CINTA SEORANG PANGERAN

Playboy Sandal Jepit



Playboy Sandal Jepit

0Pangeran Abbash langsung menganggukan kepalanya berkali - kali sambil terbatuk kecil. "Iya benar, apa yang dikatakan oleh Yang Mulia Pangeran Nizam adalah benar. Kami biasa berlatih untuk unjuk kebolehan dalam ilmu bela diri yang biasanya diselenggarakan tiap tahun. Tidak apa - apa Tuan dan Nyonya Kapoor. Anda berdua akan melihat adat dan budaya negera kami dalam menyambut kedatangan tamu " Kata Pangeran Abbash sambil menyingkirkan tangan Nizam secara halus dari pundaknya.     
0

Tetapi orang tua Zarina bukanlah orang bodoh. Mereka tetap terlihat diliputi ketegangan. Bagi sebagian orang yang tidak terbiasa menyaksikan pertandingan olahraga beladiri memang membuat tidak nyaman. Karena memang tidak semua orang menyukai olahraga beladiri.     

Arani kemudian maju ke depan dan berkata setelah memberikan hormat kepada Nizam. "Yang Mulia izinkan hamba untuk memberikan usulan." Kata Arani sambil membungkukkan badannya.     

Nizam menoleh ke arah Arani dan berkata memberikan izin kepadanya untuk berbicara.     

"Bicaralah" kata Nizam.     

"Terima Kasih Yang Mulia. Begini Yang Mulia, sebaiknya orang tua Zarina tidak usah menyaksikan pertandingan olahraga beladiri yang akan kita selenggarakan. Mereka sebaiknya mempersiapkan pesta pernikahan Jendral Amar dan Nona Zarina. Yang hamba harap dapat diselenggarakan malam ini juga" kata Arani mengejutkan semua pihak.     

Tetapi kemudian Cynthia dapat langsung memahami maksud dan tujuan dari pemikiran Arani sehingga Ia lalu berkata,     

" Aku setuju dengan perkataan Arani. Sebaiknya pernikahan antara Zarina dan Amar dilaksanakan malam ini juga. Bukankah suasananya sudah sangat mendukung. Bukankah kedua orangtua Zarina sudah ada dan memberikan restu." Kata Cynthia.      

Cynthia memahami kekhawatiran dari Arani kalau seandainya pernikahan tidak dilakukan secepat mungkin. Maka ada kemungkinan kalau orang tua Zarina nanti akan berubah arah karena bujukan dari pangeran Barry. Pangeran Barry tidak akan tinggal diam melihat Zarina yang berilmu kebatinan itu menjadi milik kubu Nizam. Makanya pernikahan harus segera diselenggarakan secepat mungkin.     

Orang tua Zarina tampak mengerutkan keningnya dan kurang menyetujui usulan dari Arani dan Cynthia.      

"Tetapi suatu pernikahan itu harus terjadi pada hari dan tanggal yang baik. Kalau salah tanggal dan hari. Kami takut akan terjadi sesuatu yang buruk kepada pernikahan anak kami" kata Ibunya Zarina.     

Alena kemudian berkata dengan hati-hati.     

"Menurut ibuku semua hari dan tanggal itu adalah baik. Bukankah pernikahan itu adalah sesuatu yang baik jadi seharusnya mau diselenggarakan kapanpun Tuhan pasti akan merestui. Asalkan pernikahan itu dilaksanakan dengan baik" Kata Alena dengan manis.     

Akhirnya setelah mempertimbangkan beberapa hal. Orang tua Zarina menyetujui nya. Kemudian Cynthia dengan cerdik menggiring orang tua Zarina, Amar dan Zarina ke ruang makan untuk mencicipi hidangan yang sudah disajikan sedari tadi. Cynthia juga ikut menemani mereka bersama Jonathan. Sedangkan Nizam, Alena, Arani dan Pangeran Thalal pergi ke lapangan tempat berlatih para penjaga.      

Para penjaga Pangeran Abbash termasuk asistennya yang baru yaitu Khansa mengikuti Pangeran Abbash.  Khansa adalah asisten pengganti karena asisten pangeran Abbash yang lama meninggal saat melindunginya di Korea kemarin. Khansa tampak khawatir dengan situasi ini sehingga kemudian Ia berbicara kepada majikannya dengan hati - hati.     

"Yang Mulia agaknya akan ada sesuatu yang tidak akan menguntungkan bagi kita,  jika Yang Mulia Pangeran menerima tantangan dari Yang Mulia Pangeran Nizam. Setahu hamba ilmu yang mulia Pangeran Nizam sangat tinggi. Tolong pertimbangan kembali untuk bertanding ilmu beladiri dengan Yang Mulia" kata Khansa.     

"Tidak bisa. Aku tidak ingin mengecewakan Putri Alena" kata Pangeran Abbash pendek sambil melirik ke arah Alena yang sedang berjalan di depannya dan berjalan disisi suaminya. Ada perasaan teriris melihat Alena memegang tangan suaminya dengan mesra.     

