CINTA SEORANG PANGERAN

Menengok Zarina



Menengok Zarina

"Apa kau mendengar berita yang mengerikan pagi ini atau malam tadi?" Kata Alena sambil mengambil sebuah apel merah dan melahapnya sambil duduk di ranjang memperhatikan Cynthia yang menyusui sambil membuka katalog perhiasan.     

"Berita apa? Aku tidak mendengar berita apapun. Apa kau kesini sepagi ini untuk memberitahukan kepadaku tentang berita itu?" Kata Cynthia tampak tidak berminat. Ia melihat ketika Atha melepaskan p*ting dadanya tanda bahwa Atha sudah kenyang. Cynthia lalu mengangkat Atha dan menyimpan tubuhnya di dadanya dengan kepala bersandar di bahu kemudian menepuk punggungnya dengan lembut agar anaknya sendawa.     

"Yah.. begitulah. Aku ingin kita menengok Zarina sekarang untuk melihat, apakah Amar dapat menangani Zarina dengan baik atau tidak ? Jangan sampai seperti kejadian Arani. Sudah demam baru kita tahu. Kan kasihan" Kata Alena.     

"Kau benar - benar calon Ratu yang penuh perhatian. Tetapi Aku pikir Amar adalah seorang jendral yang terbiasa  menangani orang luka. Dia tidak akan sama dengan Nizam, suamiku dan Jonathan yang kebingungan menghadapi istrinya yang terluka." Kata Cynthia dengan santai.      

Alena mengambil Atha dari pangkuan Cynthia dan menggendongnya dengan lembut.      

"Aku tidak berpikir ke arah sana. Aku hanya khawatir saja, tadi malam Bastnah mengatakan kepadaku kalau Zarina terdengar sangat kesakitan. Aku hanya ingin memastikan kalau dia sudah mendapatkan tindakan yang benar" Kata Alena lagi.     

"Ya.. baiklah. Mari kita lihat ke sana.  Kau kan keras kepala tidak bisa diberitahukan secara verbal. Kau harus melihat buktinya langsung baru percaya" Kata Cynthia sambil mengambil Atha kemudian memanggil pengasuh bayinya. Seorang gadis tampak datang dari sebuah pintu penghubung antara kamar Atha dan kamar Cynthia lalu mengambil Atha dari tangan Cynthia.     

"Nah.. ayo kita pergi " kata Cynthia sambil berdiri. Alena ikut berdiri ketika kemudian dia melihat buku katalog perhiasan Cynthia.     

"Kamu mau membeli perhiasan Cynthia?" Tanya Alena sambil tidak memperdulikan katalog itu.     

"Iya.. pangeran Thalal mau membelikannya untukku karena kerja kerasku" kata Cynthia sambil menahan senyum.     

"Memangnya kamu kerja keras apaan?" Alena mengerutkan keningnya tidak mengerti dengan senyum Cynthia yang begitu  misterius.     

"Bukan hal yang penting, oh ya Kau tidak ingin melihat katalognya? Siapa tahu kau berminat membelinya juga?" kata Cynthia.     

"Dulu waktu aku belum menjadi istri Nizam dan ketika keuanganku terbatas yang ditransfer oleh ayahku. Aku begitu suka membeli barang - barang bagus yang bermerk. Sepatu, tas, pakaian dan perhiasan. Tetapi sekarang setelah aku menjadi istri Nizam dan begitu banyak perhiasan, tas dan pakaian yang diberikan kepadaku. Aku menjadi tidak tertarik lagi. Aku hanya membeli apabila aku memerlukan saja." Kata Alena dengan perlahan.     

"Kau saat ini di Amerika Alena. kau belum mendapatkan tugas kenegaraan dari kerajaan. Tetapi kelak jika kau sudah pulang ke Azura maka akan banyak acara di dalam dan di luar negeri yang harus kau hadiri berkaitan dengan pekerjaan politik, kesehatan, sosial, agama, adat dan budaya. Kau memerlukan penampilan yang baik dimata masyarakat. Menurutku sekarang malah saatnya kau harus mengkoleksi banyak tas, sepatu dan pakaian serta perhiasan" Cynthia berkata kepada Alena.     

