CINTA SEORANG PANGERAN

Orang Tua Zarina



Orang Tua Zarina

0Alena berdiri meluruskan tubuhnya yang sedari tadi duduk karena menyusui si kembar. Sedangkan Nizam berada di kamar kerjanya dan baru selesai bersantap setelah seharian istirahat dan tertidur. Ia kembali membuka laptopnya dan mulai bekerja setelah hampir seminggu Ia tidak menyentuh pekerjaannya.     
0

Beberapa sahamnya tampak menyentuh level paling bawah yang selama ini tidak pernah terjadi. Walaupun masih di atas indeks yang lain tetapi tetap saja ini mengagetkan Nizam. Ada perusahaan baru yang mendesak mendahului peringkat perusahaannya. Nizam langsung menganalisa laporan keuangannya dan juga mencari tahu perusahaan baru yang langsung meraih ranking teratas.      

Nizam lalu meraih teleponnya dan mulai menelpon Pangeran Thalal. " Assalamualaikum Kakak... " Pangeran Thalal memberikan salam. Ia baru saja menggendong Atha yang sedang sedikit rewel. Cynthia sendiri tampak tertidur kelelahan.      

"Kau atur rapat siang ini. Kumpulkan semua manager eksekutif yang ada di Amerika. Aku merasa ada pergerakan saham di bidang perhotelan yang aneh. " Kata Nizam membuat Pangeran Thalal mengerutkan keningnya.     

"Benarkah?? Bukankah biasanya perusahaan Kakak selalu teratas dan tidak terkalahkan di perhotelan ?" Kata Pangeran Thalal.     

"Itulah sebabnya Aku harus tahu apa yang menjadi penyebabnya karena memang dalam beberapa bulan ini Aku merasa memang ada beberapa hotel baru yang dibangun hasil dari mengakuasisi hotel lain. Orang ini  sepertinya sangat memahami tentang dunia perhotelan" Kata Nizam.      

"Baiklah Kakak. Aku akan atur semuanya. Tetapi dimanakah kita akan rapat. Di hotel atau di sini?" Kata Pangeran Thalal.     

"Di sini saja. Gunakan gedung pertemuan yang ada disamping barat. Jangan gunakan Aula yang ada di dalam rumah karena Aku tidak ingin ada orang asing yang berkeliaran masuk ke dalam rumah. Terlebih Pangeran Abbash bisa saja menyusup ke tubuh salah satu manajer" Kata Nizam     

Nizam kemudian masuk ke dalam kamarnya. Tubuhnya masih penuh dengan alur kemerahan bekas kerokan. Alena duduk di sofa depan sambil menatap televisi yang sedang menayangkan acara gosip. Nizam melihat Alena begitu serius melihat acara itu lalu berkata, "Kau sedang menonton apa? Mana Axel dan Alexa?"     

"Ah..Nizam kau sudah bangun. Axel dan Alexa baru saja tertidur. Coba sini Nizam, kau lihat kalau Puja Dutta dan Anil Kapoor sedang diwawancarai oleh infotainment di Amerika. Mereka adalah orang tua Zarina dan  sedang ada di Amerika. Bahkan mereka menginap di Hotel Barries..." Kata Alena dengan sumringah.     

Nizam mengerutkan keningnya, Apakah mereka datang ke Amerika untuk mengurus pernikahan Zarina dan Amar. Tetapi mengapa mereka harus datang ke Amerika. Seingat Nizam Ia kemarin menyuruh Amar yang datang ke India untuk segera memberikan informasi ke orang tua Zarina. Apalagi Zarina sudah terlalu lama berada di rumahnya.     

"Coba lihat, wajah Puja Dutta sangat cantik bagaikan bidadari, pantas saja Zarinanya terlihat sangat cantik." Kata Alena. Nizam hanya menjawab hmmm...     

"Mengapa kamu hanya menjawab..mmm..hmmm.. menyebalkan" kata Alena sambil cemberut.     

"Aku tidak suka tayangan gosip yang hanya menceritakan urusan orang lain dengan tidak jelas"     

"Tidak jelas bagaimana ? Apa maksudmu ? Coba lihat ayahnya Zarina sedang mengadakan konfrensi pers di hotel Barries.." Kata Alena sambil kembali duduk dengan semangat.     

