CINTA SEORANG PANGERAN

Putri Raya



Putri Raya

0Putri Raya keluar dari kamar Pangeran Barry dan berkata kepada pengawalnya. " Kau tunggu di sini dan segera hubungi Aku jika Yang Mulia sudah bangun " kata Putri Raya sambil segera pergi menuju kamar Pangeran Abbash. Pikirannya di penuhi dengan rasa benci yang menggunung kepada Putri Alena dan tingkah suaminya. Dari semua wanita di harem, Ia sebenarnya yang paling dekat dengan Pangeran Barry. Ia dinikahi pertama kali oleh Pangeran Barry sebelum kemudian permasyuri Sultan  Mahmud mengisi harem dengan para wanita pilihannya.     
0

Pangeran Barry adalah putra mahkota kerajaan Zamron sehingga wajar  jika dia memiliki banyak wanita di haremnya. Dan seharusnya sebagai istri pertamanya Ia harus menjadi putri mahkota atau calon ratu. Tetapi Pangeran Barry sama sekali tidak berniat menjadikannya putri mahkota. Ia malah berencana akan menikahi Putri Alena dan akan menjadikannya putri mahkota.     

Putri Raya tidak habis pikir mengapa suaminya memiliki pikiran segila itu. Putri Alena bukanlah gadis atau juga janda. Ia adalah istri dari Nizam putra mahkota kerajaan Azura. Jadi bagaimana bisa suaminya menginginkan istri orang lain. Apa tidak ada wanita yang lebih pantas untuk dijadikan wanita Yang Mulia.     

Putri Raya sebenarnya tidak keberatan Pangeran Barry hendak menyimpan banyak wanita di haremnya asalkan dia menjadi calon ratu dan memang seharusnya seperti itu. Ia juga masih bisa menerima kalau Ia tergeserkan oleh wanita yang sederajat dengannya. Misalkan Pangeran Barry berencana menjadikan calon ratunya itu adalah putri dari kerajaan Zamron atau kerajaan tetangga. Atau putri dari para pejabat tinggi. Bukannya istri orang, bekas orang. Dan yang paling menyebalkan lagi adalah ternyata adik iparnya malah ikut mencintai Putri Alena.     

Dulu sewaktu Ia masih gadis, Ia sering kali bergosip dengan para putri lainnya termasuk dengan sepupunya Putri Rheina tentang pangeran siapa saja yang jadi idola mereka. Dari semua pangeran yang ada tidak pernah disebutkan tentang Pangeran Abbash. Mereka tahu kalau Pangeran Barry memiliki dua orang adik dan salah satunya seorang laki – laki. Tapi tidak ada pernah yang tahu wajahnya seperti apa.     

Putri Raya baru tahu Pangeran Abbash setelah Ia menikahi Pangeran Barry selama setahun. Ketika dia baru pulang dari Amerika. Dan Putri Raya begitu terkejut melihat ketampanan Pangeran Abbash. Ia pikir Pangeran Thalal adalah pria tertampan yang Ia ketahui ternyata Pangeran Abbash jauh lebih tampan dari Pangeran Thalal. Kulit Pangeran Abbash begitu halus bagaikan sutra dan matanya yang tampak begitu berbeda dengan mata dari orang – orang gurun sahara. Mata Pangeran Abbash tidak terlalu lebar dan cenderung sipit. Tetapi  entah mengapa matanya tampak begitu indah. Bibirnya yang tipis merah sangat menggoda.     

Dan wajah itu selalu tersenyum menawan. Tidak dalam keadaan tersenyum Pangeran Abbash ini sudah seperti orang yang tersenyum apalagi kalau Ia tersenyum. Putri Raya begitu terpesona dan Ia terkadang menyesal mengapa yang melamar dirinya bukan Pangeran Abbash dan malah Pangeran Barry.     

Pangeran Barry sebenarnya juga tampan tetapi jika dibandingkan adiknya maka ketampanannya bukanlah apa – apa. Selain itu Pangeran Abbash juga sangat manja dan menggemaskan. Putri Raya diam – diam menyukai adik iparnya sendiri.     

Jadi ketika Ia mendengar dari Pangeran Barry kalau Pangeran Abbash menyukai putri Alena juga Ia seperti mendapatkan jalan untuk berbicara dengan Pangeran Abbash. Jadi kemudian Ia berniat masuk ke dalam kamar Pangeran Abbash dan akan berbicara tentang putri Alena.     