"Tapi mengapa ?" Kata Alena masih tidak mengerti.     

"Kau adalah nanti seorang public figure dimana semua mata akan menatapmu untuk memperhatikan apapun yang kau lakukan dan apapun yang kau kerjakan. Menjadi public figure tidak mudah. Ketika kau berpakaian terlalu mewah dan berlebih - lebihan maka kau akan dicap sebagai seseorang yang boros, ratu yang suka kemewahan dan menghambur - hamburkan uang rakyat. Tetapi kalau kau berpakaian terlalu sederhana juga akan menjadi salah.     

Karena kau nanti akan dicap sebagai ratu yang tidak memperhatikan penampilan. Ratu yang tidak layak bersanding dengan Raja Nizam yang begitu tampan. Kau akan dianggap memalukan bagi kerajaan.     

Kau juga tidak bisa berpenampilan dengan gaya yang terlalu mengikuti perkembangan Zaman karena mungkin kau akan dianggap orang yang sudah menjadi korban mode" Kata Cynthia panjang lebar menasehati Alena.     

"Jadi Aku harus bagaimana?" Kata Alena dengan kening berkerut.     

"Pelajarilah seluruh gaya berpakaian wanita Azura dengan berbagai macam adat kebiasaannya yang baik dan sesuai menurutmu. Tampillah selalu rapih dan elegan dan tidak norak. Koleksilah berbagai macam perhiasan yang tidak terlalu mewah tetapi mampu menampilkan karaktermu sebagai seorang ratu. Sesekali boleh memakai pakaian yang sedang up to date tetapi hendaknya selalu menyesuaikan dengan norma agama" Cynthia menasehati Alena dengan panjang lebar membuat Alena menganggukan kepalanya.     

"Aku perhatikan sekarang Kau juga terlihat lebih modis" kata Alena terhadap Cynthia. dan Cynthia tersenyum.      

"Aku menyesuaikan penampilanku dengan suamiku. Aku tidak mau mempermalukan dia. Jadi Aku berusaha mengimbanginya tidak tetap tanpa berlebih -lebihan" Cynthia menjawab pernyataan Alena. Karena memang sebenarnya dibalik semua penampilannya yang sekarang sangat berbeda dengan dulu ketika Ia masih menjadi mahasiswa dengan keuangan yang sangat terbatas.      

Cynthia hanya bisa mengenakan pakaian jenis murahan yang harganya terjangkau oleh keuangannya. Ia juga tidak memiliki perhiasan apapun termasuk tas dan sepatu bermerk. Sekarang suaminya banyak membelikan dia pakaian, sepatu, tas dan perhiasan. Bahkan suaminya sengaja meminta perusahaan perhiasan Tiffany untuk mengirimkan katalog terbarunya setiap katalog itu terbit.     

Suaminya sangat memahami kalau Ia bukan putra mahkota dan istrinya bukan calon ratu. Alena sebagai calon ratu Ia memang memiliki fasilitas untuk menjaga penampilannya. Sedangkan Cynthia hanyalah istri dari pangeran biasa yang memiliki fasilitas standar istri pangeran. Tetapi Pangeran Thalal tidak ingin ketika istrinya bersanding dengan Alena mereka jadi terlihat seperti pelayan dan majikan. Itulah sebabnya Pangeran Thalal berusaha membelikan Cynthia banyak pakaian, tas, sepatu dan perhiasan. Walaupun sebenarnya untuk kalangan rakyat jelata itu adalah suatu kemewahan tapi bagi kalangan keluarga kerajaan hal itu dipandang sebagai sesuatu yang biasa saja.     

