CINTA SEORANG PANGERAN

Berjanjilah Kepadaku



Berjanjilah Kepadaku

0Alena kemudian menceritakan asal perhiasan itu kepada Lila dan Cynthia.     
0

" Neneknya Nizam memberikan beberapa perhiasan kepadaku sebagai hadiah pada saat perayaan kesucianku. Salah satunya adalah kalung matahari dari Afrika. Dia memberikannya kepadaku sebagai hadiah atas penderitaanku karena siksaan cucunya kepadaku. Kata Neneknya Nizam waktu itu, Kalung ini seperti simbol kesucian dari pengorbanan seorang wanita.     

Kalung ini diperoleh sebagai hadiah dari Ratu Afrika pada perayaan kesucian Neneknya Nizam. Ratu Afrika dulu sahabat dari Ibunya Nenek Nizam. Mereka sangat dekat bagaikan saudara. Ratu Afrika itu memberikan kalung kepada Nenek Nizam pada saat perayaan kesucian sebagai simbol persaudaraan mereka     

Dari semua perayaan kesucian yang terjadi di Istana, Neneknya Nizam hanya memberikannya untukku. Bahkan tidak untuk Putri Rheina. Padahal dia adalah istri pertama Nizam. Aku tahu perhiasan ini sangat berharga dan Aku bahkan tidak tahu nilainya berapa. Aku sengaja memberikan untuk anakmu sebagai tanda jalinan antara anak kita berdua. Walaupun anakku wanita dan anakmu laki - laki. Aku tidak malu untuk mengatakan bahwa Aku mengikatkan anakku kepada anakmu" kata Alena dengan hati - hati.     

Lila sangat gemetar mendengar cerita Alena, Di saat Ia begitu gundah dengan mimpi buruk Edward dan sempat ada dugaan tentang guna - guna walaupun dugaan itu langsung ditepiskan oleh Alena tapi tak urung pemberian kalung berharga itu membuat Lila menjadi malu. Ia menjadi merasa tidak layak untuk menerimanya. Lila mengulurkan kalung itu kembali dan berkata,     

"Yang Mulia ini terlalu berat untuk hamba ' Kata Lila     

"Tidak !! Ini layak untuk anakmu. " kata Alena     

Kemudian Cynthia berkata kepada Alena,     

"Alena jangan mengatakan bahwa Kau sedang melamar anaknya Lila untuk anakmu. Ingat kalian berbeda keyakinan. Itu sangat sulit untuk diputuskan sekarang." kata Cynthia mengingatkan. Cynthia mengingatkan bahwa keyakinan mereka berdua berbeda dan itu akan menjadi hambatan yang tidak mudah.      

"Ikatan tidak harus selalu suami dan istri. Aku tidak bermaksud untuk melamar anaknya Lila mengingat bahwa anaknya Lila belum lahir dan anakku masih bayi. Ada banyak perjalanan panjang yang akan mereka lalui nanti. Aku tidak akan menjodoh - jodohkan anak apalagi kalau ternyata mereka tidak saling menyukai.     

Aku mengikatkan tali persaudaraan di antara mereka. Kalau seandainya nanti mereka memang berjodoh mereka pasti akan mendapatkan jalan yang terbaik dari Alloh, Kalau ternyata mereka tidak berjodoh. Anggap saja itu adalah hadiah ikatan tali persaudaraan di antara kita" Kata Alena dengan tulus.     

"Alangkah baiknya hatimu Yang Mulia " kata Lila sambil berkaca - kaca. Lila menjadi sedikit melupakan kegundahan hatinya karena mimpi buruk Edward. Ia kemudian berpikir kalau Edward hanya mimpi buruk biasa. Alena begitu baik kepadanya jadi tidak mungkin dia hendak menghancurkan rumah tangganya. lagi pula sinar mata Alena begitu tulus kepadanya.     

****     

Diskusi diantara Nizam dan teman - temannya serius tapi berkesan santai, Ada Arani dan Amar yang ikut berdiskusi diantara mereka. Termasuk Jonathan yang sebenarnya tidak termasuk ke dalam kepanitiaan karena Ia sibuk membereskan pekerjaannya agar Ia dapat ikut pada saat pulang ke Azura nanti. Hanya Edward yang tidak terlalu gembira. Walaupun Ia menutupinya dengan gelak tawa tetapi tetap saja suaranya terlihat sangat palsu dan Nizam tahu itu sehingga ketika acara resminya berakhir dan tinggal acara makan - makan. Nizam mendekati Edward dan berbisik kepadanya.     

"Kamu terlihat begitu murung, Edward. Jangan katakan kepadaku Kalau kau begitu sedih akan Kami tinggalkan di Amerika " kata Nizam sambil tertawa kecil. Edward menatap Nizam dengan tajam lalu Ia berkata. " Aku ingin bicara serius denganmu.."     

Mata Nizam terbelalak lebar. " Kau begitu serius, membuatku jadi takut. Memangnya ada apa? Apa yang ingin Kau bicarakan ? " Kata Nizam dengan santai. Ia sudah tahu sekali karakter Edward seperti apa. Dan sebenarnya antara Nizam dan Edward tidak pernah ada ikatan yang sangat baik. Mereka selalu bertengkar satu sama lain. Jadi mereka berdua bagaikan memendam api dalam dadanya masing - masing yang siap saling menyambar kapanpun mereka inginkan.     

