CINTA SEORANG PANGERAN

Nyawanya Harus Terselamatkan



Nyawanya Harus Terselamatkan

0Pangeran Abbash segera digendong oleh Khanza diikuti oleh para penjaga keluar dari rumah Nizam. Wajah mereka tampak murung dan para pengacara pangeran Barry juga tampak mengikuti dari belakang. Mereka juga tidak boleh berpamitan dengan orang tua Zarina oelh Arani karena takut menimbulkan perasaan tidak enak kepada orang tua Zarina. Arani mengantar kepergian mereka dengan penuh kewaspadaan. Ia berdiri dengan siaga penuh. Tidak ada satupun para pengawal Pangeran abbash dan Khanza termasuk para pengacara yang berani mengangkat mukanya kepada Arani.     
0

Bahkan ketika mereka akan menaiki mobilnya, Arani sempat berkata dengan datar, " Jaga majikan kalian dengan baik. Kali ini nasibnya begitu baik bisa selamat. Lain kali Kalau Aku melihat wajahnya lagi Aku tidak bisa menjamin apakah Ia akan tetap hidup atau mati di tanganku" Kata Arani dengan ekspresi dingin bagaikan salju di kutub utara.     

"Aku akan memperhatikan itu dengan baik Nyonya.. " Kata Khanza menganggukan kepalanya dengan hormat sambil kemudian meminta izin untuk memasukan tubuh Pangeran Abbash ke dalam mobil. Arani menatap wajah pangeran Abbash yang terkulai tidak berdaya. Arani bahkan sempat melihat air mata yang meleleh di setiap sudut matanya. Bajunya penuh dengan darah dan pipinya lebam - lebam. Arani menarik nafas panjang. Ia tahu pasti air mata yang meleleh dari setiap sudut mata Pangeran Abbash bukan karena rasa sakit akibat luka ditubuhnya. Air mata yang meleleh itu pasti akibat dari rasa sakit dihati Pangeran Abbash karena melihat kemesraan yang ditunjukan oleh Nizam dan Alena.     

Khanza sendiri sempat melirik wajah Arani yang menakutkan itu dari balik kaca mobil. Bulu kuduknya mendadak berdiri. Bulu kuduknya merinding karena ngeri. Cerita Arani singa betina dari Azura itu sungguh bukan cerita isapan jempol belaka. Baru kali  ini mereka bertemu dengan wanita yang begitu mengerikan. Padahal wajah Arani begitu cantik dan eksotis tapi ilmu beladirinya sungguh tidak tertandingi. Pangeran Abbash sendiri sebenarnya bukan pangeran sembarangan. Tingkatan ilmu beladirinya hampir sebanding dengan kakaknya atau bahkan melebihi karena rajin berlatih tetapi dihadapan Arani Ia langsung tidak berdaya. Apalagi suasana hati Pangeran Abbash sedang kacau balau. Ia sungguh tidak berdaya menghadapi emosinya sendiri. Ia benar - benar kalah sebelum bertarung.     

Dua mobil segera meluncur keluar dari kediaman Nizam menuju hotel Baries tempat Pangeran Barry berada. Satu mobil berisi para pengacara dan beberapa pengawal. Satu mobilnya lagi berisi Pangeran Abbash, Khanza, seorang pengawal dan seorang sopir. Khanza menotok beberapa titik akupuntur dari Pangeran Abbash agar peredaran darah yang tadi kacau akibat pukulan dan tendangan Arani. Khanza memegang pergelangan tangan Pangeran Abbash yang begitu putih. Ia mendeteksi denyut nadinya. Denyut nadi itu begitu lemah menunjukkan ada peredaran darah yang masih tersumbat. Ia harus menyalurkan tenaga dalam untuk membuka saluran yang tersumbat tetapi di dalam mobil sangat sempit, Khanza tidak dapat leluasa untuk menegakkan tubuh Pangeran Abbash.     

Khanza menatap wajah tampan itu dengan penuh rasa iba. Baru kali ini Pangeran Abbash terlihat begitu menyedihkan. Wajah tampan itu biasanya selalu penuh percaya diri, penuh dengan senyum licik dan tatapan sinis. Wajah angkuhnya sudah hilang di atas wajahnya. Ia termakan karmanya sendiri karena banyak mempermainkan wanita. Tidak ada satupun wanita yang dia nikahi termasuk Amrita anak dari perdana menteri Kerajaan Zamron.     

