CINTA SEORANG PANGERAN

Izinkan Aku Hang Out, Nizam



Izinkan Aku Hang Out, Nizam

0"Nizam, Izinkan Aku pergi ke kampus tanpamu. Aku juga tidak ingin banyak pengawal mengikutiku. Aku hanya ingin satu atau dua pengawal sudah cukup. Aku ini mau ke kampus untuk bertemu dengan teman-teman ku sekalian mengurus wisuda. Aku bosan berada di rumah terus. Aku ingin hang out dengan mereka. " kata Alena sambil mengenakan pakaian kasual.     
0

Nizam yang sedang telengkup di atas ranjang sambil menggelitik kaki si kembar tampak terdiam. Dari pagi Alena terus ngoceh ingin pergi hanya berdua dengan Cynthia ke kampus dan berbincang bincang dengan teman - temannya di kantin.     

"Aku tidak mengizinkan mu pergi tanpa diriku" Kata Nizam dengan datar.     

"Apakah kau takut Aku ada yang menculik ?" Kata Alena sambil mengambil kaca mata hitam. Nizam melirik Alena yang dandannya sudah berubah dari putri Azura menjadi Alena kembali mahasiswa kampus " The Great "     

"Kau tahu Pangeran Abbash masih berkeliaran di luar " Kata Nizam.     

"Aku tahu itu tapi kau tidak bisa menyembunyikan Aku terus menerus di bawah ketiakmu. Aku ingin berjalan - jalan layaknya manusia normal. Lihat Aku sudah mengubah penampilanku menjadi orang biasa " kata Alena sambil berputar - putar dengan genit di hadapan Nizam.      

Nizam melirik ke arah Istrinya. Celana jeans dan kaos putih yang dikenakan Alena malah membuat Alena semakin cantik di mata Nizam. Dia memang tidak terlihat lagi sebagai Calon Ratu Azura tapi penampilannya tetap saja menawan hati setiap laki - laki.     

"Aku seperti orang biasakan " Kata Alena sambil tersenyum dan memeluk leher Nizam yang kini sedang menggendong Axel. Axel langsung melirik ibunya karena Ia mencium bau ibunya. Mukanya langsung gelisah ingin di gendong,  mulut mungilnya merengek - rengek. Alena mengelus pipi Axel. " Diam ya.. Nak, Muya mau ke kampus dulu. Mau jalan - jalan sekalian bertanya tentang persiapan wisuda bersama Tantemu Cynthia."     

"Aku tetap tidak mengizinkanmu pergi tanpa diriku. Dan Aku sebenarnya tidak membutuhkan alasan apapun untuk itu " Kata Nizam bersikeras Alena cemberut dan Nizam malah memagut bibir mungil Alena. Sesaat mereka berciuman dengan mesra. Alena seperti ingin merayu suaminya dengan ciuman mesra.     

"Pangeran itu gila Alena, dan Ia terobsesi olehmu" Kata Nizam sambil mengelus leher Alena dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya masih memegang Axel.     

"Tapi Aku tidak kenal dia. Bahkan wajahnya juga seperti apa Aku tidak pernah tahu apalagi ingat" Kata Alena sambil mengelus bibir Nizam yang kini basah.     

"Kan masalahnya bukan Kau yang terobsesi tetapi dia yang terobsesi padamu. Dia itu psikopat Alena. Dan Amar sudah mencium keberadaannya di Amerika"     

"Mengapa kita yang harus takut kepadanya. Mengapa bukan dia yang takut kepada kita? Apa kau kalah dengannya? Bukan setiap Subuh sebelum Kau bekerja Kau selalu berolahraga dan berlatih ilmu bela diri. Jadi Aku sangat yakin kau tidak kalah dengannya."     

"Hhhh...." Nizam menarik nafas dalam-dalam. Ia benar-benar heran dengan otak Alena. Kadang dia begitu cerdas kadang di lain hari kelihatan sekali polos nya.     

"Alena sayangku. Aku tidak pernah takut dengan Pangeran Abbash. Karena Aku memang sering berlatih ilmu bela diri. Tetapi masalahnya adalah yang ingin pergi sendiri itu adalah Kamu dan bukannya Aku. Terus yang suka berlatih ilmu bela diri juga Aku bukannya Kamu. Kamu itu tidak pernah berlatih ilmu bela diri."     

