CINTA SEORANG PANGERAN

Ketika Nizam Menantang Pangeran Abbash



Ketika Nizam Menantang Pangeran Abbash

0Alena yang sudah lega karena Amar dan Zarina akan menikah Ia merasa sudah tidak perlu lagi bersikap manis kepada Pangeran Abbash. Senyum lucu Alena tertutup sudah. Ia lalu melirik ke arah suaminya dengan tajam. " Tentu saja Pangeran Abbash bersedia melawan yang Mulia. Tidak mungkin seorang pangeran dari kerajaan terbesar kedua di gurun Sahara mundur dari suatu tantangan" Kata Alena memanasi Pangeran Abbash.     
0

Wajah Pangeran Abbash berubah warna, Ia tahu kalau Alena sudah selesai bersandiwara dengannya. Ia bukanlah pangeran bodoh yang mudah ditipu oleh seseorang. Bertahun - tahun Ia kepanjangan tangan kakaknya dalam membinasakan musuh - musuh kakaknya membuat Ia selalu waspada. Ia juga bukan tipe yang mudah disuruh - suruh tanpa ada permainan kesenangan untuknya sendiri.      

Ketika Alena sedari tadi bermain mata dengannya, Pangeran Abbash tahu Alena sedang memikatnya agar Ia melepaskan Zarina untuk Amar. Alena tidak mau Pangeran Abbash menikahi Zarina. Ibarat harimau yang dijerat pemburu. Harimau itu tahu kalau di depannya ada perangkap tetapi harimaunya terlanjur jatuh cinta kepada si pemburu sehingga dengan penuh sukarela Ia masuk ke dalam perangkap yang dipasang pemburu walaupun taruhannya Ia harus kehilangan nyawanya.     

Sekarang Alena begitu manisnya memanas - manasi dia agar menerima tantangan Nizam, Ia bukan orang tolol yang tidak tahu trik murahan seperti itu. Tetapi hanya untuk menyenangkan Alena, Pangeran Abbash tidak akan pernah menolak apapun keinginan pujaan hatinya. Walaupun Pangeran Abbash akan babak belur di hajar Nizam. Pangeran Abbash tahu sekali kalau Ilmu bela diri Nizam sangat tinggi. Kakaknya saja selalu kalah melawan Pangeran Abbash.     

Agaknya Ia juga tidak akan jauh beda dengan kakaknya. Bukankah sewaktu di Korea, Ia kalah total melawan Amar apalagi kalau melawan majikannya. Berita yang Ia dengar adalah Nizam adalah petarung yang tidak pernah terkalahkan oleh siapapun. Ia bisa menangkap peluru dengan tangannya dan bisa membunuh beberapa orang dengan sekali pukulan.     

"Apa Kalian berencana ingin membunuhku disini sekarang juga? " kata Pangeran Abbash sambil mengedipkan matanya kepada Alena. Tetapi tidak ada lagi permainan mata dari Alena. Alena malah mencibirkan bibirnya.     

"Mengapa ? Apa kau takut mati ? kalau kau takut mati, jangan coba - coba mengusik milik seekor harimau Azura yang perkasa ini " Kata Alena sambil mengelus punggung suaminya. Muka Nizam kembali  memerah tetapi sekarang bukan memerah kelam karena amarah, tetapi muka  Nizam sekaran memerah merona karena bahagia.     

Nizam berpaling kepada istrinya dan menjawab dengan hati berbunga - bunga, " Terima kasih, Sayang" Balas Nizam sambil memegang pipi Alena yang lembut. Hilang sudah amarahnya dan Pangeran Thalalpun melepaskan tangannya dari pundak kakaknya. Cynthia dan yang lainnya kecuali keluarga Zarina beserta rombongannya langsung menarik nafas panjang yang lega.     

Sedari tadi mereka sudah khawatir kalau Nizam kembali murka dan menganiaya Alena karena cemburu tetapi sekarang agaknya Nizam sudah bisa mengendalikan emosinya dan Alena menjadi semakin pintar. Tindakan Alena kali ini mudah - mudahan dapat mengembalikan kepercayaan Nizam kepada Alena dan memperkuat cinta di antara mereka sehingga mereka tidak harus saling mengumbar amarah karena rasa cemburu yang terlalu berlebihan.     

