CINTA SEORANG PANGERAN

Kiriman Dari Indonesia



Kiriman Dari Indonesia

0Alena melihat Amar yang pergi meninggalkan ruangannya dengan tergesa - gesa menjadi terheran - heran.     
0

"Ada apa dengan dia ? Mengapa dia melihatku seperti melihat hantu?" Kata Alena sambil menggelengkan kepalanya.      

"Tentu saja dia lari karena kau memang mirip hantu. Kau menakuti orang dengan komentar dan pertanyaanmu." Kata Cynthia      

"Memangnya Aku kenapa? Aku hanya bertanya apakah dia di bawah standar orang - orang Azura "     

" Itu pertanyaan memalukan untuk seorang laki - laki. Mana ada laki - laki yang mengakui kalau miliknya di bawah standar orang lain. Please Alena jangan terlalu pusing dengan urusan remeh temeh seperti itu"     

" Remeh temeh apa maksudmu ? Ini menyangkut stabilitas keamanan dalam rumah tangga. Jangan dipandang hal yang begitu tabu untuk dibicarakan. Ini menyangkut keharmonisan dalam rumah tangga. Banyak yang mentabukan sehingga para remaja jadi salah mencari informasi dan akhirnya mereka terjerumus ke dalam pergaulan yang tidak benar.     

Kau tahu apa yang dilakukan suamiku karena ketidak tahuannya. Ia membuatku menderita lahir dan batin. Jadi  hal ini tidak boleh dianggap remeh temeh." kata Alena membuat Cynthia jadi terdiam karena memang apa yang dikatakan Alena benar.     

"Yang Mulia mohon izin hamba berbicara" kata Zarina sambil turun dari tempat tidur dan berjalan ke arah Cynthia dan Alena. Melihat Zarina berjalan dengan santai membuat mereka berdua ternganga.     

Cynthia bahkan melirik ke arah Alena dan berbisik. "Aku sekarang percaya dengan kata - katamu Alena. Kalau Amar ini memang benar di bawah standar pria Azura lainnya atau mereka memang semalam tidak melakukan apa - apa. kau lihat dia berjalan santai begitu. Ingat ga kita dulu seminggu saja masih tidak bisa berjalan dengan benar" kata Cynthia. Alena langsung ikut memperhatikan Zarina dengan tatapan menyelidik.     

Melihat tingkah dua orang putri di depannya yang menatapnya keheranan akhirnya Zarina berbicara dengan lembut.     

"Yang Mulia, Hamba baik - baik saja karena Amar menggunakan teknik akupuntur untuk mengurangi rasa sakit yang hamba derita" Kata Zarina sambil kemudian melaporkan kepada Alena dan Cynthia segala sesuatu dengan detail tetapi tetap dalam batasan kesopanan.      

Setelah mendengarkan penjelasan Zarina, Alena tertawa dengan Cynthia lalu Alena berkata, " Ternyata suami kita itu tidak ada apa - apanya dibandingkan Amar. Si Nizam itu lulusan terbaik kampus the Great tetapi dia sama sekali bodoh. Heran Aku.." Alena ngomel - ngomel.     

"Suamiku apalagi. Udah tahu kakaknya bodoh tentang begituan malah minta nasehatnya. Sialan Aku juga sama parahnya denganmu waktu itu." kata Cynthia sama mengomelnya.     

"Mungkin suamimu itu nanti harus memberikan nasehat dan mengajarkan teknik akupuntur kepada setiap dokter yang bertugas menangani masalah ini " Kata Alena sambil tersenyum simpul dan Cynthia mengangguk setuju.      

Akhirnya mereka kemudian berbincang - bincang dengan santai. Zarina tampak berbahagia dan Cynthia melihatnya dengan perasaan lega. Agaknya suaminya tidak ada lagi di hati Zarina. Ketika mereka asyik berbincang - bincang seorang pelayan tampak mengetuk pintu kamar Zarina dan Zarina segera membukanya.     

"Yang Mulia.. ada kiriman dari Indonesia" Kata pelayan itu. Alena mengerutkan keningnya.     

"Kiriman dari Indonesia ?? Memangnya apa ?" Alena berguman karena dia tidak merasa memesan apapun dari Indonesia.     

"Katanya kebaya, hamba juga tidak tahu apa itu tetapi ada banyak kotak hamba sampai kebingungan menyimpannya sehingga hamba biarkan saja  ada di depan pintu. Hamba belum berani membawanya masuk.     

Alena hampir meloncat mendengar kata - kata si pelayan. Kebaya?? bukankah Ia belum memesan kebaya karena katalognya di robek Nizam. Lalu siapa yang memesan kebaya terus mengapa sampai ada banyak kotak.  Memangnya ada berapa kotak? Alena lalu pergi ingin melihat kotak - kotak tersebut. Cynthia segera mengikuti keluar sambil menuntun Zarina.     

"Ayo Zarina ikut keluar " Kata Cynthia. Zarina menganggukkan kepalanya dan mengikuti Cynthia pergi keluar. Begitu Zarina keluar dari pintu semua mata memandang ke arahnya. Mereka tampak sangat ingin tahu kondisi Zarina setelah malam tadi jeritannya begitu memekakkan telinga. Tetapi mereka terheran - heran melihat Zarina berjalan dengan santai seakan tidak ada kejadian apapun tadi malam. Tetapi mereka tidak berani berbisik - bisik takut kena marah Alena.     

