CINTA SEORANG PANGERAN

Perbincangan antara Pangeran Abbash dan Pangeran Barry



Perbincangan antara Pangeran Abbash dan Pangeran Barry

0Pangeran Barry tampak berdiri disamping adiknya Pangeran Abbash yang sudah mulai tersadar. Suasana di dalam kamar tampak sejuk karena musim semi baru saja mulai. Besok ada hari wisuda Pangeran Nizam dan yang lainnya. Pangeran Barry menatap wajah tampan yang tampak sangat alum. Matanya yang indah dan sedikit sayu itu tampak menerawang. Ia sedang dalam masa penyembuhan.      
0

Pangeran Barry merasa bahwa adiknya ini seperti kucing yang memiliki nyawa sembilan. Ia sudah berkali - kali di hajar dan disiksa orang tetapi masih saja selamat. Waktu Ia dipukul oleh Kakaknya Jonathan kepalanya berlumuran darah dan mendapat beberapa jahitan. Kemudian dia juga pernah dihajar oleh Imran yang terparah oleh Amar sampai Ia harus menerjunkan dirinya sendiri ke dalam aliran sungai di Korea. Sekarang Ia juga baru lolos dari kematian karena di hajar oleh Arani.     

Selama Ia mengenal adiknya belum pernah Ia melihat wajah adiknya yang begitu pucat, muram dan putus asa. Adiknya yang selama ini selalu bertindak santai dalam menghadapi apapun membuat Pangeran Barry menjadi was – was dan bertanya – tanya.     

"Mengapa kau begitu berbeda. Apakah kau sangat marah karena Zarina tidak jadi menikah denganmu " Kata Pangeran Barry sambil duduk di tepi tempat tidur Pangeran Abbash. Pangeran Abbash menggelengkan kepalanya.     

"Apakah Kau sangat mendendam kepada Arani dan ingin membunuhnya karena Ia sudah memukulimu sedemikian rupa" Kata Pangeran Barry lagi. Matanya terus menatap wajah adiknya. Ketampanan adiknya yang begitu luar biasa, yang selalu membuat seluruh pangeran di kerajaan Zamron iri kepadanya termasuk dirinya juga.     

Pangeran Abbash kembali menggelengkan kepalanya, Ia menggigit bibirnya yang merah dan berusaha bernafas lega walaupun dadanya masih terasa sakit.     

"Lantas apa yang membuatmu bertingkah aneh seperti ini. Kau seperti anak gadis yang ditinggal mati kekasihnya" Kata Pangeran Barry sangat kesal.     

Pangeran Abbash malah membalikkan tubuhnya sambil cemberut, sifat manjanya muncul lagi.     

"Aku.. " Perkataan Pangeran Abbash mau bicara tetapi kemudian perkataannya tertelan di tenggorokannya. Ia tidak bisa mengatakan kalau Ia sedang jatuh cinta pada Alena karena bukankah Kakaknya sendiri berniat akan menjadikan Alena istrinya.     

"Panggilkan Amrita kemari " Kata Pangeran Abbash kepada kakaknya.     

"Oh ya ? Apakah kau sebenarnya ingin menikah dengan Amrita ? Akan kunikahkan sekarang juga" Kata Pangeran Barry. Ia seperti menemukan ide yang cemerlang. Bukankah sudah rahasia umum kalau adiknya dengan anak perdana menteri kerajaan Zamron itu ada hubungan romantis yang terselebung.     

Sudah berkali – kali Amrita ini dilamar oleh pangeran dari kerajaan Zamron bahkan dari kerajaan luar karena kecantikannya yang hampir menyaingi putri Rheina. Tetapi Amrita selalu menolak dan lengket dengan Pangeran Abbash.     

Pangeran Abbash sendiri sebenarnya sudah diminta oleh Ayahnya untuk melamar Amrita tetapi Pangeran Abbash selalu berdalih kalau Ia tidak mencintai Amrita dan hanya ingin berteman dengannya. Itu sungguh membuat ayahnya menjadi pusing. Ayahnya sudah malu pada Perdana menterinya karena tak kunjung ada lamaran dari pihak kerajaan kepada anaknya tetapi anaknya malah terus bersama Pangeran Abbash.     

"Aku bukannya ingin menikahi Amrita. Aku hanya ingin berbicara dengannya" Kata Pangeran Abbash     

"Kau ini terus menerus bersama dengan anak orang tetapi tidak menikahinya. Itu tidak beretika " Kata Pangeran Barry mulai memberikan nasihat.     