Mereka berbincang - bincang sambil berjalan menuju kamar Zarina dan ketika mereka sudah sampai ke depan kamarnya. Mereka melihat beberapa pelayan sudah berjajar di depan pintu kamar Zarina. Cynthia kemudian bertanya kepada salah satu dari mereka. Apakah Zarina dan Amar sudah bangun atau belum. Tetapi para pelayan itu menjawab belum. Alena dan Cynthia tidak berani mengetuk pintu sehingga akhirnya mereka memutuskan untuk duduk di sebuah meja di taman dan  menikmati beberapa kudapan ringan dari dapur pribadi Amar dan Zarina.     

Sementara itu di dalam kamar. Zarina baru membuka matanya dan Ia melihat Amar sedang duduk disampingnya, bersender pada tepian sandaran ranjang dan meminum minuman ringan dalam botol. Ia sebenarnya ada janji dengan Arani mau berdiskusi tentang pemantauan lapangan tempat wisuda tetapi Ia tidak mau pergi sampai Zarina terbangun. Ia tidak mau pas Zarina terbangun Ia berteriak - teriak histeris.     

Zarina mengerang ketika Ia membuka matanya. Kepalanya terasa pusing dan ketika Ia menggerakan kakinya Ia merasakan ngilu pada sekujur tubuhnya. Sehingga kemudian Zarina merintih kesakitan. Amar langsung mengusap kepalanya.      

"Saakiiit..." Kata Zarina sambil berurai air mata. Amar menatapnya penuh dengan rasa iba. Ia kemudian menggerakkan tangannya dan  menekan beberapa titik akupuntur Zarina.  Zarina merasakan tubuhnya kebas tetapi Ia jadi tidak bisa menggerakkan kakinya.     

Zarina menatap Amar dengan berlinang air mata membuat hati Amar jadi merasa tersayat sembilu,     

"Maafkan Aku. Aku telah menyakitimu" Kata Amar sambil memeluk Zarina. Zarina balas menatap wajah suaminya yang teringat kemudian kalau Ia telah mencaci maki suaminya semalam dan bahkan Ia masih ingat kalau Ia memanggil suaminya dengan panggilan setan.     

"Maafkan Aku Amar, Aku memanggilmu dengan sebutan setan tadi malam" Kata Zarina sambil tersipu - sipu malu.     

Amar lega sekali melihat Zarina tidak marah. Dengan penuh rasa haru Ia memeluk istrinya dengan erat. " Terima kasih tidak marah kepadaku. Maafkan Aku Zarina. Kau memang berhak memanggilku setan. Aku memang seperti setan. Maafkan Aku telah menyakitimu. Apakah kau mau memaafkanku?" Kata Amar sambil tersenyum.     

Zarina menganggukkan kepalanya, walaupun kemudian Zarina bertanya lagi.     

"Mengapa Kau tidak berhenti menyakitiku padahal Aku sudah berteriak - teriak kesakitan?" tanya Zarina dengan tatapan mata yang bening. Wajah Amar malah memerah merona lalu berbisik,"karena rasanya luar biasa. Sehingga Aku tidak bisa mengontrol diriku lagi" Kata Amar. Zarina lalu memukul bahu Amar dengan kesal.     

"Dasar Kau keterlaluan.." Kata Zarina sambil meringis karena Ia merasakan pinggangnya kini terasa sakit.     

"Ayo Aku bopong ke kamar mandi. Aku berani bertaruh di luar sana pasti sudah banyak orang yang akan menjengukmu" kata Amar sambil membopong istrinya.     

"Hah? Siapa? Untuk apa di tengok?" kata Zarina kaget.     

"Yang Mulia Putri Alena pasti sudah ada di depan. Semalam ada Bastnah kalau Bastnah sudah tahu tidak mungkin Yang Mulia Putri Alena tidak tahu" Kata Amar sambil menahan senyumnya. Ia harus mempersiapkan dirinya sendiri menghadapi celotehan Calon ratunya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.