Alena tidak dapat menahan langkahnya karena tidak sabar. Ia bahkan berlari - lari kecil dan hampir menabrak Nizam dan Pangeran Thalal yang baru keluar dari ruang kerja Nizam.      

"Ada apa Alena ?" kata Nizam sambil memegang bahu istrinya.     

"Itu.. ada kiriman kebaya dari Indonesia. Aku heran siapa yang memesan ? Bukankah katalognya kau robek" Kata Alena sambil berusaha melepaskan pegangan tangan Nizam di bahunya. Tetapi kemudian Alena tertegun lalu menatap Nizam.     

"Apakah Kau yang memesannya?" Kata Alena. Nizam tersenyum manis , " Tentu saja, Aku yang memesannya. Lalu siapa lagi. Aku memesannya sebagai permintaan maaf karena katalogmu Aku robek"      

" Oh.. Nizam itu sangat luar biasa. Kau memang suami yang paling baik walaupun tidak sebaik Amar" Kata Alena sambil merangkul Nizam. Nizam mengerutkan keningnya tidak mengerti.     

"Mengapa Aku tidak sebaik Amar ? Apa maksudmu ? " kata Nizam tambah kebingungan.     

"Coba lihat ke Zarina " Kata Alena sambil menunjuk Zarina dan Cynthia beserta para pelayan dan penjaga yang berjalan menuju mereka. Nizam menatap Zarina dengan tajam. Ia melihat Zarina yang melangkah dengan anggun seakan tidak pernah ada sesuatu yang terjadi tadi malam. Bukankah semalam dan Amar melakukan malam pertamanya. Tetapi mengapa Zarina seperti tidak merasakan kesakitan. Bukankah Pelayan melaporkan bahwa semalaman Zarina berteriak - teriak.     

"Kamu pasti heran yah.. melihat Zarina berjalan normal. Aku dan Cynthia bisa berjalan normal setelah seminggu lebih. Dia hanya dalam waktu semalam sudah normal lagi." Bisik Alena. Nizam mengangguk setuju dengan wajah keheranan. Sementara itu Pangeran Thalal yang tidak tahu apa - apa cuma terdiam saja melihat ke arah Zarina dan istrinya yang sedang berjalan. Pangeran Thalal dalam hatinya diam - diam mengakui kalau Zarina semakin cantik.     

"Amar menggunakan teknik Akupuntur untuk menghilangkan kesakitannya. Ia mendampingi Zarina di saat Zarina kesakitan dan bukannya kabur menghilang dari sisiku " kata Alena sambil cemberut. Nizam hanya membelalakkan matanya.     

Sebenarnya Nizam tahu juga teknik akupuntur tetapi waktu itu ia sangat panik melihat Alena tergeletak dengan darah yang mengalir. Mana Ia tahu kalau teknik itu bisa digunakan untuk menghilangkan rasa sakit.      

"Ya Tuhan.. Alena. Aku sungguh menyesal telah berlaku bodoh dan tidak seperti Amar. Waktu itu Aku panik. " Kata Nizam sambil menyeringai dengan penuh penyesalan. Alena mencubit perut Nizam dengan sebal.      

"Dasar Kau.." Kata Alena sambil kemudian tertawa.      

Ketika rombongan semakin mendekat semua langsung membungkukkan badan memberikan hormat kepada Nizam dan Pangeran Thalal.     

Nizam tersenyum dan menganggukan kepalanya kepada rombongan itu dan kemudian menatap Zarina dan berkata, " Selamat Zarina.." kata Nizam     

"Te.. terima kasih Yang Mulia.." Kata Zarina sambil tersipu - sipu malu. Cynthia berusaha memperhatikan gesture tubuh Zarina kepada suaminya. Dan Cynthia benar - benar bernafas lega. karena Zarina kemudian menganggukan kepalanya kepada Pangeran Thalal dengan sikap yang sewajarnya. Akhirnya kisah cinta Zarina kepada Pangeran Thalal benar - benar terkikis habis. Pangeran Thalal juga merasa senang melihat Zarina dapat bersikap sewajarnya kepada dia.     

"Nizam kau memesan berapa banyak kebaya ? Kata pelayan ada banyak kotak - kotak kebaya di luar sana" Kata Alena kepada Nizam.     

"Aku tidak tahu yang mana kebaya pilihanmu sehingga Aku meminta kepada butik itu untuk mengirimkan semua koleksi kebaya muslimnya kepadaku" Kata Nizam dengan muka datar.     

"Ya Alloh Nizam..  kau keterlaluan. Pemborosan sekali " kata Alena sambil menggelengkan kepalanya. Sudah terbayang ada berapa banyak kebaya yang dipesan Nizam.     

"Tidak apa - apa, Kau bisa bagikan kesiapapun yang kau sukai. Yang penting kau bahagia" kata Nizam membuat Alena menjadi tersipu - sipu malu.     

"Aku menarik lagi ucapan bahwa Amar lebih baik darimu. Bagiku kau adalah suami yang terbaik di muka bumi ini" Kata Alena sambil memeluk Nizam dan mengecup pipinya. Semua orang langsung memalingkan mukanya menghindari adegan romantis yang manis itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.