CINTA SEORANG PANGERAN

Aku Tidak Mau Memakai Pakaian Wanita



Aku Tidak Mau Memakai Pakaian Wanita

0Suasana pagi hari di kediaman Nizam tampak lain daripada biasanya. Suasana yang biasanya masih hening kalaupun ada yang terdengar kemungkinan itu tangisan suara Axel, alexa atau Atha. Tapi sekarang semua orang tampak sibuk hilir mudik ke sana ke mari. Di setiap sudut rumah tampak para pelayan yang sedang merias rumah ditambah dengan bantuan para penjaga. Semua tampak dikerahkan untuk menyambut acara dadakan.      
0

Bunga - bunga warna kuning, putih dan merah tampak indah saling melengkapi dan mencerahkan satu sama lain. Taplak meja, gorden dan kain - kain dekorasi yang menunjukkan ciri khas India sudah terlihat memanjakan mata mulai dari para tamu masuk sampai di aula tempat jamuan makan.     

Dari depan pekarangan sampai pintu depan tampak dihiasi atap bunga. Di setiap pintu masuk juga diberi hiasan bunga. Para pelayan wanita mendadak mengenakan kain sari tertutup, satu warna lengkap dengan hiasan rambut, kalung dan anting - anting.  Para pelayan laki - laki mengenakan pakaian adat tradisional India juga  lengkap dengan penutup kepalanya.     

Di kamar Arani dan Jonathan tampak berdiri lima orang pelayan dan dua orang penata rias yang akan mendandani Arani dan Jonathan. Arani  duduk di atas tempat tidur mengenakan kimono kamar dengan wajah prustasi. Mukanya yang cantik tampak muram dengan mata gelap. Dia hanya melihat dari balik tirai ke arah para pelayan yang sibuk membantu suaminya mengenakan pakaian India di ruangan yang biasa digunakan untuk menerima tamu.     

"Aku paling tidak suka mengenakan gaun, sari atau pakaian wanita lainnya" Kata Arani ketika Jonathan memintanya segera berganti pakaian. Arani yang terbiasa mengenakan stelan celana dan blazer semi jas menolak memakian kain sari yang disediakan Alena. Apalagi warna pakaian itu sangat cerah. Warna oranye terang. Bukakah selama ini Arani hanya mengenakan pakaian  warna gelap seperti hitam atau biru tua. Bukan tanpa alasan. Posisinya sebagai asisten Nizam, Arani harus tampil resmi dan tidak mencolok perhatian. Ibarat sebuah bayangan mana ada bayangan berwarna-warni. Ia juga mengenakan celana panjang agar bebas bergerak ketika harus berkelahi atau mengejar sesuatu.     

Sebelum menjadi asisten, Arani merupakan pelayan di kediaman Nizam yang selalu  mengenakan gaun. tapi itu sudah berlalu sejak lama. Karena sejak menjadi asisten tampilannya berubah total mulai dari menyingkirkan semua gaun sampai memotong habis rambutnya menjadi model cepak tetapi tetap feminin.     

Jonathan sendiri tidak keberatan Arani hendak mengenakan pakaian apapun. Ia bukan tipe pria yang suka mengatur - ngatur apa yang harus dilakukan istrinya dan apa yang tidak boleh dilakukan. Sebagai pria modern Ia terbiasa memandang wanita sebagai sosok yang sama kedudukannya dengan dirinya. Ia juga sebenarnya bukan pria yang suka dilayani. Tetapi memang akhir-akhir ini karena kondisi badannya sedang tidak fit akibat hukuman dari Arani kemarin maka Ia sedikit dimanjakan Arani. Mulai dari memijat, menyediakan makanan bahkan terkadang sampai memandikan.     

Jonthan yang tengah berpakaian India dibantu pelayan tampak melirik ke arah istrinya yang masih tidak mau berpakaian India.     

"Mengapa Kau terlalu berlebihan - lebihan. Ayolah honey...ini cuma pakaian India. Bukannya lingerie." Kata Jonathan sambil membawakan pakaian Arani yang serasi dengan pakaiannya. Arani menggelengkan kepalanya.     

" Aku terlihat seperti perempuan.." Kata Arani sambil manyun. Seumur - umur mengenal istrinya baru kali ini Ia melihat istrinya tidak rasional. Dan kelihatan kekanak - kanakan.     

"Lha.. memang Kamu ini perempuan. Masa iya laki - laki. Akukan laki - laki. Istriku pasti perempuan." Kata Jonathan sambil menahan tawa. Arani menjadi semakin merajuk mendengar Jonathan yang akhirnya tertawa lepas.     