Nizam yang tadinya tidak perduli tiba - tiba merasa heran dengan nama hotelnya. "Hotel Barries?? " Nizam merasa mengenal nama hotel itu. Bukankah itu adalah hotel yang menggeser hotel miliknya pada indeks harga saham.      

Nizam lalu duduk di samping Alena dan ikut menonton, tetapi kemudian dia adan Alena saling berpandangan ketika mendengar kata - kata Anil Kapoor.     

"... Anakku sudah berbulan - bulan tidak kembali ke rumah sejak menjadi pemasok makanan di pesta yang di adakan Pangeran dari Azura itu. Aku khawatir pangeran itu menyembunyikan anak kami. Anak kami adalah seorang gadis terhormat. Bagaimana bisa dia berada di rumah orang tanpa memberitahukan kami keadaannya.      

Saya menganggap kasus ini adalah kasus penculikan anak gadis orang. Walaupun putri kami sudah dewasa tetapi kami tetap menuntut keadilan hukuman di negara ini. Tolong kembalikan anak kami kepada kami dan berikan hukuman setimpal kepada pangeran itu karena sudah menyembunyikan anak kami" Ayah Zarina tampak berbicara berapi - api. sedangkan ibunya hanya menangis terisak - isak di sisinya.     

Nizam langsung berdiri dengan berang mendengar ucapan ayahnya Zarina yang jelas - jelas sudah menuduhnya. Alena ikut berdiri lalu mengusap punggung suaminya. "Nizam.. tolong bersabar. Dia tidak mengerti permasalahannya seperti apa. Kau baru sembuh Nizam. Tolong jangan emosi" Alena memeluk Nizam dan mengusap kepalanya dengan lembut.     

"Ini tuduhan keji Alena. Dan ini adalah tuduhan yang sangat serius. Aku sedikitpun tidak pernah memaksa Zarina tinggal di sini. Dia yang memaksa dan Aku mengizinkannya. Aku terlalu bodoh tidak meperhitungkan resikonya karena waktu itu sedang khawatir dengan keselamatan adikku. " Nizam mengepal, mukanya merah padam.     

"Nizam...sayang.. honey.. Aku akan panggilkan Jonathan untuk konsultasi. Kau sebaiknya duduk dulu. Pelayan.. pelayan.. ambilkan Aku segelas air putih untuk Yang Mulia" Kata Alena.      

Seorang pelayan bergegas mengambilkan air minum dan Alena segera meminumkannya kepada Nizam.      

"Aku berjanji semua akan baik - baik saja. Kau jangan banyak pikiran. Kau baru saja sembuh.. Aku sudah bersusah payah menyembuhkanmu. Jangan sampai Aku mencambukmu lagi menggunakan mata uang koin" Kata Alena sambil menyeret suaminya untuk duduk di atas ranjang.     

"Berbaringlah.. Aku tahu kau sudah bekerja di depan lapton lebih dari tiga jam. Dan itu  membuatmu letih serta emosi yang tidak stabil. Ayolah berbaring dulu " Kata Alena sambil kemudian membaringkan Nizam untuk berbaring. Nizam menurut, kepalanya langsung pusing. Ia baru saja sembuh dari sakitnya. Ia baru melihat pergerakan indeks saham perusahaannya yang tidak terlalu bagus sekarang Ia malah mendengar orang tua Zarina menuduhnya menyembunyikan anaknya. Bagaimana kepalanya tidak pusing.     

"Ini ada suatu  konspirasi Alena.. ini konspirasi yang sengaja di buat oleh seseorang untuk menekanku" Kata Nizam dengan kesal.     

"Aku tahu... aku tahu.. Kau adalah calon raja. Tentu kau banyak musuhnya.." Kata Alena sambil mengangguk - nganggukan kepalanya berusaha meyakinkan Nizam bahwa Ia memahami perkataan Nizam.     

"Aku tidak perduli kalau mereka mencoba menekanku untuk merebut kekuasaan. Tetapi Aku tidak akan tahan kalau mereka menekanku untuk merebutmu dari tanganku" Nizam sudah mulai lagi dengan sikap posesifnya.     

