CINTA SEORANG PANGERAN

Aku Akan Mencakarmu Sampai Mati



Aku Akan Mencakarmu Sampai Mati

0Amar menatap Zarina yang mulai memejamkan matanya yang cantik. Ia tampak kelelahan karena Amar membuat tubuhnya menjadi tidak berdaya. Amar duduk dan belum melakukan gerakan apapun selain mengusap - ngusap bahu Zarina yang terbuka. Amar masih menimbang - nimbang apa yang harus dilakukannya. Kelihatannya Zarina masih belum tahu kalau Ia sebenarnya dalam ancaman bahaya.     
0

"Zarina..." Amar berbisik dengan lembut, Zarina membuka matanya dan Ia melihat wajah Amar yang sedang memerah panas.     

"Ada apa...? Aku lelah..." Kata Zarina      

"Aku ingin...."     

"Apa?"     

"Menyentuhmu.."     

" Sedari tadi Kau menyentuhku" Kata Zarina terheran - heran. Muka Amar menjadi terlihat konyol mendengar kata - kata Zarina. Ini orang selama hidup di dunia ngapain aja. Apa dia tidak pernah tau tentang bagaimana bercinta itu.     

"Bukan itu..." Amar tampak kaku, kikuk dan gagap     

"Terus apa ?" Zarina tetap masih tidak mengerti     

"Aku belum masuk.." Amar jadi merasa seperti orang gila karena Zarina yang telihat polos.     

"Tadi perasaan sudah masuk .." Kata Zarina mengerutkan keningnya. Dia kebingungan sendiri. Amar menggaruk - garuk kepalanya yang tidak gatal. Apa perlu dia tahu kalau yang masuk tadi itu jari. Amar jadi duduk kebingungan di samping tubuh Zarina yang malah membalikkan tubuhnya dan mulai tertidur.     

"Zarina..." Amar kembali memanggil istrinya dengan lembut.     

"Hmmm.." Zarina menjawab sambil tetap terpejam     

" Aku ingin bertanya..." Amar mulai berkata dengan hati - hati     

"Katakanlah.." Kata Zarina.     

"Kalau ada seseorang yang menyimpan hak orang lain kemudian orang itu mau mengambil haknya boleh tidak ?" Kata Amar akhirnya bertanya kepada Zarina.     

"Tentu saja boleh, Kau ini aneh sekali.." Kata Zarina sambil sedikit ngomel dengan pertanyaan suaminya yang aneh.     

"Kalau orang yang menyimpan haknya itu tidak mau memberikan miliknya, boleh atau tidak orang yang memiliki haknya itu memaksa?" Kata Amar lagi sambil tangannya sekarang bergerak di bawah mempersiapkan tubuh sensitifnya  sebelum  bergerak masuk.     

Zarina tiba - tiba membalikkan badannya membuat Amar dengan kaget menarik tangannya sendiri dan menghalangi tubuh bagian bawahnya dengan bantal agar Zarina tidak melihatnya.     

"Katanya Kamu Jendral besar ? Mengapa hal sekecil ini saja tidak tahu. Tentu saja kau boleh memaksanya.  Itukan hak orang lain" Kata Zarina sambil cemberut. Amar malah tersenyum lebar penuh kepuasan.     

"Di dalam tubuhmu ada hak Aku sebagai suamimu. Jadi Aku akan mengambilnya sekarang.." kata Amar sambil merangkul Zarina dan mulai menciuminya dengan buas. Zarina kaget mendapat serangan Amar tiba - tiba. Ia mulai meronta apalagi ketika kemudian ada benda aneh yang terasa menyentuhnya dengan keras. Menyentuh kulit pahanya. Zarina tiba - tiba merasakan firasat buruk.     

Zarina merasakan Amar menggigiti sekujur tubuhnya dan membuat Zarina mengerang kesakitan. Ia menahan kepala Amar dengan kedua tangannya dan mukanya pucat pasi. Perasaan tadi Ia mendapatkan sentuhan yang sangat lembut dari suaminya.     

Tubuh Zarina terkejang ketika Ia merasakan kedua kakinya dilebarkan oleh suaminya dan ketika mulutnya terbuka mau protes, Amar sudah membungkamnya dengan mulutnya. Zarina tidak bisa berkata apa - apa. Teriakannya tersekat di tenggorokannya. Matanya terbelalak lebar kedua kakinya langsung merapat ketika ada sesuatu yang mencoba menerobos masuk dengan penuh paksaan.     

Air mata Zarina langsung menetes di setiap sudut matanya ketika merasakan bahwa benda itu terus merangsakinya padahal tubuhnya menolak dengan keras. Zarina mulanya menggeliat kemudian Ia meronta dengan keras. Rasa sakit mulai terasa menjalar dari bagian tubuhnya yang paling tengah menuju seluruh urat syarafnya.     