Sesampainya di depan kamar Pangeran Abbash. Dua orang penjaga tampak menatapnya keheranan sebelum kemudian mereka membungkukkan badannya memberikan hormat.     

"Hormat Kami Yang Mulia Putri Raya. Apakah ada yang bisa kami bantu?" Kata seorang penjaga kepadanya. Putri Raya menganggukan kepalanya dan menjawab.     

"Beritahukan kepada Pangeran Abbash. Aku hendak berbicara dengannya" kata Putri Raya dengan badan tegak. Penjaga itu tampak terkejut mendengar permintaan Putri Raya. Putri Raya mau berbicara dengan Pangeran Abbash ?  Apa tidak salah ? Lagi pula tadi sudah jelas kalau Pangeran Barry melarang siapapun masuk ke dalamnya tanpa akses darinya.     

"Hamba mohon ampun, tetapi tadi Yang Mulia Pangeran Barry mengatakan bahwa tidak boleh ada siapapun yang masuk ke dalam tanpa seizin yang Mulia Pangeran Barry" kata penjaga itu dengan gelisah. Ia mencium sesuatu yang tidak beres tetapi kedudukan putri Raya juga bukan main – main. Diantara semua istri Pangeran Barry dia yang paling berpengaruh dan paling di sayang oleh pangeran Barry. Jadi sebaiknya memang menghindari berkonfrontrasi dengannya.     

"Aku istri dari Pangeran Barry, jadi apa maksudmu kalau aku masuk ke sini tanpa seizinnya ?" Kata Putri Raya dengan berang. Mukanya yang cantik berubah menjadi kelam. Para penjaga itu langsung terdiam ketakutan. Dan salah seorang lalu berkata dengan ketakutan.     

"Ti.. tidak seperti itu maksud hamba Yang Mulia. "Kata si penjaga menjawab terbata – bata.     

"kalau begitu segera bukan pintunya. Aku ada pembicaraan penting " Kata Putri Raya dengan sewot. Dan para penjaga segera membuka pintu.     

Pangeran Abbash baru selesai membetulkan kursi dan akan segera duduk di pinggir tempat tidur ketika pintu di buka dari luar. Mata Pangeran Abbash terbelalak melihat yang datang adalah kakak iparnya. Pangeran Abbash mengerutkan keningnya heran. Ada apa dengan kakak iparnya?  Mengapa Ia tiba – tiba masuk ke dalam kamarnya.     

Tetapi sebagai seorang pangeran Ia tahu tentang tatakrama sehingga kemudian Ia segera berdiri dan memberikan hormat.     

"Salam Kakak Ipar.." Kata Pangeran Abbash sambil mencoba tersenyum. Putri Raya menatap wajah tampan itu yang terlihat sedikit pucat.     

"Apakah Kau baik – baik saja, adikku ?" kata Putri Raya sambil menghampiri Pangeran Abbash dan mencoba memegang tangan Pangeran Abbash.     

Pangeran Abbash sangat terkejut ketika tangan kakak iparnya terhulur dan akan memegang tangannya. Ia segera menggeser tubuhnya menjauh sehingga tangan putri Raya hanya menggantung di udara. Putri Raya tersenyum melihat respon adik iparnya. Seharusnya Putri Raya malu dengan tindakannya tetapi anehnya Putri Raya seakan - akan tidak perduli dengan tingkah pangeran Abbash. Ia lalu berkata dengan santai seakan - akan tidak terjadi sesuatu.     

"Maafkan Aku. Aku tidak bermaksud apa – apa. Aku hanya ingin mengetahui kondisimu. Kalau kau anggap sikapku ini lancang maka sekali lagi Aku minta maaf. Mungkin kedatanganku tidak tepat. Baiklah Aku akan pergi saja.." Kata Putri Raya sambil hendak membalikkan badannya.     

Pangeran Abbash segera bersuara ketika melihat kakak iparnya akan pergi. Ia tahu kalau kedatangan kakak iparnya bukan semata - mata ingin tahu tentang keadaannya. Karena bukankah selama ini Putri Raya menjaga jarak darinya. Sebagai istri dari Putra Mahkota Ia pasti memiliki etika untuk berhubungan dengan lawan jenis walaupun itu dengan adik iparnya sendiri. Walaupun saat ini Pangeran Abbash baru tahu kalau kakak iparnya ternyata tidak beretika.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.