Edward melangkahkan kakinya keluar dan diikuti oleh Nizam. Di saat teman - teman mereka menikmati hidangan sambil tertawa - tawa. Nizam dan Edward melangkah keluar dan ketika Ali dan Fuad mengikuti mereka. Edward lalu menoleh ke arah mereka lalu menoleh kembali kepada Nizam.     

"Kau selalu dikawal.. Aku ingin berbicara privasi denganmu " Kata Edward dengan dingin.     

"Tidak ada acara privasi tanpa pengawalan mereka kecuali Aku sedang bercinta dengan Alena " kata Nizam dengan santai membuat Edward menjadi memerah.     

"Sialan, Kau tahu kalau Aku sudah tidak mencintai Alena. Tetapi kau tidak harus juga mengatakan sevulgar itu" Kata Edward sambil cemberut.     

"Ok fine... Aku minta maaf. Nah sekarang katakan kepadaku Apa masalahmu sehingga Aku melihat kau terlihat sedikit berantakan" Kata Nizam sambil duduk di depan taman. Dan pemandangan danau buatan di depan matanya tampak sangat indah ditemani temaram sinar bulan.     

"Aku tahu seusai wisuda Kalian akan segera pulang ke Azura dan Aku akan tetap tinggal di sini"     

"Sudah seharusnya seperti itu. Kau kan orang Amerika tidak akan mungkin tiba - tiba ikut pulang ke Azura karena kau tidak ada ikatan apapun dengan kami" Kata Nizam dengan wajah datar.     

'Kau tahu kalau Aku sudah tidak mencintai Alena lagi "      

" Aku tahu itu. Karena kalau sampai kau masih mencintai Alena, kau bukan manusia tapi lebih rendah dari binatang. Bukankah istrimu sedang dalam keadaan hamil tua dan akan segera melahirkan"     

"Ya.. Kau tidak perlu mengingatku sedetil itu. Aku hanya ingin memberitahukanmu. Walaupun Aku tidak mencintai Alena lagi tetapi Aku tidak akan tinggal diam kalau kau menyakitinya lagi." Edward berkata setenang salju. Ia seperti sedang  menarik kumis raja hutan di dalam sarangnya dan dikelilingi para kawan - kawan macannya. Ali dan Fuad yang berdiri disamping mereka tampak terkejut dan langsung saling berpandangan mata.     

Kedua pengawal Nizam ini tahu persis karakter Edward seperti apa. Edward adalah orang yang tidak pernah mengenal rasa takut bahkan kalau dibandingkan dengan Pangeran Abbash, Nyali Edward ini jauh lebih besar. Tidak ada orang yang senekad Edward di dalam mengejar orang yang dia cintai.     

Wajah Nizam membeku mendengar kata - kata Edward dan api cemburu mulai menyala perlahan merambati hati Nizam. Tapi Nizam masih terdiam dan berusaha memandamkan api yang telah membakar itu. Ia berusaha mencerna kata - kata Edward dengan kepala dingin.     

"Aku akan jauh dari kalian, tetapi percayalah Aku akan selalu memasang telinga untuk Alena." Edward berkata seakan - akan Nizam ini adalah tembok yang tidak berperasaan.     

"Cukup terakhir kali kemarin kau mencambuknya. Di istana kelak akan banyak orang yang mengancam keselamatannya, kalau kau sebagai suaminya malah menyakiti dia bagaimana dia akan bertahan hidup.."     

Tangan Nizam terkepal tetapi kemudian dilihatnya air mata Edward meleleh, tangan Nizam jadi bergerak kaku.     

"Kalian akan jauh dari jangkaunku, tetapi berilah ketenangan kepadaku. Aku tahu kalau Alena bukanlah hak ku. Aku bukan siapa - siapa dia. Tetapi mohon bermurah hatilah kepadaku. Aku sangat tersiksa ketika mendengar Alena tersakiti. Aku juga tidak ingin memiliki persaan ini. Aku tahu ini memalukan.     

Tetapi Aku tidak perduli,. Nizam kalau kau tidak suka dengan kata - kataku dan mau memukuliku sekarang. Aku tidak keberatan, Aku hanya ingin melepaskan kalian dengan tenang jika Kau berjanji tidak akan pernah menyakitinya lagi baik fisik maupun perasaannya" Kata Edward sambil menatap Nizam. Nizam mengerucutkan bibirnya.      

Nizam sudah kehilangan kata - kata. Bagi seorang petarung musuh yang paling ditakuti adalah bukan orang yang ahli bertarung tetapi petarung yang tidak takut mati. Ketika Edward berbicara seperti itu Ia sudah tidak takut akan akibatnya. Mau Nizam pukuli sampai mati juga tidak akan terpengaruh.     

"Percayalah Aku tidak mencintai Alena dan Aku saat ini sedang berusaha menerima istriku dan mencintainya dengan segenap hati. Tetapi bayangan Alena akan tersakiti di istanamu membuatku tidak dapat hidup dengan tenang. Aku selalu ketakutan membayangkan hal terburuk yang dapat terjadi di sana." Edward benar - benar sudah membuat Nizam jadi jengah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.