CINTA SEORANG PANGERAN

Zarina Melawan Pangeran Abbash ( 1 )



Zarina Melawan Pangeran Abbash ( 1 )

0"Aku tidak bermaksud untuk tidak sopan pada Jendral Amar, tetapi Aku hanya mengatakan yang sebenarnya " Kata Nora tetap bersikeras kepada pendiriannya. Amar sendiri bukan orang kurang ajar yang tidak tahu diri. Ia tahu bahwa Nora sudah melaksanakan perintah Alena sesuai prosedur tetapi Ia sendiri ingin bertemu dengan Nizam untuk meminta izinnya dan mengantarkan Zarina. Ia khawatir kalau Ia tidak bergerak cepat maka Zarina akan berubah pikiran sehingga Azura akan kehilangan assetnya yang berharga.     
0

Lagipula Ia sendiri sangat ingin tahu apa rencana Putri Alena. Ia adalah pengawal bayangan Nizam jadi apapun yang menyangkut Nizam dan keluarganya Ia perlu tahu.     

"Nora.. Aku adalah pengawal Yang Mulia Nizam di atas Fuad dan Ali. Aku bertanggung jawab terhadap keselamatan seluruh keluarga Yang Mulia. Jadi jangan halangi Aku untuk melaksanakan tugasku. Kau tentu tahu bagaimana sikap Yang Mulia Putri Alena. Walaupun Yang Mulia sangat cerdas tetap kepolossannya mampu membuat suasana jadi lepas kendali.     

Kau tentu masih ingat bagaimana Yang Mulia Pangeran Nizam diperdaya oleh Putri Alena dengan obat tidur? Jadi kali ini kita tidak boleh kecolongan lagi. Setiap gerakan Putri Alena harus diketahui oleh kita" Kata Amar dengan panjang lebar membuat Nora langsung memahami perkataan Amar. Ia lalu membungkukkan badannya penuh dengan rasa homat kepada Amar.     

"Anda benar, Kami tidak ingin kecolongan lagi. Silahkan untuk berjalan. Tetapi jika seandainya Yang Mulia Putri Alena marah bagaimana?" Kata Nora bertanya sambil menatap wajah Amar.     

"Putri Alena sangat baik hati sebagaimana orang Indonesia lainnya. Ia tidak akan marah hanya karena Aku mengantar Zarina. Tetapi seandainya Yang Mulia tetangkap merasa marah maka biarlah Aku yang bertanggung jawab." Kata Amar dengan gentle.     

"Baiklah kalau begitu. Aku menjadi lega" Kata Nora sambil pergi diikuti oleh Zarina dan Amar. Hari sebenarnya sudah mulai gelap. Dan Zarina melangkah disamping Amar sementara Nora berjalan di depan.      

Entah mengapa Zarina merasa bulu kuduknya berdiri. Suasana menjadi sangat sunyi dan gelap. Zarina tanpa sadar mencekal tangan Amar dan memepetkan tubuhnya ke tubuh Amar sambil gelisah dan ketakukan.     

"Ada apa?" Amar berbisik. Ia tidak merasakan apa yang dirasakan oleh Zarina. Ia adalah manusia biasa dengan aura berwarna kuning seperti Putri Alena. Ia tidak meiliki aura indigo seperti Zarina. Ia hanya bisa melawan musuh dengan tampilan fisik saja. Zarina semakin memepetkan tubuhnya kepada Amar sehingga Amar dengan nakal malah berkata,     

"Kau tidak boleh menyerahkan dirimu dulu kepadaku. Bukankah kita belum menikah?" Kata Amar sambil tersenyum. Zarina menjadi melotot kesal dan Ia lalu mencubit lengan Amar sambil bersungut - sungut.     

"Kau sangat menyebalkan. Aku mendekatimu bukannya ingin menyerahkan diriku tetap Aku merasa kho malam ini ada suasana lain di rumah ini. Aku tiba - tiba melihat ada kelebatan hitam dipenglihatanku." Kata Zarina sambil menutupkan wajahnya ke bahu Amar seakan - akan ingin sembunyi. Sementara itu Amar terlihat sangat waspada.     

Amar sendiri tidak melihat dan merasakan apapun, Ia memang bukan orang yang bisa memahami hal - hal yang berbau mistis. Zarina mencekal tangan Amar dengan erat, Amar malah cengengesan genit membuat Nora mendelik tidak suka.     

Ketika Nora mengetuk pintu dan pintu dibuka, Alena tampak sedang menggendong Alexa dan menepuk - nepuk pant*tnya. Amar berdiri mundur di belakang Ia menundukkan mukanya dengan penuh sopan. Alena mengerutkan keningnya melihat Amar bersama mereka.     

"Perasaan, Aku tidak memanggil Amar. Ada apakah ?" Kata Alena. Ia belum mendapatkan izin untuk memanggil Zarina apalagi memanggil Amar.     

"Assalamualaikum, Yang Mulia. Hamba hanya ingin bertemu Yang Mulia Pangeran Nizam. Jadi hamba sengaja ke sini?"     

"Kau datang untuk berbicara dengan Yang Mulia Nizam tetapi malah datang dengan Zarina? Memang apa hubunganmu dengan Zarina?" Kata Alena sambil mengerutkan keningnya.     

Amar tersenyum lalu menjawab, "Karena ini ada kaitannya dengan Zarina" Kata Amar.     

