CINTA SEORANG PANGERAN

Tamparan Untuk Amar



Tamparan Untuk Amar

0Zarina terpekik kaget melihat handuknya berada di tangan Amar. Mukanya merah pada menahan malu, kesal dan marah. Ia berniat mau mengambil lagi handuknya yang ada ditangan Amar. Tetapi saking marahnya Ia malah tersandung kakinya sendiri hingga kemudian Zarina malah limbung dan jatuh ke dalam pelukan Amar.     
0

Amar yang sedang memegang handuk Zarina langsung menangkap tubuh Zarina yang limbung ke arahnya. Tubuh Zarina langsung terasa hangat. Amar merasakan tubuhnya gemetar dan kepalanya pusing serta jantung di dadanya berdenyut dengan hebat.     

Zarina yang tadi sempat terbengong langsung ngamuk - ngamuk sambil merebut handuk ditangan Amar. Lalu mengomel - ngomel dengan muka merah padam. Zarina memakai lagi handuk ditangannya.     

"Apa yang kau lakukan ? Apa ? Mengapa kau begitu kurang ajar " Kata Zarina sambil menggerakan tangannya dan menampar Amar hingga muka Amar langsung berbekas merah.     

Amar mengusap pipinya yang kena tampar Ia lalu menatap tajam ke arah Zarina. Zarina tambah kaget karena Ia sudah menampar Amar tanpa sadar.      

"Ya Tuhan.. ma.. maafkan Aku. Aku tidak bermaksud menamparmu.. Aku hanya kaget " Kata Zarina sambil menatap Amar dengan mata berkaca - kaca, Ia sangat ketakutan kalau - kalau Amar akan marah kepadanya. Tingkah lakunya sangat lancang ketika menampar Amar. Tetapi itu adalah gerak refleks akibat rasa kaget. Seumur hidupnya Ia belum pernah mengalami kejadian memalukan seperti tadi.     

Tetapi Amar tidak menjawab kata - kata Zarina. Ia tetap terdiam sambil menahan gejolak perasaannya. Saat ini Ia merasa sedang sangat terbakar. Ia seperti tumpukan kayu bakar kering yang tengah disulut seseorang.     

Rasanya sangat panas dari ujung kaki hingga ujung rambut. Tangannya tampak mengepal erat. Giginya gemeretak. Amar sedang menahan perasaannya sekuat tenaga. Ia takut lepas kendali. Ibarat bendungan air. Amar sedang berusaha agar bendungan itu tetap kokoh menahan air yang sudah semakin deras menekannya.     

Melihat Amar hanya terdiam. Zarina semakin ketakutan. Ia mengira kalau Amar sedang marah kepadanya. Dan Ia sangat takut Amar akan memukulnya atau yang terparah Ia akan dicambuk seperti Putri Alena. Sehingga kemudian Zarina malah melangkahkan kakinya mundur ke belakang selangkah demi selangkah seumpama prajurit kalah perang yang mundur selangkah demi selangkah sebelum Ia melarikan dirinya.     

Amar hanya terdiam ketika melihat Zarina mundur selangkah demi selangkah ke belakang. Melihat Amar terdiam hati Zarina kembali besar. Dikiranya Amar akan membiarkan Ia melarikan diri sehingga kemudian Ia membalikkan badannya akan pergi masuk kembali ke dalam kamar mandi. Tetapi Zarina sangat kaget ketika tiba -tiba pinggangnya ada yang menyangking dengan satu gerakan.      

Tubuh Zarina seperti terangkat ke udara dan tau - tau Ia sudah ada di atas tempat tidur dengan Amar sudah berada di atas tubuhnya. Zarina tersentak dan Ia langsung meronta dengan hebat. Zarina sangat ketakutan melihat muka Amar yang seperti muka patung yang terbuat dari Es. Ia begitu datar dan dingin tetapi terasa panas ketika disentuh.     

Amar langsung  menjepit tubuh Zarina oleh kakinya dan Ia membenamkan mulutnya ke mulut Zarina yang berteriak - teriak minta dilepaskan langsung terbungkam seketika. Ia merasa mulutnya diaduk - aduk oleh  sesuatu yang belum pernah Ia rasakan seumur hidupnya.     

