CINTA SEORANG PANGERAN

Kau Harus Hidup Untuk Menyelamatkan Aku



Kau Harus Hidup Untuk Menyelamatkan Aku

0Dokter itu menjadi pucat pasi mendengar perkataan Pangeran Barry, Ia lalu menganggukkan kepalanya. " Ada tulang rusuknya yang patah dan ini memerlukan tindakan oprasi. Kita harus membawanya ke rumah sakit untuk mengoprasinya. "     
0

"Aku tidak ingin membawa dia ke rumah sakit. Beli semua peralatan yang diperlukan sekarang juga. Dan bawa semua dokter yang kompeten untuk mengoprasi adikku. Aku tidak mau tahu besok tindakan oprasinya harus dilaksanakan. " Kata Pangeran Barry dengan muka merah.     

Dokter itu lagi - lagi menganggukkan kepalanya. Ia tahu apapun yang terjadi Ia harus melakukan apapun perkataan Pangeran Barry karena kalaupun Ia menolaknya maka nyawanya akan melayang sekarang juga.     

Jadi daripada menyerah lebih baik Ia berusaha sebaik mungkin untuk menyembuhkan Pangeran Abbash. Ia berharap tekad Pangeran Abbash untuk hidup sangat kuat. Karena tindakan medis terhadap pasien sangat ditentukan oleh daya juang tubuh pasien itu sendiri. Semakin optimis pasiennya biasanya semakin tinggi tingkat keberhasilan penyembuhannya.     

Tidak ada yang tidak  mungkin kalau ada uang dan kekuasaan. Walaupun terlihat sangat mustahil tapi dokter itu bergerak cepat. Karena taruhannya nyawa, Ia tidak mau main - main. Ia mengerahkan seluruh koneksi dan dengan uang yang tidak terbatas yang diberikan Pangeran Barry Ia membangun ruang oprasi di salah satu ruangan hotel Pangeran barry. Ia juga mendatangkan semua dokter spesialis yang diperlukan untuk membantu oprasi Pangeran Abbash.     

Setelah pemeriksaan kondisi fisik Pangeran Abbash maka oprasi segera dilakukan. Pangeran Barry menunggu dengan cemas di luar ruangan. Walau bagaimanapun Ia memanfaatkan adiknya demi ambisinya, Pangeran Abbash tetap saudara kandungnya. Sepanjang Pangeran Abbash tidak mengancam kedudukannya sebagai putra mahkota maka Ia berusaha untuk menjadi kakak yang baik menurut versi dia.     

****     

Pangeran Abbash sendiri Ia merasa sedang melayang - layang seperti ketika Ia sedang melakukan perjalanan rohnya. Ia tampak berdiri dipadang datar yang luas dimana - mana terbentang warna putih. Ia lalu melihat ada lapisan dinding yang terangkat dan dari balik dinding itu berhamburan wanita - wanita yang berpakaian compang - camping dengan muka mengerikan dan berdarah - darah. Rambut mereka panjang dan berantakan. Mereka mengacungkan tangannya yang berkuku panjang - panjang dan runcing seakan ingin mencakar dan mencekik pangeran Abbash.     

Pangeran Abbash  mejadi ketakutan, Ia berlari sekuat tenaga tetapi Ia mendadak seperti lumpuh. Sekuat apapun Ia berlari nyatanya Ia hanya duduk bersimpuh di bawah. Ia hanya bisa bergerak mengesot - ngesot menjauhi pasukan wanita yang mengerikan itu. Pangeran Abbash berteriak - teriak.      

"Kalian siapa.. kalian siapa? Mengapa kalian mengeroyokku. Akh.. lepaskan.. lepaskan " Pangeran Abbash berteriak - teriak ketika kakinya ditarik oleh para wanita itu. Bahkan sebagian ada yang mencakarinya. Pangeran Abbash berteriak - teriak kesakitan, Ia sangat ketakutan. Ia kemudian mendengar suara yang berteriak lantang kepadanya.     

"Kami adalah para wanita suci, Kau merusak kami dan memanfaatkan rasa cinta kami kepadamu. Kau menodai Kami dan mencampakkan kami setelah puas mempermainkan kami. Kau harus mati masuk ke dalam neraka untuk menebus dosa - dosamu" Kata suara itu.     

Tubuh Pangeran Abbash tampak menggigil, Ia langsung teringat akan dosa - dosanya terhadap para wanita yang sudah Ia nodai dan Ia campakkan. Tetapi Pangeran Abbash mencoba membela dirinya.     