"Kau tidak pernah melatihku ilmu beladiri " Kata Alena cemberut     

"Bagaimana mau melatihmu kalau Kau menolak setiap Aku ajak dengan  berbagai macam alasan. Lagipula, bagaimana Kau mau berlatih ilmu bela diri kalau melayani ku saja kadang-kadang Kau keteteran"     

Alena semakin cemberut kesal, " Berani benar kau berkata seperti itu. Malam ini jangan harap Kau dapat jatah dariku"     

Wajah Nizam langsung berubah pucat. Ia lalu mencium pipi Alena dan berbisik memelas. "Aku cuma bercanda, Alena. Kau jangan kejam begitu. Kau menjatahku tiga hari sekali. Aku paham dan sangat paham Kau kelelahan karena menyusui kedua anakku. Kalau Kau menghilangkan jatahku malam ini. Maka Aku akan merana " Kata Nizam dengan wajah murung.     

"Makanya izinkan Aku pergi, Maka jatahmu nanti kutambah dua kali lipat" Kata Alena dengan berbinar - binar.     

"Akukan memperbolehkanmu untuk pergi tapi dengan pendampingan diriku. Aku janji hanya akan mengikutimu... " Kata Nizam sambil kembali memeluk Alena.     

"Nizam, Aku hanya ingin berjalan - jalan dengan teman - teman wanitaku. Ngobrol sambil minum kopi sambil berbicara tentang fashion terbaru. Kalau kau nyelip diantara kami. Mana seru.Ini urusan kaum wanita" Alena kembali cemberut.     

"Tapi Kau tidak sama dengan wanita lain. Kau sekarang adalah calon Ratu Azura. Ada protokoler yang harus kau patuhi. Karena bertindak sendiri hanya akan mencelakakan dirimu" Kata Nizam sambil terus memberikan pengertian kepada Alena.     

"Nizam, Aku mohon hanya sekali ini. Bukankah setelah wisuda Kita akan pulang ke Azura dan Aku akan kehilangan kebebasanku selamanya. Jadi untuk kali ini izinkan Aku untuk berjalan - jalan ke kampus berdua dengan Cynthia dan para pengawal. Tapi tetap Aku tidak ingin ada bapak - bapak yang ikut." Alena bersikeras. Ia sangat ingin mengenang masa lalunya. Dimana dia pergi tanpa diiringi para pengawal dan asisten. Dimana Ia bebas bisa ngobrol dan tertawa bersama teman - teman wanitanya.     

Tetapi Alena melihat Nizam malah morang - maring kepadanya.     

"Siapa yang kau maksud dengan bapak - bapak ?" Kata Nizam dengan sewot.     

Alena jadi tertawa terkehkeh - kehkeh, " Kau yang bapak - bapak. Mengapa ? Kau tidak mengaku kalau Kau sudah jadi bapak  - bapak ? Kau jangan mengingkari kenyataan. Ini adalah anak - anakmu. Jadi jelas Kau sudah jadi bapak - bapak "     

"Kalau begitu kau juga ibu - ibu. "      

"Oh ya. Aku memang sudah ibu - ibu, Aku tidak mengingkari kenyataan. Sebagai ibu - ibu Aku juga berhak ngobrol bersama teman - temanku. Ngobrol ala - ala ibu sosialita "     

"Maksudmu Kau ingin ngobrol, tertawa ha..ha..ha.. hi..hi.. sementara anak - anakmu bersama pelayan.." Nizam akhirnya menggunakan senjata anaknya untuk menahan Alena.     

" Heiiis.. Nizam Kho kamu sebegitunya. Kan tidak tiap hari. Cuma kali ini saja." Alena mengeluh. Ia sudah hampir kehabisan kata - kata untuk meyakinkan suaminya agar diberi izin untuk pergi ke kampus tanpa ditemani Nizam. Ia sudah janjian dengan teman - teman kuliahnya seputar wisuda dan pesta perayaan wisuda kecil - kecilan di hotel berbintang.     

"Aku tidak mengizinkanmu kecuali Aku ikut denganmu. Kita pergi bersama - sama. Kau, Aku, Cynthia dan adikku Pangeran Thalal." Nizam tetap kukuh pada pendiriannya. Alena boleh pergi tetapi bersama dirinya     

"Baiklah kalau begitu bawa sekalian Ali, Fuad, Amar, Andhara, Nyala, Nora, Arani, Iqbal dan Bastnah. Lalu bawa pengawal 30 orang dan 25 pelayan. Oh ya bawa juga sikembar beserta para pengasuhnya yang berjumlah 20 orang itu. Satu lagi Aku lupa, Dokter dan perawat kayanya perlu di bawa juga siapa tahu di jalan ada apa - apa" Kata Alena sambil mendelik kesal     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.