Amar yang sebenarnya sama saja dengan Zarina, Ia belum pernah melakukan apa yang dilakukannya pada Zarina. Ini adalah nalurinya sebagai laki - laki. Ia merasakan bibir Zarina yang begitu lembut membuat Ia semakin mabuk kepayang. Amar menjadi semakin lupa daratan.     

Zarina merasakan dadanya sesak sementara air mata sudah tidak bisa ditahan lagi langsung mengalir keluar dan menetes menganak sungai membasahi kedua pipinya yang ranum. Zarina merasa sangat sedih karena Ia merasa sudah menghianati Pangeran Thalal. ia berniat untuk tetap suci seumur hidupnya untuk membuktikan rasa cintanya kepada Pangeran Thalal. Tetapi hari ini Ia merasa sangat kotor. Amar sudah menyentuh tubuhnya.     

Air mata Zarina terus turun hingga masuk ke dalam mulut keduanya. Amar merasakan ada rasa asin pada lidah pencecap rasanya. Ia lalu menarik bibirnya dan kemudian Ia tersadar terhadap kelakuannya sendiri. Amar lalu bangun dari tubuh Zarina dan membetulkan handuk yang masih menutupi tubuh Zarina tetapi sudah acak - acakkan. Begitu Amar bangkit dari tubuhnya Zarina langsung terbangun dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang hanya tertutupi handuk.     

Amar menenangkan perasaannya yang sedang kacau balau. Ia tadinya memang berniat akan mengambil haknya dengan cara paksa tetapi ketika air mata Zarina terasa di lidahnya, Amar menjadi sangat iba. Ia tidak ingin menyakiti Zarina. Hati Zarina begitu sensitif dan rapuh. Ia sudah banyak mendapatkan masalah dalam hidupnya. Ia tidak mendapatkan cintanya dari pangeran Thalal, Ia juga difitnah orang ingin merebut pangeran Thalal dari Cynthia. Ia juga dicurigai orang tuanya, lalu hendak dinikahkan dengan Pangeran Abbash.     

Sungguh Zarina ini memiliki banyak cobaan hidup. Kalau sampai Amar Ia sebagai suaminya tiba - tiba memperkosanya maka tidak dapat dibayangkan bagaimana terguncangnya hati Zarina.      

"Maafkan Aku Zarina, Aku lepas kendali. Kau begitu cantik hingga Aku menjadi kehilangan akal " Kata Amar sambil berjalan mengambil segelas air putih dan memberikannya kepada Zarina. Zarina dengan isak tangis masih terdengar dan dada yang berdebar keras karena ketakutan mengambil air itu dari tangan Amar dan meminumnya perlahan - lahan.     

Setelah tenggorokannya disiram segelas air dingin. Hati Zarina kembali menjadi tenang. Ketakutannya sedikit demi sedikit menghilang. Amar tersenyum miris, Ia mencoba tersenyum kepada istrinya yang sedang ketakutan.     

"Apakah Kau sudah tenang sekarang ?" kata Amar bertanya kepada Zarina. Zarina menganggukan kepalanya dengan lembut. Ia kini tersipu - sipu malu karena kelakuan bodohnya tadi.     

Amar menarik nafas panjang. Ia kemudian duduk di sisi tempat tidur dan mencoba membunuh semua gejolak yang tadi hampir membakar hangus dirinya. Kemudian ia mendengarkan Zarina berkata.     

"Maafkan Aku, sungguh Aku tidak bermaksud menamparmu " Kata Zarina sambil tertunduk. Duuh.. ini orang, sudah tahu Amar tidak memperdulikan tamparan Zarina tetapi perduli dengan tubuhnya masa iya Zarina tidak mengerti.     

"Tidak apa - apa Zarina. Kau pasti kaget ketika tiba - tiba handuknya terlepas. Ah..ha..ha..ha.. Kau membuat Aku jadi gelap mata ' kata Amar sambil tertawa ditimpali oleh tawa Zarina.     

"Amar..." Zarina tiba - tiba memanggil suaminya sebelum kemudian Zarina bertanya lagi,     

"Amar apakah Aku berdosa telah menolakmu? Bukankah Kau suamiku sekarang. Tetapi Aku tidak mau kau sentuh. Aku mencintai Pangeran Thalal walaupun Ia tidak mencintaiku. Aku merasa sangat berdosa jika ada laki - laki lain menyentuhku" Kata Zarina berkata dengan jujur. Membuat Amar diam - diam mengagumi wanita cantik di depan matanya ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.