"Mengapa otakmu itu hanya berputar - putar pada masalah itu. Kau sangat menyebalkan. Apakah kau mengira Pangeran Abbash berbuat ulah lagi" Kata Alena sambil menjentik kening Nizam dengan jarinya. Nizam cemberut tapi kemudian berkata,     

"Apakah Kau berharap bertemu dengan Pangeran Abbash sehingga dalam pikiranmu juga hanya ada Pangeran Abbash" Kata Nizam benar - benar tambah cemberut lagi. Bibirnya maju beberapa cm membuat Alena jadi gemas.     

"Lantas siapa lagi? Bukankah saat ini yang sedang jatuh cinta kepadaku adalah Pangeran Abbash. Apakah dia menggunakan ilmu aneh lagi dan menyusup ke tubuh orang tua Zarina" Kata Alena sambil tertawa kecil. Sebenarnya Ia suka melihat Nizam cemburu asalkan jangan sampai lepas kendali. Cemburu itu seperti api. Kecil jadi kawan besar jadi lawan.     

Seorang suami wajib hukumnya memiliki cemburu kepada istrinya. Karena surga diharamkan bagi para suami yang tidak memiliki cemburu ketika istrinya menarik perhatian pria lain bahkan berbuat serong dengan mereka. Tetapi cemburu juga ada aturannya. Jika sampai cemburu membabi buta tanpa ada alasan dan saksi yang adil maka itu juga terlarang. Nizam kemudian menggelengkan kepalanya. Ia memegang tangan Alena dan mengeluskan ke pipinya.     

"Setelah terakhir kali Ia menyusup ke rumah kita. Dan kau membuatnya cemburu menurut analisaku tentang sifatnya yang berlebih - lebihan. Untuk sementara ini, Dia tidak akan pernah menggunakan ilmu menyusupnya lagi. Ia pasti trauma sampai waktu yang cukup lama" Kata Nizam sambil tersenyum. Mengingat kejadian waktu Pangeran Abbash menyusup ke tubuh Nora dan dia langsung kabur begitu melihat Alena menciumnya.     

"Mengapa kau menganggapnya seperti itu. Bukankah Kau juga tidak terlalu mengenalnya? Tahu darimana kalau dia berlebih - lebihan?" Kata Alena menjadi penasaran     

"Mana ada seseorang yang mencintai istri orang lain lalu memperingatkan suaminya untuk tidak mencelakai anak dari suami istri tersebut. Padahal dia tahu kalau suami si wanita itu pasti sangat mencintai anaknya." Kata Nizam sambil tersenyum.     

"Oh..ya..ya benar. Dia bahkan begitu menyukai Alexa dan Alexa tampak nyaman berada dalam gendongannya. Itu yang membuat Aku heran. Kaukan tahu Alexa sedikit sensitif.  Ia hanya mau digendong oleh orang - orang yang dekat dan menurutnya aman. Ia tidak pernah mau digendong Nora tetapi ketika roh Pangeran Abbash menyusup dia malah tampak nyaman didalam gendongannya" Alena berkata sambil mengerutkan keningnya. Mendengar kata - kata Alena, Nizam menjadi semakin pusing.     

"Alena perkataanmu itu malah membuatku menjadi tambah pusing.." Kata Nizam sambil mengurut - urut keningnya dengan kedua jarinya. Bukankah dari awal Nizam juga heran dengan tingkah Alexa yang tampak nyaman dalam pelukan Pangeran Abbash.      

Alexa adalah bayi yang membuat Lila terbangun dari komanya. Ia membangunkan Lila dengan tangis kelahirannya dan mengikat hubungan batin dengan bayi Lila. Alexa seperti memiliki kekuatan spiritual yang berbeda dengan yang lain. Ia tahu mana orang - orang yang memiliki ikatan batin dengannya. Sehingga Alexa juga sangat nyaman digendong Lila. Jika memang Alexa nyaman digendong oleh Pangeran Abbash apakah Alexa juga berpikir kalau Ia dan Pangeran Abbash akan memiliki ikatan batin.      

Mengingat hal ini, kepala Nizam tampak semakin berdenyut - denyut pusing. "Berikan Aku obat sakit kepala" Kata Nizam sambil tambah keras memijat keningnya sendiri. Alena langsung mengambil obat itu dari kotak obat dan meminumkannya kepada Nizam.     

"Aku tidur dulu Alena. Aku harus menenangkan dulu pikiranku agar bisa berpikir jernih" Kata Nizam sambil memejamkan matanya dan mulai tertidur akibat efek dari obat sakit kepalanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.