CINTA SEORANG PANGERAN

Aku akan membalas kesabaranmu dengan kesabaranku



Aku akan membalas kesabaranmu dengan kesabaranku

0Ketika Cynthia dan Zarina menyusul ke Aula, mereka melihat Alena sedang sibuk memperhatikan kesiapan para pelayan menyiapkan hidangan dan fasilitas rapat. Selain itu tampak Arani sedang mempersiapkan para penjaga dan ketika adzan Maghrib berkumandang di mesjid. Zarina teringat kalau suaminya minta dibangunkan. Ia segera minta pamit untuk kembali ke kamarnya. Cynthia menganggukan kepalanya memberikan izin sedangkan Alena tampak sedang memberikan perintah penataan bunga yang kurang di sudut ruangan.     
0

Zarina masuk ke dalam kamarnya dan melihat pintu ruangan kerja Amar masih tertutup. Ia lalu berdiri di depan pintu kamar itu menatap ragu - ragu. Ia ingin masuk tetapi masih merasa gugup. Hingga setelah berapa lama Ia lalu masuk ke dalam ruangan itu. Dan dilihatnya Amar memang masih terbaring di sofabed. Dengan hati - hati Zarina masuk dan lalu menatap wajah suaminya yang sedang tertidur pulas.     

Wajah Amar begitu damai dalam tidurnya, Matanya terpejam rapat, Bibirnya terkatup dan hidung mancungnya begitu indah menghiasi raut wajah Amar. Perasaan kasih sayang yang tadi dikatakan oleh Cynthia tiba - tiba meraksuki hatinya. Zarina menjadi terenyuh Ia lalu duduk disamping suaminya dan mulai meneteskan air mata hingga tanpa sadar air mata itu membasahi pipi Amar membuat Amar langsung terbangun kaget.     

Ia meraba pipinya yang basah, melihat Amar terbangun Zarina menjadi kaget dan Ia segera menjauhkan mukanya dari Amar dan menghapus air matanya yang masih menetes. Amar memegan pipi Zarina dan menghapus air matanya.     

"Ada apa Zarina ? mengapa kau masih menangis ? Apa Aku masih menyakitimu " Kata Amar sambil menatap wajah istrinya. Zarina tidak menjawab malah memeluk Amar dan menangis di lehernya. Amar menjadi kebingungan Ia hanya bisa balas memeluk Zarina sambil mengelus punggungnya.     

Amar tidak berani berkata apa - apa selain menenangkan tangisan istrinya. Tetapi kemudian Ia mendengar Zarina berkata dalam isak tangisnya.     

'Aku minta maaf suamiku. Selama ini Aku begitu bodoh dengan obsesiku. Aku sangat menyesal. Aku sekarang sudah menyadari semua kesalahanku. Aku tidak akan pernah mengingat Pangeran Thalal lagi. Aku akan belajar mencintaimu sekarang " kata Zarina sambil menghapus air matanya.     

Mata Amar terbelalak lebar, Ia merasa tidak percaya apa yang sudah dikatakan oleh Zarina sehingga kemudian Ia mencubit tangannya sendiri. Melihat Amar mencubit tangannya sendiri dan kemudian mengaduh membuat Zarina kebingungan.     

"Apa yang Kau lakukan ? Mengapa Kau mencubit tanganmu sendiri ?" kata Zarina sambil melihat lengan Amar yang kini berbekas merah. Ia mengusap tangan yang berbulu lebat itu.     

"Aku hanya ingin memastikan bahwa Aku sudah bangun dan bukannya masih tertidur. Aku ingin memastikan bahwa ini adalah suatu kenyataan dan bukan mimpi atau halusinasi" Kata Amar dengan bahagia. Matanya berkaca - kaca saking bahagianya. Tadi sebelum tertidur Ia masih merasakan kesedihan yang amat mendalam karena penolakan istrinya sendiri tetapi sekarang ketika Ia terbangun semua berubah dengan cepat.      

"Apa yang sudah terjadi ? Mengapa Kau berubah begitu cepat ? " Amar bertanya dengan terheran - heran. Zarina jadi tersipu - sipu malu pipinya bersemu merah membuat Amar jadi tidak tahan ingin mengelusnya. Lalu dengan pura - pura menghapus air mata tangan Amar bergerak mengelus pipi istrinya.     

"Apakah Kau tidak senang dengan perubahanku ?" kata Zarina sambil memegang tangan Amar yang sedang mengelus pipinya. Amar membelalakan matanya.     