"Tapi Aku bukan perempuan biasa.." Kata Arani lagi masih tetap cemberut.     

'Kata siapa kau perempuan biasa. Kau adalah perempuan luar biasa. Istri dari pemain basket terkenal sedunia. Jonathan..." Kata Jonathan sambil memeluk istrinya.     

" Aku takut ditertawakan Amar dan anak buahku" kata Arani lagi.     

"Jangan Khawatir, istriku. Suamimu ini siap menghajar siapapun yang berani mentertawakanmu. bahkan Nizam sekalipun.. kalau dia berani tertawa maka akan kurontokkan giginya"     

" Masa seperti itu.. tadi malam siapa yang turun dari ranjang sampai merangkak?" Kata Arani tiba - tiba menahan senyum. Wajah Jonathan langsung memerah. Ia mendelik kepada Arani dengan bibir mengerucut.     

"Itu karena Kau saja yang tidak pernah puas..." Kata Jonathan sambil kemudian menarik tali kimono  istrinya sampai lepas. Arani terpekik ketika bra-nya langsung terekpos. Untungnya para pelayan memang ada di ruangan depan. Ada sekat dan tirai  yang memisahkan antara tempat tidur dan ruangan depan tempat menerima tamu. Bahkan ruangan itu terhalang ruangan kerja Arani dan Jonathan.     

"Kamu apa - apaan sih, pake maksa - maksa segala" Kata Arani sambil menarik kembali kimononya agar menutupi tubuhnya lagi. Tapi Jonathan malah mendorong tubuh Arani sampai terlentang di ranjang dan menarik kembali kimononya bahkan sekarang hingga terlepas menyisakan tubuh Arani dalam balutan pakaian dalam berwarna biru gelap.     

Jonathan sesaat terpaku melihat keindahan di depan matanya. Matanya melotot tidak berkedip. Mengapa tubuh istrinya begitu indah seakan tidak ada sedikitpun lemak yang menempel diperutnya. lemak itu hanya ada pada dada dan pinggulnya.      

"Kau mau apa? Kau mau apa? jangan lupa semalam kau sudah berteriak minta ampun" kata Arani sambil menggulingkan tubuhnya kepinggir menghindari tangan Jonathan yang terhulur ke arah dadanya.     

"Aku tidak akan ngapa - ngapain "kata Jonathan sambil menarik kaki Arani yang sebelah. Kaki kekar itu langsung tertarik ke arah tubuh Jonathan bahkan membuat tubuh Arani ikut terseret mendekat lagi. Arani meronta kecil seakan tidak suka kakinya diseret. Tapi mana mungkin tidak suka kalau Arani terlihat seperti tidak berdaya di tarik oleh suaminya.     

Masa iya tenaga kuda Arani tidak mempan melawan suaminya. Kalau Arani tidak suka Ia bisa saja menendang Jonathan menghantam tembok sampai semaput. Tetapi Arani meronta sambil membiarkan tubuhnya ditarik melalui kakinya.      

Jonathan sendiri malah terlihat seperti seorang pemburu perkasa yang sudah menembak mati seekor beruang lalu menyeret bangkainya dengan bebas. Setelah Arani terseret ke depan tubuhnya tangan Jonathan menjadi liar tidak terkendali. Semua bagian tubuh Arani dipegangnya sesuka hati seperti seorang koki yang meremas - remas adonan roti di hadapannya.      

" Pelayan !! Kalian keluar dulu sebentar, nanti Aku panggil" Arani berteriak kepada para pelayan. Para pelayan langsung berjalan mundur tanpa suara setelah menyimpan semua pakaian dan perhiasan di tangannya di atas meja. Mereka tidak berani bersuara sepatah katapun bahkan untuk saling melirik dan mengguman.     

Sekarang ini tidak ada yang paling ditakuti oleh para pelayan dan penjaga dikediaman Nizam selain Arani. Arani sangat tegas dan galak dalam mendisiplinkan orang - orang disekeliling Nizam. Termasuk asisten Nizam yang baru Nayla. Sudah berulang kali Nayla terkena teguran karena Arani menganggap Nayla kurang cekatan menjadi asisten Nizam. Kalau pelayan setingkat Nayla saja sudah kena omelan. Apa kabarnya dengan pelayan tingkat bawah seperti mereka.      

Tidak terkena tendangan atau pukulan saja karena kesalahan yang terkadang mereka buat tidak sengaja sudah beruntung. Arani benar - benar sangat menakutkan kalau sedang mendidik anak buahnya. Sesampai diluar kamar  baru mereka menarik nafas lega. Tetapi tetap saja tidak ada satupun mereka yang bersuara. Semua terdiam menunggu dipanggil kembali ke dalam     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.