CINTA SEORANG PANGERAN

Strategi Amar ( 2 )



Strategi Amar ( 2 )

0" Pengamanan kedua adalah Aku harus fokus kepada yang Mulia Putri Alena. Bila perlu Aku akan memaksa untuk ada dikursi belakang dia. Dan karena nanti para wisudawan itu akan duduk khusus terpisah dari tamu yang lain maka Aku akan menyamar menjadi salah satu wisudawan untuk bisa duduk di belakang Yang Mulia"     
0

"Bagaimana caranya Kau bisa duduk di belakang kursi yang Mulia Putri. Bukankah semua kursinya akan diberi nomor sesuai dengan jumlah wisudawan?" kata Arani.     

"Tidak ada yang bisa menolak uang. Aku sudah mengatur sedemikian rupa agar kursi barisan di belakang Yang Mulia dilebihkan satu "     

"Kau bermain dengan uang?"     

"Tentu saja.. tidak ada yang bisa menolak kekuatan uang apalagi Aku juga mendapat bantuan dari orang yang memiliki akses di kampus itu"     

Arani menganggukkan kepalanya dengan kagum kepada Amar. Inilah kelebihan Amar dibandingkan dengan yang lain. Bukan saja Ia memiliki kemampuan berstrategi setara dengan Nizam tetapi Ia juga ditunjang dengan kemampuan lapangannya.     

"Sejak kapan Kau memiliki akses dengan pegawai kampus Yang Mulia?" Kata Arani keheranan karena untuk menjalin suatu kemitraan dengan orang - orang kampus sebesar Universitas " The Great" Tidaklah mudah.     

"Aku sudah mengaturnya setahun yang lalu bersama Imran. Putra Mahkota kita kuliah di kampus itu sangat mustahil bagiku untuk tidak menyimpan beberapa orang di kampus itu termasuk menjalin relasi dengan mereka"     

"Bagus sekali Amar, Kau memang jendral yang sangat luar biasa. Jadi Aku bersama Jonathan, Kau bersama Yang Mulia Putri Alena kemudian siapa yang menjaga Yang Mulia Putri Cynthia dan Pangeran Nizam ?" Kata Arani bertanya kepada Amar untuk memastikan strateginya     

"Tentu saja Pangeran Nizam akan menjaga dirinya sendiri dan Yang Mulia Putri Cynthia. Lagipula kita tidak bisa menyusup ke barisan wisudawan lulusan terbaik. Jumlahnya sangat terbatas dan terlalu mencolok kalau kita ada dideretan mereka. Berbeda dengan total keseluruhan wisudawan. Nyelip satu atau dua orang di antara mereka tidak akan terlalu terlihat" Kata Amar sambil kemudian meminum kopi yang diberikan pelayan.     

"Kau baru memberikan detail strategimu sekarang. Mengapa tidak dari kemarin?" Kata Arani     

"Itu karena Aku baru menerima laporan tindak tanduk Pangeran Bari dari mata - mataku. Sebelumnya Aku baru mengira - ngira saja belum pasti. Aku tidak mau membuat strategi yang belum pasti sampai menakuti Yang Mulia Putri Alena. Jadi besok Aku juga akan diam - diam duduk dibelakangnya. Syukur - syukur kalau dia tidak menyadarinya. "     

"Tentu saja harus seperti itu karena kalau sampai yang Mulia tahu maka kau akan habis ditanyai oleh Yang Mulia" kata Arani sambil tertawa lagi.     

"Kalau sekedar ditanyai mungkin tidak seberapa, yang jadi masalah adalah kalau Aku disuruh pergi. Bukankah kita tahu kalau Yang Mulia Putri Alena adalah orang yang tidak mengenal takut." kata Amar sambil ikut tertawa.     

"Oh ya Amar, Aku sebenarnya menjadi penasaran. Kalau benar Pangeran Barry ini akan melakukan suatu penyerangan pada saat wisuda. Apakah ada orang di Amerika yang telah membantunya. Bukankah Kau tadi mengatakan bahwa tidak mudah menjalin kemitraan dalam waktu yang singkat." Arani menjadi penasaran.     

" Tentu saja seperti itu. Tidak akan ada suatu penyerangan kalau tidak ada orang dalam yang membantu. Apalagi kalau sebenarnya penyerangan ini berdasarkan balas dendam dari kelakuanmu saat menghajar adiknya. Bukankah waktunya teramat pendek untuk mencari sekutu di dalam kampus?"     

'Kau benar sekali Amar " Kata Arani sambil menganggukan kepalanya.     

"Jadi Aku pikir Pangeran ini mestilah memiliki seseorang yang berada di belakangnya. Dan orang ini haruslah orang yang memiliki jabatan tinggi yang bisa memiliki akses kemanapun Ia mau" Kata Amar.     

Arani tersenyum mendengar kata - kata Amar.     

"Kau pasti tidak tahu siapa kira - kira orang itu?" Kata Arani kali ini Ia merasa menang karena lebih tahu dari Amar.     

Amar menggelengkan kepalanya sambil mengangkat bahunya.     