Pangeran Abbash terlalu percaya diri dengan Ketampanannya. Dikiranya semua wanita bakal bertekuk lutut kepadanya padahal kenyataannya tidak semua wanita menginginkan dirinya. Dia sudah jatuh cinta kepada wanita yang salah.      

Ketika mobil sudah mendekati Hotel Barries, Khanza semakin tidak tenang. Ia sangat ketakutan kalau - kalau Pangeran Barry akan murka melihat adiknya babak belur. Padahal niat kesana mau menuntut Nizam tetapi yang terjadi malah adiknya di aniaya Arani. Pangeran Abbash dibawa melalui lift khusus pemilik hotel yang letaknya tepat didepan tempat parkir pribadi mereka. Lift itu langsung menuju ke lantai ketiga paling atas di hotel ini. Lantai yang hanya ditempati oleh sipemilik hotelnya, yaitu Pangeran Barry dan adiknya serta para pelayan dan penjaga.     

Pangeran Barry sedang memeriksa laporan dari beberapa perusahaan yang ada dalam pengelolaannya serta beberapa agenda perjalanan yang harus Ia jalani selama satu bulan ke depan bersama asistennya Sarif. Ia memang sengaja tidak ikut ke rumah Nizam karena Ia merasa tidak ada kepentingan di sana. Berbeda dengan Pangeran Abbash yang memang akan menjemput tunangannya. Jadi ketika pintu terbuka dan Khanza muncul sambil menggendong Pangeran Abbash, Pangeran Barry terkejut bukan alang kepalang.     

Pangeran Barry langsung berdiri dengan tubuh gemetar. Ia segera mengambil tubuh adiknya dari tangan Khanza dan membaringkannya di atas tempat tidur. Dengan suaranya yang menggelegar Ia memanggil para pelayan untuk segera membersihkan luka dari Pangeran Abbash. Ia juga segera menelpon dokter pribadinya. Pangeran Barry menggelengkan kepalanya melihat luka di dada Pangeran Abbash.      

"Apa yang terjadi ? Apakah Nizam yang memukulinya ? Mengapa menjadi seperti ini. Apakah Pangeran Azura itu sudah gila sekarang ? Apakah Ia tidak terima atas tuntutan kita sehingga Ia memukuli adikku dengan membabi buta.     

Sialan orang - orang Azura itu. Waktu di Korea adikku hampir mati di hajar Amar, Sekarang Ia dihajar lagi. Sebenarnya apa keinginan dia ?  Apa ingin berperang secara terbuka denganku. Dan Kalian lagi para pengawal bodoh. Aku menyuruh kalian mengawalnya malah sama sekali tidak berguna. Dari banyaknya pengawal hanya satu yang terluka sedangkan sisanya masih mulus begini. Sini Aku hajar kalian semua " Kata Pangeran Barry sambil menendangi mereka satu persatu dengan kesal. Para penjaga itu dalam sekejap sudah terjungkal semua menghantam benda - benda yang ada diruangan.     

Ada penjaga yang menghantam kursi, ada juga yang menghantam meja atau pot bunga besar yang ada di sudut. Ruangan yang rapih dan cantik langsung berubah jadi area yang mengerikan dan berantakan. Darah dari mulut akibat organ dalam yang terluka langsung berceceran. Hanya satu yang selamat dari tendangan Pangeran Barry yaitu Khanza. Ia tidak berani menendang Khanza karena Ia adalah asisten pribadi adiknya. Ia tidak mau kena marah adiknya. Karena memukul asisten pribadi itu sama aja dengan memukul majikannya.     

Tidak ada satupun yang berani bersuara untuk menanggapi amarah dari Pangeran Barry. Pangeran Barry berhenti menendang dan memukul setelah dokter pribadinya keluar dari kamar tempat Pangeran Abbash di rawat.     

"Sebenarnya luka yang waktu di korea masih belum sembuh total, sekarang Yang Mulia sudah terkena pukulan lagi. Hamba khawatir kali ini Yang Mulia Pangeran Abbash tidak bisa bertahan" kata Dokter itu sambil menunduk.     

Pangeran Barry tercengang mendengar kata - kata dokter pribadinya. Ia langsung mencengkram kerah jas dokter yang berwarna putih itu dengan muka pucat pasi.     

"Bagaimana bisa kau berkata seperti itu. Dia adikku yang paling dekat denganku. Aku tidak mau tahu. Ia harus bisa disembuhkan. Atau nyawamu yang akan melayang " Kata Pangeran Barry dengan amarah  meluap - luap.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.