CINTA SEORANG PANGERAN

Habislah Kau, Arani !! ( 14 )



Habislah Kau, Arani !! ( 14 )

0Alena membalikkan tubuhnya dan Ia langsung tersenyum menatap orang yang memeluknya. Ia langsung merangkulkan tangan ke lehernya dan berkata, " Nizam, alangkah lamanya Aku menunggumu" Kata Alena sambil mengecup bibir yang manis itu.     
0

" Mengapa? Bukankah belum satu hari ? Kau sudah merasa rindu kepadaku." Nizam sambil tersenyum tangannya mengusap ubun - ubun Alena dengan penuh kasih. Batsnah dan dua pengawal Alena langsung menundukkan kepalanya. Aturan pertama kerajaan bagi para pelayan adalah ketika majikan mereka berbicara mereka tidak boleh ikut mendengar kalaupun mendengar harus pura - pura tidak mendengar. Kalau mereka bermesraan maka tundukkan pandangan pura - pura tidak melihat.     

Sedangkan Zarina langsung pura - pura menata makanan, tapi Ia tidak tahan maka Ia mulai mengintip - ngintip sedikit. Sosok tubuh Nizam yang mempesona itu menundukkan mukanya dan mulai membalas kecupan istrinya.     

"Memangnya Kau tidak rindu kepadaku?" Alena malah balik bertanya dan mengusap pipi Nizam.     

Nizam tertawa, " Aku rindu anak - anakku "     

"Ooh.. begitu, Jadi sekarang Kau hanya rindu pada anak - anak. Dan tidak pada ibunya" Kata Alena merengut Ia menarik tangannya dari leher Nizam. Lalu membalikkan badannya mau pergi. Tapi Nizam memegang tangan Alena dan menariknya hinga Alena terjerembab ke dalam pelukannya.     

"Kalau terhadap anaknya saja rindu apalagi terhadap ibunya " Kata Nizam sambil mendekap Alena dengan erat.     

"Apa Kau sudah menengok Axel dan Alexa?"     

"Tentu saja, sebelum menemuimu, Aku sudah melihat mereka terlebih dahulu. Mereka sedang tertidur baru diberi dot oleh para pengasuhnya"     

Alena mengusap dada Nizam dengan lembut, " Aku sudah memompa ASI-ku, dan menyimpannya di freezer untuk mereka"     

"Gadis pintar" Nizam mecium lembut pipi Alena dan menghirup harumnya aroma Alena.     

"Nizam, kenapa kau begitu lama? Aku menunggumu dari tadi"     

"Aku harus mengurus dulu pernikahan Jessi dan kekasihnya "     

Alena terkejut, " Tapi mengapa Kau harus mengurusnya? Bukankah Kita hanya akan mengurus pernikahan Jonathan saja?" Alena mengerutkan keningnya. Mengapa Nizam bersusah payah ingin menikahkan kakaknya Jonathan segala.     

Nizam memeluk Alena sambil membawanya pergi berjalan. Para penjaga dan beberapa pelayan tergopoh - gopoh mengikuti mereka.     

"Kau tahu, mengapa Aku menikahkan mereka ? "     

Alena menggelengkan kepalanya, "Itulah yang membuatku heran, Mengapa pernikahan Jessi menjadi tanggung jawab kita juga?"     

Nizam tersenyum " Itu karena Aku tidak ingin mereka tidur sekamar sebelum menikah di rumahmu"     

"Tidur sekamar??" Alena mengerutkan keningnya.     

"Ya.. adik mereka Jonathan akan menikah. Pasti Jessi dan kekasihnya akan menghadiri pernikahannya. Lalu karena rumahmu begitu luas dan memungkinkan mereka untuk menginap maka tidak etis kalau Aku menyuruh mereka pulang"     

"Lalu..?? " Alena masih mengerutkan keningnya.     

"Sepasang Kekasih di Amerika sangat memungkinkah untuk tidur bersama sebelum menikah dan Aku tidak ingin itu terjadi jadi Aku pikir mereka harus menikah dulu agar Aku tenang. Sehingga mau berapa lama mereka menginap di rumahmu maka Aku tidak keberatan kalau mereka sudah sah menjadi suami istri"     

Alena menggelengkan kepalanya, sungguh suaminya ini selalu memikirkah hal sekecil ini.     

"Mengapa Kau begitu perduli dengan moral mereka ?" Kata Alena masih merasakan bahwa Nizam terlalu berlebihan.     

"Aku tidak ingin rumahmu memiliki nasib buruk dengan membiarkan orang berzinah di tempat kita"     

Mata Alena terbelalak Ia lalu tertawa kecil, "Nizam..Nizam..hal sekecil itu?"     