Zarina berteriak histeris tetapi Amar masih membungkam mulutnya. Ia berkeringat dingin merasakan bahwa tubuhnya terasa sangat sulit untuk menerobos tubuh istrinya. Amar mulai menyadari mengapa malam pertama di Azura terasa mengerikan karena jangankan pihak wanitanya, Ia saja sebagai pihak laki -laki merasakan kesakitan yang hampir membuatnya berteriak. Tubuhnya terjepit kuat diantara tubuh istrinya. Mau memaksa juga sulit. Amar merintih dalam hatinya, Ia juga ingin berteriak tetapi Ia tidak mau istrinya berteriak.     

Amar merasakan tubuhnya gemetar ketika Ia kembali menghentak masuk. 'Mmmmm...." Amar mengerang sambil menahan tubuh Zarina yang melonjak ketika Ia menghentak. Rasa sakit yang Amar rasakan membuat Amar akhirnya tidak tahan untuk tidak merintih. Ia melepaskan ciumannya sambil langsung mendesis menahan sakit.     

"Aakh.. Zarina Aku kesakitan..." kata Amar sambil mengejang. Ia tidak berani menerobos lagi. Ia membeku merasakan rasa perih yang seakan mengelilingi tubuhnya. Ia bagaikan dihimpit diantara dinding batu karang. Mendengar Amar merintih, Zarina malah memekik histeris. Ia merasakan mulutnya yang terlepas dari mulut suaminya seakan mendapat pasokan oksigen secara tiba - tiba. Dia membuka mulutnya dengan tubuh mengejang.     

" Saakiiit...." Zarina berteriak sambil menatap suaminya. Ia seakan tidak percaya kalau Ia akan merasakan sakit seperti ini. Telapak kakinya menggesek permukaan tempat tidur, Ia menggigil di bawah tubuh suaminya lalu meratap minta dikasihani.     

"Demi Tuhan.. suamiku, tolong kasihani Aku. Lepaskan.. Aku tidak tahu kalau sakitnya seperti ini. Apa yang kau masukan ke dalam tubuhku ? Apakah sebatang kayu?" Zarina masih saja mengoceh membuat Amar hampir meledak tertawa diantara perih yang Ia rasakan.     

Dengan suara gemetar dan menahan tawa, Amar malah menghentakkan lagi tubuhnya ke depan membuat jeritan Zarina langsung melengking menerobos gendang telinga dua orang penjaga dan pelayan yang memang berjaga di depan kamar Zarina dan Amar. Amar adalah orang penting di Azura sehingga sama seperti kamar Arani. Kamar Amar juga harus dijaga pengawal dan pelayan.     

Para pengawal dan pelayan langsung saling berpandangan mata. Selama ini mereka tidak pernah mendengar keributan apapun di dalam kamar Jendral Amar dan Zarina. Mereka pikir semua berjalan lancar dan damai. Tetapi setelah tiga minggu berlalu ternyata suara jeritan itu baru terdengar.     

Bulu kuduk mereka langsung merinding terutama para pelayan wanita yang memang masih gadis. Mereka langsung menggigil ketakutan. Suara jeritan Zarina sudah sangat cukup menggambarkan kalau Zarina sedang merasakan rasa sakit yang begitu hebat.     

Zarina meronta dengan kuat. Kedua tangannya kini mulai mencakar pungung Amar dan menciptakan guratan pada punggung Amar. "Sssh.. " Mulut Amar langsung mendesis menahan perih. Untungnya kuku Zarina pendek - pendek. Ia adalah seseorang yang senang memasak. Jarang ada koki yang memiliki kuku panjang. Apalagi masakan India itu banyak yang diolah melalui tangan langsung. Ia tidak ingin kukunya kotor pada saat membuat adonan zalabi atau laddu. Jadi Zarina memilih memotong pendek kukunya. Dan berbeda dengan Alena dan Cynthia, Zarina ini malah mengoceh disamping berteriak dan menjerit.     

"A.. ku menyesal telah memotong kukuku. Tahu kau akan  menyakitiku seperti ini .. Adduuuh.. ouch.. Aakh..Aku akan memanjangkannya. Aku akan mencakarmu sampai mati.. Aduuh.. mengapa keras sekali di dalam. Apa Kau mau merobek tubuhku ? Lepaskan Aku tolong.. Amaar...Aargh.. Kau ini manusia bukannya Alien.. Kau mengerti bahasa manusiakah?  Lepaskan Aku.. Demi Tuhan.. cabut tubuhmu dari tubuhku.. AAAAKH..." Ocehan Zarina ditutup oleh jeritan histeris ketika Amar malah semakin mendesakkan tubuhnya ke depan dan membuat tubuhnya semakin dalam di dalam tubuh Zarina.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.