"Lha.. Kakak sendiri menginginkan istri orang lain itu bagaimana? Apa itu disebut beretika?" Pangeran Abbash malah membalikan perkataan Pangeran Barry.     

"Kakak tidak ingin berzinah dengannya tetapi ingin merebut dan menikahinya dengan cara terhormat" Kata Pangeran Barry lagi.     

" Cara terhormat bagaimana Kakak.  Apakah kakak yakin Putri Alena akan mencintai Kakak. Putri itu sangat mencintai Pangeran Nizam. Walaupun banyak sekali yang menginginkannya tetapi dia tetap mencintai Pangeran Nizam"     

"Itu karena dia belum menemukan orang yang seimbang dengan Nizam. Aku ini sama – sama pangeran dan wajahku tidak terlalu jauh tampannya dengan Pangeran Nizam. Bahkan Aku lebih putih dari dia dan lebih lembut. Aku berjanji tidak akan menyakiti dia seperti Nizam sering menyakitinya. Aku akan memperlakukan dia dengan penuh rasa cinta" Pangeran Barry berkata sambil membayangkan Alena dalam pelukannya membuat Pangeran Abbash menjadi mual.     

"Kakak ini sudah memiliki banyak istri di Harem, mengapa Kakak masih menginginkan wanita lain. Apa wanita di harem tidak cukup untuk kakak?" Kata Pangeran Abbash     

"Aku tidak mencintai mereka semua. Aku menginginkan wanita itu. Kau tahu ? Ketika Adik kita disia –siakan oleh Pangeran Nizam gara – gara wanita itu maka timbul perasaan benciku kepadanya. Aku sangat ingin membunuh Putri Alena agar adik kita bisa dicintai oleh Pangeran Nizam. Tetapi kemudian Aku baru menyadari bahwa istri Pangeran Nizam ternyata sangat istimewa dan dia seperti wanita yang diramalkan oleh para tetua dulu."     

"Aku tahu itu semua. Jadi sebenarnya Kakak tidaklah mencintai Putri Alena dengan tulus. Kakak menginginkannya hanya karena Kakak percaya bahwa dia adalah wanita yang dimaksud dalam ramalan para tetua"     

"Hmmm... baiklah mungkin kau benar. Kalau Aku memang tidak mencintainya tetapi apalah perduliku yang penting Aku bisa menjadikannya istriku"     

"Apa Kakak akan menjadikan dia Ratu? Bukankah itu tidak dibenarkan. Untuk menjadi seorang ratu haruslah istri yang berasal dari gadis dan bukannya bekas orang lain atau janda" Kata Pangeran Abbash mengingatkan kakaknya     

"Aku tahu itu makanya Aku hanya akan menjadikannya istri kedua dan bukan Ratu" kata Pangeran Barry.     

"Kalau begitu Kakak harus membunuh Pangeran Nizam terlebih dahulu. Karena Pangeran itu tidak akan pernah membiarkan siapapun untuk menyentuh miliknya. Dan satu lagi Kakak. Bagaimana dengan anak – anak mereka ? Apakah Kakak akan membawanya ke istana?" Kata Pangeran Abbash lagi.     

"Aku  akan membawa anak – anak Alena? Yang benar saja. Itu tidak akan mungkin. Mememlihara anak dari seseorang yang kita bunuh sama saja dengan memelihara anak macan. Kita rawat sejak kecil lalu setelah dewasa dan dia tahu kalau kita membunuh ayahnya maka Ia akan berbalik untuk membunuh kita. Maka jalan yang terbaik adalah melenyapkan ayah dan anak – anaknya" Kata Pangeran Barry dengan wajah datar seakan yang dibicarakannya adalah sebuah dongeng pengantar tidur.     

"Teganya Kakak hendak membunuh bayi – bayi yang begitu mungil dan lucu"Kata Pangeran Abbash semakin murung mendengar kelakuan kakaknya yang sudah terdengar sangat biadab.     

"Padamkan api selagi kecil sebelum dia menjadi besar dan menghanguskan kita. Bayi – bayi itu mungkin sekarang lucu tetapi kemudian ketika mereka tumbuh dewasa maka mereka akan membalaskan dendam ayah mereka. Aku tidak mau ambil resiko untuk itu. Jadi jalan yang terbaik adalah melenyapkannya"     

"Mengapa Kakak begitu kejam?" Kata Pangeran Abbash dengan sedih.     

"Sejak kapan kau jadi melankolis begitu? Bukankah biasanya kau juga sangat kejam melebihi kekejamanku ? Mengapa sekarang kau jadi pemaaf?" Pangeran Barry menatap tajan wajah adiknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.