"Kau lebih lama tinggal di Amerika mengikuti Yang Mulia Pangeran Nizam. Tentunya kau lebih tahu siapa orang itu  kira - kira. Yang pasti orang itu Aku pikir haruslah memiliki misi yang sama dengan Pangeran Barry yaitu ingin menghancurkan Yang Mulia Pangeran Nizam.     

Karena kalau hanya sekedar mendapatkan imbalan berupa harta orang itu tidak mungkin memiliki kedudukan yang tinggi. Bukankah orang yang berkedudukan tinggi biasanya tidak terlalu mau berurusan dengan  imbalan berupa harta." Lagi - lagi analisa Amar membuat kagum Arani.     

"Kau benar - benar mirip dengan Yang Mulia Nizam dalam berpikirnya. Hanya saja Kau tidak semahir Yang Mulia Nizam dalam berkata - kata. Kau hanya sama dalam pemikirannya saja"     

'Iya Aku tahu itu. Terima kasih atas pujiannya. Cepat beritahukan kepadaku. Siapa kira - kira orang yang membantu Pangeran Barry" Amar terlihat tidak sabar.     

"Aku sendiri masih belum yakin tetapi tujuh puluh lima persen kemungkinan orang yang membantu Pangeran Barry ini adalah ayahnya  Edward. Mr. Anderson. Dia adalah seorang senator "Kata Arani     

"Tetapi mengapa kau berpikir ke arah sana. Bukankah Edward ini teman dari Yang Mulia Pangeran Nizam?" Amar mengerutkan keningnya tanda tidak mengerti.     

"Ya... begitulah.. Kau tidak tahu kalau Edward sangat terpukul dengan kegagalan cintanya kepada Yang Mulia putri Alena. Edward hampir gila karena cintanya yang tidak terbalas. Kau bayangkan saja putra satu - satunya menderita seperti itu. Siapa yang tidak marah. Jadi Aku yakin kalau Ia mendendam pada Yang Mulia pangeran Nizam" kata Arani lagi.     

"Aku pikir tidak segampang itu amarah Mr. Anderson terbentuk. Pasti ada sesuatu yang lain. Bukankah Edward sudah menikah dengan Lila. Dan mereka akan menantikan kelahiran anak mereka. Jadi apalagi yang harus membuatnya marah?" Kata Amar masih bingung.     

"Itulah Amar, Ini berkaitan dengan naluriku sebagai wanita. Aku pikir sampai sekarang Edward masih mencintai yang Mulia Putri Alena tetapi Edward menyembunyikan. Hanya saja firasat sebagai orang tua biasanya lebih kuat dibandingkan dengan kebohongan yang dibuat oleh anaknya.     

Kau perhatikan saja nanti kalau Edward bertemu dengan Yang Mulia Putri Alena. Ada sorot mata yang begitu dalam yang Ia coba sembunyikan dari tatapannya kepada Putri Alena. Dia tidak akan pernah bisa melupakan rasa cintanya kepada Yang Mulia Putri Alena sampai kapanpun" kata Arani.     

Tetapi mendengar perkataan Arani, Amar malah menjadi teringat tentang istrinya yang begitu mencintai Pangeran Thalal.     

"Arani.. kau tahu kalau Zarina sangat mencintai Yang Mulia Pangeran Thalal. Apakah kau pikir dia juga tidak akan dapat melupakan cintanya kepada Yang Mulia Pangeran Thalal?" Amar mendadak jadi muram.     

Arani menepuk pundak Amar mencoba menenangkan temannya. " Kau  jangan khawatir, Perempuan itu tidak sama dengan laki - laki. Biasanya Ia akan dapat cepat melupakan rasa cintanya kepada pria lain asalkan  suaminya memperlakukan dia dengan baik. Memberikan kasih sayang dan cinta yang Ia butuhkan.     

"Tapi Arani. Aku dengar suamimu juga dulu mencintai Yang Mulia Putri Alena. Apa kau tidak takut dia akan sama seperti Edward " Kata Amar jadi ingin tahu pendapat Arani tentang Jonathan.     

Arani malah tersenyum antara ada dan tiada. "Aku tahu itu. Sulit bagi Nathan untuk melupakan rasa cintanya juga. Tetapi dia tidak semelankolis Edward. Mahasiswa Sastra itu berbeda dengan Mahasiswa hukum. Secara materi yang mereka pelajari ada dua sisi yang bertolak belakang.     

Ketika mahasiswa sastra mempelajari kata - kata puitis mungkin suamiku sebagai mahasiswa hukum malah mempelajari tentang undang - undang. Sehingga walaupun kadar cinta mereka sama tetapi yang satu terpupuk dan yang satunya lagi terlantar. Tumbuhnya pasti berbeda.     

Lagipula kupikir Nathan ini tidak akan pernah sempat memikirkan wanita lain" Kata Arani sambil tersenyum tipis. Bagaimana bisa suaminya memikirkan wanita lain kalau tiap malam suaminya itu harus bersusah payah mencucurkan keringat untuknya. Otak dan tenaganya terlalu lelah untuk memikirkan Putri Alena.      

" Tentu saja Jonathan tidak akan pernah memikirkan wanita lain karena Ia takut padamu. Siapa yang berani menghianati singa betina dari Azura kecuali dia cari mati" Kata Amar menduga - duga . Arani malah tersenyum misterius karena dugaan dari Amar adalah salah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.