Alena membelalakkan matanya yang indah. " Apakah Kau mau melamar Zarina? itu bagus Amar. Aku sangat setuju. Daripada Zarina mencintai suami sahabatku. Ia lebih baik menikah denganmu. Kau jangan khawatir dengan biayanya, Biar Aku yang tanggung semua biayanya. Bila perlu Aku akan menyediakan mas kawinnya" kata Alena dengan semangat. Ini adalah berita yang paling baik yang pernah Ia dengar.      

Alena bukannya tidak tahu gosip tentang Zarina yang tergila - gila dengan Pangeran Thalal. Bastnah sudah laporan berulang kali tetapi Alena tidak bisa berbuat apa - apa karena Nizam sendiri seperti membiarkan Zarina tetap tinggal di sini. Sekarang Ia mendengar Amar akan melamar Zarina. Bukankah ini berita yang sangat baik.     

Amar berseri - seri mendengar kata - kata Alena. Bukan tentang biaya yang akan ditanggung oleh Alena yang membuatnya bahagia tetapi Ia senang karena Alena mendukungnya. Kalau Alena sudah mendukung maka Nizam pasti akan mendukungnya juga.     

Zarina sendiri merah padam mendengar Alena berkata seperti itu. Tetapi kemudian Ia melihat sesuatu. Matanya menatap tajam ke arah Nora yang sedang menatap Alena.      

"Yang Mulia mari sini Alexa saya pegang. Bukankah Yang Mulia akan berbincang - bincang dengan Zarina " Kata Nora sambil mengambil Alexa dari Alena. Alena memberikan Alexa kepada Nora. Nora sangat senang melihat Alexa. Ia lalu menciumnya dengan penuh kasih sayang.     

Nora lalu membawa Alexa ke pojok dan menatapnya seakan merindukannya. Alena tampak kebingungan melihat Nora yang terlihat berlebih - lebihan. Nora memalingkan wajahnya ketika matanya berkaca - kaca dan bahkan Zarina sempat melihat Nora meneteskan air matanya.     

"Apakah Nora sangat menyayangi Putra Yang Mulia? Mengapa dia tampak begitu bersedih. Dan mengapa dia tadi marah - marah kepadaku" Kata Zarina sambil terus menatap Nora dengan pandangan tajam.     

Alena sendiri tampak sedikit kebingungan melihat sikap Nora. Seingat dia Nora memang menyayangi anak - anaknya tetapi tetap saja dalam batas kewajaran. Tapi kali ini raut wajah Nora tampak terlihat sangat sentimentil.     

"Mungkin dia sedang datang bulan jadi sedikit sensitif " Kata Alena sambil mengajak Zarina duduk di kursi. Zarina duduk di kursi di ikuti oleh Amar. Amar sendiri juga menjadi sedikit curiga kepada Nora.      

"Zarina, ini mumpung Yang Mulia masih tidur. Aku ingin berbicara sesuatu denganmu tentang Pangeran Abbash." Kata Alena dengan wajah serius.     

"Pangeran Abbash? Bukankah dia yang mencelakakan Pangeran Thalal?" Tiba - tiba wajah Zarina berubah menjadi berang. Ia sangat membenci Pangeran Abbash karena dia sudah mencelakai pria yang sangat dicintainya.     

"Iya benar. Kau tahu kalau dia menggunakan ilmu mistis untuk melakukan semua keinginannya." Kata Alena.     

"Maksud Yang Mulia?" Zarina bertanya sambil mengerutkan keningnya.     

"Aku tahu kau adalah manusia indigo yang bisa melihat penampakan mahkluk dari dimensi lain. Yang Mulia Pangeran Nizam mengatakan kepadaku untuk tidak pergi kemana - mana karena Ia khawatir Pangeran Abbash akan menyusup kemari" Kata Alena.     

Zarina mengerutkan keningnya dan berkata, " Maksud Yang Mulia apa? Aku tidak mengerti" Kata Zarina tampak kebingungan.     

 "Haduuh.. ternyata kau benar - benar tidak mengerti apa - apa. Kau ini bagaimana ? Coba sekarang Kau pertajam mata batinmu. Coba lihat apakah kau melihat ada yang aneh tidak dengan keadaan di sekitarku? Terus terang Aku tidak ingin bertemu dengan Pangeran Abbash secara langsung tetapi Aku ingin berbicara dengannya tentang segala obsesinya kepadaku.." Kata Alena.      

" Pangeran Abbash sangat mencintai Yang Mulia. Mungkin sama halnya dengan diriku mencintai Pangeran Thalal" Kata Zarina tiba -tiba merasa satu hati dengan Pangeran Abbash.     

"Tapi Kau berbeda dengan pangeran Abbash. Dia tampak tidak rasional dengan memaksakan kehendaknya. Sudah tahu Aku hanya mencintai suamiku. Tetapi kau kan sekarang sudah menyadari kalau cinta tidak bisa dipaksakan dan kau sekarang akan menikah dengan Amar. Aku ingin sekali berbicara dengannya. Maksudku dia sebenarnya ingin apa?"     

"Tentu saja Pangeran Abbash sangat menginginkan Yang Mulia. Dia sudah berbuat kejahatan di mana - mana. Dia membunuh banyak orang. Dia sangat kejam, dan Dia sangat menginginkan yang Mulia" Kata Amar.     

  "Itulah yang Aku tidak suka. Jadi Aku ingin berbicara dengannya walaupun melalui perantara dirimu. Jika nanti dia tidak bisa diajak bicara maka Aku ingin memerangkapkan jiwanya agar dia tidak berbuat kejahatan lagi"          


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.