CINTA SEORANG PANGERAN

Perbincangan Hangat



Perbincangan Hangat

0"Hamba sungguh terkejut dengan penyambutan yang diluar dugaan ini. Yang Mulia semua begitu menghargai budaya kami. Padahal Kami bukanlah siapa-siapa Anda." Kata ibunya Zarina dengan mata berkaca-kaca.     
0

Nizam berusaha menguasai jalannya pembicaraan walaupun hatinya sudah terasa panas karena Pangeran Abbash tidak dapat menahan pandangan matanya ke wajah Alena yang saat ini memang sedang tampil begitu cantik.     

Mata Pangeran Abbash sungguh tidak terkendali. Ia tidak dapat menahan pandangan matanya. Di depan Nizam suaminya terus saja menatap Alena. Yang menyebalkan, Alena sendiri malah curi - curi pandang. Kalau pas pandangan mata mereka bertemu Alena langsung tersenyum dikulum.      

Mendengar perkataan dari Ibunya Zarina, Nizam lalu berkata sambil memeluk bahu Alena dan menjawil pipinya. "Istriku yang cantik ini begitu mengagumi anak Anda. Katanya Anak Anda begitu cantik jelita persis seperti ibunya.." Belum selesai Nizam berkata, Alena menoleh dengan keheranan, "Kapan Aku....akh.. aduuh.. " Nizam mencubit pinggang Alena. Alena langsung paham sambil meringis Ia berkata,     

"Oh... Ya benar.. Aku sangat memuja Zarina. Dia bagaikan Dewi Saraswati yang turun ke bumi..." Alena menganggukan kepalanya.     

"Dewi Saraswati?? Siapa dia?" Nizam menoleh ke arah Alena. Ia yang sekarang kebingungan.     

"Dewinya orang India. Dewi pengetahuan yang sangat dipuja" Kata Cynthia dari belakang.     

Ibunya Zarina langsung menatap ke arah Cynthia.     

"Maaf..Anda siapa?" Kata Ibunya Zarina yang keheranan ada orang bule bisa tau tentang India.      

"Saya Chyntia Istrinya Pangeran Thalal, adik yang Mulia Pangeran Nizam" kata Cynthia sambil membungkukkan badannya memberikan hormat.     

Ibunya Cynthia kontan menatap Pangeran Abbash. Bukannya kemarin dia bilang kalau Cynthia menindas Zarina. Tetapi mengapa terlihat sangat ramah. Yang ditatap malah tidak perduli Ia malah asyik saling berpandangan dengan Alena.      

Tapi Ibunya Zarina juga bukannya tidak tahu etika. Ia sendiri masih mempelajari situasi dan kondisi. Jadi Ia juga tidak mau gegabah. Sungguh sangat tidak sopan kalau tiba-tiba mempertanyakan penjelasan Pangeran Abbash kemarin di depan semua orang. Apalagi Pangeran Abbash juga seorang pangeran.     

"Mmmm.. baiklah Nyonya dan Tuan Kapoor. Bagaimana kalau sekarang kita saling memperkenalkan diri. Agar kita dapat saling berbincang dengan leluasa." Kata Nizam sambil kali ini matanya mendelik sedikit kepada Pangeran Abbash. Pangeran Abbash sendiri kebetulan sedang melirik juga ke arahnya. Dua pasang mata dengan penuh saling kebencian saling bersiborok.      

Pangeran Abbash malah tersenyum sambil mengangkat alisnya dengan lucu. Ia menggerakkan kepalanya sedikit seakan melecehkan Nizam. Nizam menggertakkan giginya. Dalam hatinya Ia sangat mengakui ketampanan Pangeran Abbash.     

Selama ini Nizam lupa-lupa ingat wajah sebenarnya dari Pangeran Abbash. Ia sering melakukan penyamaran atau memang Ia merias wajah aslinya agar tidak dikenali oleh orang-orang. Atau Ia mengubah ketampanannya sedikit agar tidak terlalu mencolok. Pangeran Barry dari kerajaan Zamron lebih terkenal dari adiknya ini. Bahkan Pangeran lainnya juga ada yang terkenal. Ciri khas dari para pangeran dan putri kerajaan Zamron adalah berkulit sangat putih bagaikan pualam.     

Konon katanya mereka memang memiliki darah Cina sehingga berkulit dan bermata sedikit sipit seperti orang Cina. Tetapi karena pernikahan dengan orang-orang ras Arab menjadikan wajah mereka menjadi perpaduan yang unik. Tubuh mereka langsing-langsing tetapi tinggi. Berambut hitam dan tidak ada yang berwarna seperti para pangeran dan putri kerajaan Azura.      

Dari semua Pangeran yang paling tampan dan misterius adalah pengeram Abbash. Putra bungsu dari Ratu Ariel. Saking misteriusnya jarang ada yang pernah bertemu dengannya. Termasuk Nizam sendiri. Tetapi kali ini Nizam sangat yakin kalau Pangeran Abbash tidak mengenakan riasan apapun untuk menyembunyikan ketampanannya.     