"Aku tidak pernah meminta kalian datang kepadaku. Kalian sendiri yang datang dan mengemis - ngemis cintaku. Aku sungguh minta maaf.. Aku memberikan banyak uang untuk menebus rasa bersalahku kepada kalian. Aku minta maaf tidak bisa menikahi kalian karena Aku tidak mencintai kalian.." kata pangeran Abbash berkata tapi kemudian perkataannya diiringi jeritan kesakitan karena dadanya dirobek oleh kuku seorang wanita yang berwajah sangat menakutkan.     

"Walaupun Kami menyerahkan diri kami, tidak seharusnya kau menerimanya. Kau memamfaatkan kelamahan kami. Kau dianugrahi ketampanan yang luar biasa oleh Tuhan tetapi kau malah menjadikannya sebagai jebakan kepada Kami" Seorang wanita kemudian mencakar wajah Pangeran Abbash dengan kuat hingga terluka sangat dalam. Hidung dan bibir Pangeran Abbash robek dan darah langsung terhambur keluar     

Pangeran Abbash menggigil menahan sakit tetapi kemudian Ia melihat seorang wanita cantik berpakaian putih melayang turun dari langit dan menarik tangan Pangeran Abbash dan menyelamatkannya dari serbuan para wanita mengerikan  itu.     

Pangeran Abbash kemudian dibawa ke sebuah padang rumput yang serba hijau oleh wanita itu. Ia kemudian diceburkan kedalam sebuah danau yang sangat biru dan dingin. Pangeran Abbash tenggelam dan Ia lalu berusaha berenang sambil gelagapan. Seluruh tubuhnya menggigil kedinginan. Ia merayap berenang ketepi dan Ia berusaha keluar dari danau itu. Pangeran Abbash melihat wanita itu duduk menunggunya.      

Pangeran Abbash kini melihat dengan jelas siapa wanita yang ada didepannya, Ia berteriak sambil merangkak mendekati wanita itu.     

"Alena.. Alena.. sayangku. Kau menyelamatkan Aku. Aku berterima kasih.. Alena.." Kata Pangeran Abbash sambil berusaha mendekati wanita itu. Yang di alam bawah sadarnya Ia merasa itu adalah Alena. Tetapi setiap kali Ia memegang Alena menjauh. Ia mendekati Alena lagi. Lagi - lagi tubuh Alena menjauh hingga Pangeran Abbash merasa kelelahan. Ia terhempas di padang rumput dan mulai menangis dengan suara keras.     

"Alena.. mengapa kau menyelamatkan Aku kalau kau malah meninggalkan Aku. Biarkan Aku mati ditangan para wanita itu. Aku memang sudah banyak berdosa. Aku ingin bertobat Alena. Alena tolonglah Aku. Cintailah Aku.. Aku ingin bersamamu " Kata Pangeran Abbash sambil menangis pilu. Suaranya menggema. Tangisannya menyayat hati.     

Tetapi semakin keras suara tangisannya semakin marah wajah Alena yang ada didepannya. Pangeran Abbash menatap Alena dengan berurai air mata.     

"Mengapa Kau diam Alena? Apakah Kau marah kepadaku Alena ? " kata Pangeran Abbash sambil kembali merangkak mendekati Alena. Rasa perih di hatinya lebih terasa daripada luka di sekujur tubuhnya.     

"Kau tidak bisa memilikiku, Pangeran.." kata Alena berkata. Pangeran Abbash menggerung.     

"Kalau begitu mengapa Kau menyelamatkan Aku ?" Kata Pangeran Abbash     

'Bukan Aku yang menyelamatkan Aku. Alloh yang telah menyelamatkanmu. Kau hiduplah dengan baik. Dan jangan pernah menginginkanku lagi. Aku ini sudah menjadi milik orang lain "      

"Tidak Alena.. jangan berkata seperti itu.. Aku akan mati saja" Kata Pangeran Abbash semakin memelas.     

'Kau harus hidup.. Kau harus hidup karena kelak Aku akan membutuhkan pertolonganmu " kata Alena lagi sambil kemudian pergi menjauh dan hilang tidak berbekas. Pangeran Abbash berteriak tetapi kemudian Ia merasa tersadar dan seperti bangun dari mimpi buruknya.  Ia lalu mengerang dan merintih     

Pangeran Abbash mencoba membuka matanya. Kepalanya terasa sangat pusing. Badannya lemah dan Pangeran Abbash lalu kembali memejamkan matanya. Rupanya oprasi yang dilakukan dokter sudah berhasil dilakukan dan ini sudah hampir satu hari satu malam para dokter menunggu Pangeran Abbash mengerang. Begitu Pangeran Abbash mengerang berarti Pangeran Abbash sudah tersadar dan masa kritisnya sudah  berlalu. Para dokter berpelukan dan saling berjabat tangan saking bahagianya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.