"Mengapa Yang Mulia ingin mengantarkan nyawa sendiri demi wanita yang tidak mencintai Yang Mulia" kata Khansa dengan gemas.     

"Kau tidak akan pernah mengerti apa itu pengorbanan cinta sampai Kau merasakan nya sendiri" Kata Pangeran Abbash dengan tegar padahal hatinya sudah sangat kacau.     

Apalagi ketika di depan Ia melihat Alena tampak berbisik-bisik ditelinga Nizam yang tidak bisa Ia dengar apa yang dibisikkan oleh Alena.     

Alena berbisik kepada Nizam perkataan yang ia ucapkan  dengan penuh penekanan "Kau harus menghajarnya habis-habisan. Aku dari tadi sudah sangat kesal dengan tingkahnya yang sangat genit. Ia sengaja bermain mata dengan ku" kata Alena kepada Nizam.     

Nizam tampak mengerucutkan bibirnya sambil berkata, " Aku tidak menyalahkan dia bermain mata dengan mu" kata Nizam.     

Alena membelalakkan matanya yang indah kemudian berkata dengan nada yang sangat kesal, " Kenapa kau berkata seperti itu?  itu adalah perkataan orang yang bodoh"  kata Alena kepada Nizam.     

Nizam menjawab, "Bodoh bagaimana ? Ia bermain mata denganmu, karena kau melayaninya." kata Nizam tidak mau kalah.     

Alena mengerutkan keningnya lalu dia mencubit pinggang Nizam dengan keras. Nizam langsung mengaduh, " Aduh mengapa kau mencubit pinggang ku?"  kata Nizam sambil memegang tangan Alena.     

"cubitan  itu pantas untuk orang yang bodoh seperti dirimu ..Apa kau tidak tahu aku bermain mata dengannya itu.  semata-mata agar dia setuju tidak menikahi Zarina. " kata Alena dengan mimik wajah yang sangat lucu.     

Nizam tertawa kecil lalu berkata, " Trik yang kau lakukan kepada Pangeran Abbas memang berhasil. Tidak hanya Pangeran Abbas yang terjebak tetapi aku sendiri juga terjebak oleh kelakuanmu. Dari tadi kulihat kau terus saja bermain mata dengan pangeran Abbas sambil senyum-senyum genit. Kau tahu itu membuat aku menjadi kesal." kata Nizam sambil menarik Alena ke sisi-nya dan merangkul bahunya dengan bahagia. Ternyata Alena hanya sedang bersandiwara.     

"Kalau aku tidak bermain mata dengan ya bagaimana mungkin dia mau mundur dari Zarina. Kalau aku terus menerus memperlihatkan wajah yang membenci Pangeran itu, walaupun sebenarnya dalam hatiku adalah iya.  Aku membenci Pangeran itu. Aku membenci senyumnya yang sangat memuakkan." kata Alena dengan bersungguh-sungguh.     

Tetapi Nizam malah meliriknya dengan aneh " Bagaimana bisa kau mengatakan senyumnya memuakkan.  Aku perhatikan dari tadi semua orang senang melihat wajahnya. Senang melihat senyumnya yang manis.  Dia memang sangat tampan. Aku tidak percaya kalau kau tidak menyukainya." kata Nizam     

Tetapipi Alena kemudian menjawab dengan suara yang mendesis, " Kau ini selalu saja bodoh kalau kau sedang cemburu. Bagaimana bisa aku menyukai orang lain selain daripada dirimu. Kaukan tahu kalau aku selalu jatuh cinta kepadamu dan aku tidak akan pernah mencintai pria lain lagi.  Apalagi pangeran itu kelakuannya seperti Playboy sendal jepit." Kata Alena sambil mencibir.     

"Playboy sandal jepit ? Apa maksudnya ?" Kata Nizam sambil tertawa aneh.     

Tapi alena menjawab dengan serius. " kau tahu kan sendal jepit.  Sendal jepit itu adalah alas kaki yang biasanya paling murah di negaraku. Sendal jepit biasa dipakai oleh siapa saja. Digunakan untuk acara tidak resmi dan seringnya digunakan untuk pergi ke toilet. Sendal jepit itu tidak ada harganya sehingga dia bisa dipakai oleh siapa saja..Pangeran Abbas itu adalah seperti sendal jepit.  Dia berada di tingkatan yang paling bawah, di injak-injak orang dan dia tidak ada harganya nya.     

Dia murahan seperti sendal jepit.Dia adalah orang yang paling murahan yang aku tahu. " Kata Alena sambil kemudian menoleh kebelakang dilihatnya Pangeran Abbas sedang memperhatikan Alena dan Nizam. Wajahnya begitu muram hatinya tercabik-cabik oleh tingkah Alena dan Nizam yang berjalan bergandengan sambil tersenyum dan saling berbisik - bisik.. Ia benar-benar sudah hancur sebelum melawan Nizam di arena pertandingan     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.