Ia tampil apa adanya untuk pamer ketampanan kepada Alena. Ya Tuhan...  Ini sangat memuakkan. Tetapi mengapa Alena tampak menyukainya. Ia malah curi - curi pandang terus. Apa dikiranya Nizam tidak mengetahui tingkahnya. Tidak biasanya Alena bertingkah tidak tahu malu seperti ini. Dimatanya yang indah biasanya hanya ada Nizam. Tetapi mengapa kali ini Nizam seakan tidak ada artinya lagi.      

"Baiklah Yang Mulia, Hamba akan memperkenalkan rombongan hamba dulu. Saya sendiri adalah Anil Kapoor Ayahnya Zarina, dan Ini Puja Duta Ibunya Zarina. Dibelakang kami Pangeran Abbash tunangan Zarina. Dan yang dibelakang adalah tiga orang pengacara kami. Tuan Manoj asisten saya. Nona Devi asisten istri saya dan lima orang pengawal dari kerajaan Zamron." Kata Ayahnya Zarina memperkenalkan rombongannya.      

Muka Amar tampak sedikit pucat ketika Pangeran Abbash diperkenalkan sebagai tunangannya. Bagaimana bisa Ia bersaing dengan makhluk setampan itu. Belum apa-apa Ia sudah minder duluan. Di Azura yang paling tampan itu adalah Pangeran Thalal. Tapi Pangeran Thalal dibandingkan dengan Pangeran Abbash seperti tidak ada apa-apa nya. Apalagi dibandingkan dengan dirinya.     

Arani melirik ke arah temannya yang tampak gelisah. Ia langsung mengerti betapa sulitnya perasaan Amar. Dari kemarin Ia merasa penuh percaya diri ketika berbicara tentang semangatnya untuk bisa mengalihkan rasa cinta Zarina kepada Pangeran Thalal menjadi mencintainya. Tapi sekarang kelihatannya rasa percaya dirinya hilang musnah bagaikan debu tertiup angin.     

Nizam menganggukan kepalanya ketika mereka semua memberikan hormat kepada Nizam. Termasuk Pangeran Abbash. Mata Pangeran Abbash bergerak lucu dan tetap tersenyum. Ia sungguh menawan. Ia seperti bukan manusia saja.     

"Baiklah, sungguh rombongan yang mengesankan. Apalagi ada tiga pengacara yang Anda bawa. Agaknya pertemuan kali ini akan sangat menyenangkan" Kata Nizam sambil tersenyum membuat orang tua Zarina menjadi sedikit malu. Mereka tadinya berniat menyerang tapi sambutan tuan rumah begitu diluar dugaan sehingga membuat mereka akhirnya jadi tersipu-sipu malu.     

Ibarat sebuah perumpamaan. Mereka datang dengan senjata lengkap dan siap dihunus tetapi yang diserang malah mengadakan pesta penyambutan yang meriah. Membuat mereka jadi ingin menyarungkan senjata kembali. Ide Alena memang luar biasa cemerlang.     

"Maafkan Kami yang Mulia. Kami tadinya mengira yang tidak-tidak kepada Anda. Walaupun kami belum bertemu dengan Zarina sendiri entah mengapa melihat budaya sendiri begitu dihargai di tempat orang rasanya begitu sejuk." Ibunya Zarina terdengar sangat malu. Tapi kemudian Nizam berkata,     

Tidak ada apa-apa. Bukankah niat tidak akan terkena perhitungan kalau belum dilakukan. Lagi pula kami melakukan ini semua karena penghargaan kami kepada Zarina yang begitu besar. Baiklah Aku akan memperkenalkan siapa saja yang ada ruangan ini. Saya sendiri adalah Nizam Al- Walid. Dan ini istri saya Alena. Di samping kanan saya adalah Pangeran Thalal Al-Walid dan Istrinya Cynthia. Disamping kiri saya adalah Jonathan pengacara saya dan istri Arani. Disebelahnya lagi adalah Jendral kepercayaan Saya Amar" Kata Nizam.     

Mata Ibunya Zarina mengamati satu persatu orang - orang yang disebutkan oleh Nizam. Ketika Nizam menyebutkan Pangeran Thalal dan Cynthia. Mata Ibunya Zarina langsung menatap penuh selidik. Tetapi wajah Pangeran Thalal yang begitu manis serta wajah Cynthia yang sangat ramah membuat kebencian Ibunya Zarina semakin luntur. Ia tidak percaya kalau pasangan di depannya ini mampu menindas anaknya.     

Kali ini acting Cynthia sungguh mengena dengan memasang wajah ramah karena pada dasarnya walaupun Cynthia sangat baik hati tetapi wajah Cynthia itu judes dan kalau berkata terkadang perkataannya setajam silet.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.