Muka Pangeran Abbash yang sekarang berubah menjadi memerah kelam. Matanya menyipit dengan mengarahkan tatapan yang sangat tajam. Ia merasa dadanya terasa sangat panas. Pangeran Abbash seperti menelan bara api yang sangat banyak. Tangannya gemetar karena marah melihat kemesraan yang ditampilkan Alena. Mengapa cinta begitu menyakitkan. Dengan perasaan yang pahit karena patih hati, Pangeran Abbash berkata perlahan     

"Baiklah Yang mulia Putri Alena, Apapun yang membuatmu senang akan aku lakukan. Jangan kata hanya kau suruh melawan suamimu. Walaupun Kau menyuruhku terjun ke dalam lautan api akan kuturuti. Kebahagianmu adalah kewajiban bagiku. Dan penderitaanku adalah hak untukmu." kata Pangeran Abbash semakin membuat Nizam menjadi gerah.     

"Kau!! Tutup mulutmu itu, dan segera kita pergi ke arena pertarungan. Aku sungguh sangat gatal ingin memberimu pelajaran. Pelajaran bagaimana cara menghormati istri orang." Kata Nizam dengan murka.     

Orang tuanya Zarina benar - benar kebingungan sehingga kemudian Ayahnya Zarina berkata hati - hati. Di tempat ini Ia adalah orang yang paling tua. usianya sudah hampir lima puluh tahun dan yang ada dihadapan mereka adalah orang - orang yang usianya di bawah tiga puluh tahun dimana mereka baru memasuki tahap dewasa setelah menghabiskan masa remaja. Jadi sebagai orang yang paling tua, Ia harus meluruskan situasi yang terjadi di depan matanya.      

"Sebentar Yang Mulia Pangeran Nizam dan pangeran Abbash. Sesungguh saya pribadi tidak memahami permasalahan yang terjadi diantara Yang Mulia. Tetapi perbincangan ini agaknya sudah mulai menjurus ke dalam sesuatu hal yang kurang menyenangkan. Hari ini anak kami telah di lamar oleh  Tuan Amar. Jika kemudian hari yang baik ini di akhiri dengan saling bertamu dan pamer ilmu bela diri agaknya ini akan menjadi pertanda yang kurang baik bagi putri kami" kata Ayahnya Zarina dengan hati - hati.     

Nizam langsung menyadari kesalahannya tetapi bukan Nizam kalau tidak berkelit dan tetap melanjutkan niatnya untuk menghajar Pangeran Abbash. Ia lalu berjalan mendekati Pangeran Abbash. Pangeran Abbash bersiaga dengan mengeraskan seluruh tubuhnya. Ia sendiri sebenarnya bisa saja membunuh Nizam menggunakan jarum beracunnya tetapi itu adalah perbuatan curang. Ia bisa berbuat curang dimana saja dan kapan saja dan terhadap siapa saja tapi tidak di depan wanita yang sangat Ia cintai terlebih terhadap suaminya. Ia tidak ingin melakukan sesuatu yang membuat Alena membencinya seumur hidup.     

Pangeran Abbash menginginkan Alena membalas cintanya dengan penuh kerelaan hati. Ia ingin cinta Alena dan bukan tubuh Alena. Kalau Ia hanya menginginkan tubuh Alena buat apa dia berlelah - lelah mengejar Alena bahkan dengan taruhan nyawa. Ia bisa mendapatkan wanita mana saja yang Ia inginkan dan bisa menyentuhnya sesuai keinginannya. Tetapi Ia tidak menginginkan itu semua. Pangeran Abbash tidak menginginkan tubuh Alena saja. Ia juga menginginkan cinta Alena. Dan untuk itu Ia tidak ingin melakukan hal yang konyol di depan Alena.     

Ketika Nizam menghampirinya, pangeran Abbash terdiam membuka dengan wajah kaku. Nizam memegang bahunya dan berkata, " Tuan dan Nyonya Kapoor, Pangeran Abbash adalah Pangeran dari kerajaan Zamron tetangga dari kerajaan Azura dan Kerajaan Zamron adalah kerajaan aliansi di bawah wewenang kerajaan Azura. Di kalangan kerajaan - kerajaan di gurun Sahara kami sering  mengadakan acara unjuk kebolehan ilmu beladiri seperti sekumpulan atlit karate yang memperebutkan mendali emas.     

Setiap tahun kami mengadakan adu ketangkasan antar Pangeran. Pertandingan yang diselenggaran sangat banyak dan salah satunya adu ilmu beladiri. Jadi tidak usah khawatir karena ini hanya pertandingan persahabatan dan Anda berdua akan sangat menikmati jalannya pertandingan. Bukankah demikian Pangeran Abbash" kata Nizam menekankan tenaganya ke bahu pangeran Abbash.     

Pangeran Abbash tampak berkeringat karena saluran tenaga dalam melalui tangannya langsung menyakiti tubuhnya. Pangeran Abbash lalu menyalurkan tenaga dalammnya melawan tenaga yang dikeluarkan Nizam. Hingga kemudian pangeran Abbash langsung terbatuk menahan sakit pada dadanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.