"Hanya orang gila yang tidak senang ketika istri yang biasa menolaknya sekarang berubah menjadi menerima. Bagaimana Aku tidak senang kalau kau sekarang dapat menerimaku sebagai suammu. Bagaimana Aku tidak senang mendengar Kau berhenti mencintai Yang Mulia Pangeran Thalal. Bagaimana Aku tidak bahagia Kau memelukku dengan erat" Amar berkata sambil kemudian merangkul Zarina dan membenamkan wajah Zarina ke dadanya. Hingga Zarina merasa geli karena bulu dada Amar tampak menggelitiki wajahnya. Beberapa kancing jubah Amar rupanya memang sengaja di lepas Amar sebelum tidur karena merasa gerah.     

"Siapa yang dapat merubahmu dengan cepat ?" kata Amar kepada Zarina.     

"Mengapa kau menduga ada orang lain yang merubah diriku dan mengapa kau tidak menduga kalau Aku berubah dengan sendirinya ?" Kata Zarina penasaran dengan kebenaran dugaan suaminya.     

"Kau adalah orang yang cukup keras kepala. Kau mencintai orang yang tidak mencintaimu selama bertahun - tahun. Bagaimana mungkin kau bisa berubah secepat itu kalau bukan ada orang yang berhasil meyakinkanmu untuk belajar mencintaiku " kata Amar dengan tepat.     

Zarina tertawa lebar, " Aku kagum dengan Yang Mulia Pangeran Nizam.." Kata Zarina malah mengatakan kekagumannya kepada Nizam.     

"Mengapa Kau malah menyebut nama Yang Mulia Pangeran Nizam. Apa Yang Mulia pangeran Nizam yang menyadarkanmu ?" kata  Amar dengan keheranan.     

"Bukan..bukan..seperti itu. Aku hanya kagum kepada Yang Mulia Pangeran Nizam karena memiliki orang - orang hebat disekelilingnya. Tadi Yang Mulia Cynthia dapat menebak masalahku dengan tepat sekarang Jendralnya menganalisa kondisiku dengan tepat juga" Kata Zarina.     

"Jadi yang berbicara dengan mu adalah Yang Mulia Cynthia ?" Kata Amar kepada istrinya. Zarina menganggukkan kepalanya. Mata Amar sedikit melebar dan wajahnya berubah menjadi cemas.     

"Apa Yang Mulia Cynthia memarahimu karena kau masih mencintai Pangeran Thalal suaminya ? Sehingga kemudian Kau menjadi ketakutan dan memutuskan tidak mencintainya lagi. Apakah Kau dipukulnya?' kata Amar terkejut.     

Zarina menggelengkan kepalanya dengan semangat, " Tentu saja tidak seperti itu. Yang Mulia Cynthia sangat baik hati. Walaupun Yang Mulia tahu kalau Aku mencintai suaminya tetapi dia tetap baik kepadaku dan Ia memberikan nasihat panjang lebar tentang bagaimana sikap istri kepada suaminya, Dan Aku diminta untuk melupakan suaminya karena Aku sekarang sudah memiliki seseorang yang harus Aku hargai lebih dari apapun. " Kata Zarina membuat Amar menjadi sedikit linglung karena merasa tidak percaya dengan pendengarannya sendiri.     

"Memangnya siapa yang harus kau hargai ?" kata Amar malah bertanya hal yang aneh. Zarina mencubit kedua pipi Amar dan berkata, " Tentu saja Kau, suamku, Yang harus aku hargai lebih dari apapun. Maafkan Aku karena Aku sudah menyakitimu. Aku berjanji akan bersikap baik kepadamu dan akan melayanimu sepenuh hati" kata Zarina.     

Amar masih terpaku hingga kemudian Zarina berkata sambil meraih handphone Amar yang tergeletak di meja dekat sofabed. " Apakah kau ingin merekam perkataanku ? Bukankah waktu itu kau akan merekam kata - kataku jika Aku sudah bisa menerimamu " Kata Zarina sambil tersenyum lebar.     

Amar menggelengkan kepalanya," Tidak.. tidak usah. Aku sekarang mempercayaimu. Kau akan menepati janjimu bahwa kau hanya akan menerima diriku dihatimu. Aku suamimu yang akan menyayangimu dengan setulus hati" Kata Amar sambil kembali  memeluk Zarina.      

" Aku sangat berterima kasih kepada Yang Mulia Cynthia yang begitu baik hati sudah menasehatimu. Aku sungguh beruntung telah dapat menyelamatkannya dari Pangeran Abbash waktu itu " kata Amar sambil tetap memeluk Zarina.     

"Orang baik akan mendapatkan balasan yang baik pula. Kau begitu baik dan mau bersabar walaupun Aku menyebalkan dan tidak tahu diri. Aku akan membalas kesabaranmu dengan kesabaranku" Kata Zarina.     

Amar malah menatap tidak mengerti, " Kesabaranmu akan membalas kesabaranku ? Apa maksudmu?" Kata Amar. Tetapi Zarina malah tersenyum misterius     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.