafkan Aku" Kata Lila sambil memalingkan wajahnya ke arah Alena yang tampak sibuk mengusap-ngusap pipinya. "Mengapa dengan pipimu, Putri?" Katanya keheranan. Mendengar pertanyaan Lila sekarang semua mata memandang Alena. "Memangnya kau kenapa? Kenapa dari tadi Kau mengusap-ngusap pipimu? Apa kau sakit gigi?" Tanya Cynthia.     

Alena menggelengkan kepalanya, " Tidak!! Aku hanya merasa pipiku sedikit pegal, tadi malam..." Alena tidak melanjutkan kata-katanya karena Nizam berdehem di balik korannya.     

"Kenapa Kau berdehem? Kau pasti takut Aku akan bilang kepada mereka kalau kau semalaman menyuruhku melakukan sesuatu." Kata Alena sambil menatap suaminya. Nizam kini yang merah padam. " Akan Aku bunuh Kamu..Alena" Desis Nizam sambil bangkit dari duduknya. Ia tidak tahan karena semua mata sekarang malah menatapnya dengan terheran-heran.     

"Sudah..sudah... jangan perdulikan suamiku. Dia sedang pusing jadi sedikit aneh. Aku mau bilang pipiku sedikit sakit kemarin karena terbentur tembok"     

"Bagaimana bisa pipimu terbentur tembok?" Kata Cynthia semakin curiga.     

"Itu karena Nizam menyuruhku membenturkan pipiku ke tembok" Kata Alena tambah ngaco dan itu terdengar oleh Nizam yang berjalan sedang ke luar ruangan, "Shut up Your mouth Alena!!" Kata Nizam tambah sewot.     

"All right my majesty" Kata Alena sambil tertawa geli. Dari keempat orang yang mendengarnya hanya Cynthia yang mengerti apa yang dimaksud Alena. Yang lainnya cuma keheranan tidak mengerti.     

'Bersyukurlah Alena, ketiga orang yang mendengarnya sama polosnya dengan Alena. Hanya Aku yang paling cerdas di sini' Kata Cynthia dalam hati sambil senyum-senyum kecil.     

Kemudian perbincangan segera beralih kembali ke pernikahan Jonathan dan Arani. Edward dan Lila terus menerus ngobrol sambil saling berpandangan mata denga mesra. Mereka benar-benar seperti remaja yang sedang mabuk asmara. Hingga akhirnya Cynthia menyuruh mereka pulang. Ia tidak tahan melihat kelakuan Edward yang seperti anak kecil baru menemukan mainannya yang hilang. Ia terus menerus menatap Lila sambil mengusap-ngusap lengannya. "Kalian pulang sana!! Lanjutkan saja tingkah kalian di kamar. Tetapi jangan lupa besok kita akan merayakan pernikahan Jonathan dan Arani."     

Edward terkejut, " Secepat itukah?"     

"Nizam ingin mereka secepatnya menikah?" Kata Cynthia lagi     

"Tetapi kenapa? Bukankah Jonathan masih sakit?"     

"Itulah sebabnya Nizam menyuruhnya cepat-cepat menikah agar Arani dapat mengurus Jonathan"     

"Aku mengerti sekarang. Baiklah..kalau begitu kami pamit dulu. Ayo Sayang kita pulang. Ayah sudah menyediakan kita rumah di jalan Grand avenue. Kita akan langsung pulang ke rumah itu." Kata Edward sambil memeluk Lila dan mengajaknya pulang. Alena dan yang lainya memandangi mereka dengan penuh kebahagiaan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.