"Tidak ada hal yang kecil kalau tentang suatu prinsip dari keyakinan. Bagiku berzinah adalah dosa besar" Kata Nizam sambil mengucek - ngucek rambut Alena.     

Alena menganggukkan kepalanya, " Baiklah.. baiklah..Aku mengerti. Makanya dulu Kau merendamku dalam bak mandi ketika Aku terkena obat oleh George"     

"Kau memang cepat belajar sekarang. Kemarilah Aku akan menunjukkan kepadamu suatu tempat rahasia. Kau lihat Bulan sebentar lagi muncul dan ini akan jadi momen yang sangat indah."     

" Tapi Aku masih belum selesai mengecek persiapan pesta pernikahan. Dan agaknya para tamu sudah mulai berdatangan".     

"Ya.. dan mereka sudah diberi tempat untuk menginap. Paviliun disamping itu sengaja untuk mereka menginap. Aku tidak ingin mereka masuk ke dalam rumahmu dan melihatmu berkeliaran ke sana ke mari. Aku bisa mati cemburu karenanya."     

Alena menyikut pinggang Nizam, " Setelah jadi Ayah, Aku pikir sikap posesifmu akan hilang tapi nyatanya malah semakin menjadi. Siapa yang mau pada Emak - emak beranak dua " Kata Alena sambil tertawa kecil.     

"Memang kenapa kalau Emak - emak beranak dua? Kau malah semakin cantik setelah melahirkan. Kau semakin membuatku mabuk kepayang. Kau membuatku semakin bergairah " Bisik Nizam sambil menggelitik punggung Alena, Membuat Alena merinding, nafasnya jadi tidak beraturan.     

"Jangan..Nizam.. jangan sekarang... "     

"Lalu kapan? ini sudah lama. Apakah masih belum selesai juga?"     

"Aku harus ngecek dulu. Tadi malam tinggal sedikit, sekarang harus kulihat lagi" kata Alena sambil tersenyum menggemaskan.     

"Bagaimana kalau Aku saja yang ngeceknya " Kata Nizam sambil melihat ke kiri dan ke kanan seakan sedang mencari tempat tersembunyi.     

Alena terbeliak Ia lalu memukul punggung Nizam dengan kepalan tangannya yang kecil, " Kau benar - benar pangeran gila. Menjijikan sekali!! " Kata Alena morang - maring sambil memukuli Nizam.     

Nizam tertawa - tawa seakan suka telah membuat Alena marah - marah. Semakin marah wajah Alena semakin enak di lihat. Ia sungguh membuatnya mabuk kepayang.     

"Kau mau mengajak kemana sebenarnya Nizam ? dan mengapa Kau selalu berkata ini adalah rumahku dan bukannya rumah kita."     

"Karena ini memang rumahmu, Sebagai hadiah karena Kau sudah melahirkan anak - anakku. Aku sengaja merancang dan membuatnya semenjak Aku tahu kau hamil. Kaukan lihat nama yang tertera di bukit itu adalah Alena Land. Dan semua sertifikatnya atas namamu. Sehingga walaupun tanpa diriku disampingmu maka Kau tidak perlu memikirkan materi lagi. Aku harap Kau bisa hidup berkecukupan sampai akhir nanti"     

"Mengapa Kau berkata seperti itu ? Aku tidak mau hartamu. Aku hanya ingin dirimu. Bawa lagi rumahnya " Alena berkata sambil berbalik dan memeluk Nizam dengan erat. Air matanya langsung menetes.     

Nizam malah tertawa sambil balas memeluk Alena, " Hidupku tidak seperti orang biasa. Nyawaku setiap saat bisa terancam oleh musuh - musuhku jadi Aku harus memastikan masa depanmu aman "     

" Tidak.. tidak.. Aku tidak mau kau berkata seperti itu. Jangan menakut - nakutiku. Aku ingin hidup selamanya denganmu. Aku tidak ingin semua kekayaanmu. Nizam, ayolah.. kalau seandainya kehidupan di Azura begitu rumit mari kita ke Indonesia saja. Berikan saja semua hartamu kepada musuh - musuhmu, biar mereka membiarkanmu hidup dan pergi. Lalu Kita mulai dari nol saja." Kata Alena sambil memegang tangan Nizam. Matanya penuh harap menatap suaminya. Hilang sudah kecerdasan yang sudah tampak dari kemarin - kemarin. Kini Ia kembali seperti anak kecil yang sedang minta ice cream kepada ibunya.     

Nizam menggelengkan kepalanya, "Tidak semudah itu sayang. Andaikan itu bisa. Aku sudah melakukannya sejak Aku jatuh cinta kepadamu "     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.