CINTA SEORANG PANGERAN

Kurir Pangeran Abbash



Kurir Pangeran Abbash

0Pangeran Thalal menyuruh pria itu berlutut dan Ia lalu menodongkan pistol di kepala orang itu. Suasana tampak tegang. Para penjaga segera bersiaga di setiap sudut rumah. Bahkan pintu gerbang langsung di tutup rapat, beberapa sniper berjaga di setiap teras atas dan di atas pohon. Pangeran Thalal dan semua penjaga mengenakan earphone di telinga mereka untuk memudahkan berkomunikasi.     
0

Ia sudah berdiskusi dengan Nizam, Amar dan Arani tentang kemungkinan penyerangan ini. Tadinya Pangeran Thalal berharap tidak ada tetapi kemudian ketika ada seorang bule yang tiba – tiba meloncat ke arahnya  membuat Ia menjadi terkejut dan herannya Ia bisa mengelabui para snipernya yang bersiaga sejak subuh.     

Pangeran Thalal menerka kalau si bule itu sejak semalam sudah berada di atas pohon.     

"Siapa kau ? Katakan kepadaku ? atau isi kepalamu akan berhamburan keluar " kata Pangeran Thalal sambil tetap menodongkan pistolnya ke kepala si bule itu.     

Si bule itu tampak tenang seakan tidak takut mati. Ia benar – benar bernyali besar.     

"Kalau kau hendak menembakku. Tembak saja. Aku berani menyusup kemari berarti Aku sudah siap mati. Kau lihat aku tidak membawa senjata dan Aku juga tidak terlalu mahir berkelahi. Aku hanyalah seorang kurir penyampai berita " Kata Si bule itu sambil menatap Pangeran Thalal dan sempat – sempatnya Ia terpesona dengan ketampanan Pangeran Thalal.     

Ia sudah lama menjomblo karena kesulitan ekonomi. Ia juga memiliki ibu yang terkena penyakit jantung. Ia hanya pegawai parah waktu sebagai penjaga keamanan di sebuah kantor pengacara. Gajinya yang tidak seberapa ini habis untuk membiayai berobat ibunya. Bahkan kini ibunya sedang menunggu oprasi pemasangan ring pada arteri jantung ibunya yang tersumbat. Ia butuh biaya yang besar mengingat Ia bahkan tidak mampu membayar premi asuransi kesehatan ibunya.     

Ia begitu putus asa ketika Ia kemudian di rekrut untuk menjadi anak buahnya pangeran Abbash. Misi berbahaya yang taruhannya nyawa ini Ia jalani agar Ia dapat membayar biaya oprasi ibunya. Sebelum Ia pergi ke rumah Nizam melalui pengantaran paket kebaya Alena Ia sudah diberitahukan resikonya kalau sampai ketahuan Ia akan mati dibunuh sniper Nizam yang berjaga di setiap sudut atas rumahnya.     

Tetapi memang pemesanan paket kebaya Alena oleh Nizam menguntungkan keadaan dirinya. Ia pura – pura menjadi asisten si pengantar paket dan kemudian ketika paket – paket itu diturunkan Ia menyelinap naik ke atas pohon besar yang banyak berada di sekitar rumah Nizam. Ia bertahan dua hari di atas pohon trembesi yang begitu rimbun dan jauh dari rumah dan mendekati tepian danau.     

Pohon raksasa berbentuk seperti payung itu berdaun sangat lebat sehingga Ia aman bersembunyi di antara rimbun pohonnya. Fisiknya sebagai seorang penjaga membuat Ia mampu bertahan dua hari hanya dengan memakan coklat dan beberapa makanan yang bisa disimpan disaku celananya serta beberapa buah. Ia bahkan bisa turun ke bawah untuk minum air danau ketika penjaga lengah.     

 Ia memang sudah mempersiapkan segalanya sesuai petunjuk Pangeran Abbash. Ia juga disuruh untuk bersembunyi di atas pohon ini. Pangeran Abbash tahu persis kedudukan pohon ini. Ketika pangeran abbash ke rumah Nizam untuk melamar Zarina Ia ternyata memanfaatkan kunjungannya untuk mempelajari karakteristik rumah mewah itu  Ia sempat memoto beberapa bagian rumah ini agar Ia bisa mempelajari keadaan rumah Nizam. Dan ternyata kegiatannya memoto rumah Nizam secara sembunyi – sembunyi sangat bermanfaat.     

Dan ketika rombongan Nizam sudah pergi Ia lalu mengendap – ngendap dengan memanfaatkan teknik penyamaran seorang tukang kebun. Ketika pangeran Abbash menyuruhnya untuk mencari seseorang yang berwajah sangat tampan untuk menyampaikan pesan Pangeran Abbash kepadanya. Ia  tertawa seperti melecehkan.     

Untuknya Pangeran Abbash tidak melihat ketika orang bule itu melecehkan dia. Karena memang pembicaraan dilakukan menggunakan telepon. Pangeran Abbash masih belum sembuh sama sekali. Jadi Ia hanya memberikan instruksi di dalam kamar. Itupun dengan sembunyi – sembunyi karena siapapun tidak boleh ada yang masuk ke dalam kamarnya termasuk Khanza asistennya dan Amrita temannya.     

Orang bule itu melecehkan kalau Pangeran Thalal sangat tampan. Memangnya ada manusia tampan seperti apa sampai dia disuruh mencari orang dengan ciri – ciri tampan. Tampan itukan relatif. Menurut si A tampan belum tentu menurut si B. Demikian pikir si bule itu. Tetapi ketika Ia melihat pangeran Thalal maka Ia langsung mengakuinya kalau Pangeran Abbash ternyata tidak berdusta.     

Pria dihadapannya benar – benar sangat tampan. Efek bertahun – tahun menjomblo melihat Pangeran Abbash hatinya jadi bergetar. Tetapi kemudian dia melenyapkan pikiran gilanya. Bagaimana bisa Ia begitu kagum pada seorang pria. Ini sungguh salah.     

"Kau kurir berita dari siapa ? dan berita apa yang akan kau sampaikan ?" Kata Pangeran Thalal sambil tetap waspada.     

"Aku utusan Pangeran Abbash" Baru saja bule itu berkata Pangeran Thalal langsung hendak menarik pelatuk pistolnya tapi ketika melihat si bule itu malah memejamkan matanya. Pangeran Thalal segera menahan jarinya kembali.     

"Katakan padaku apa maunya pangeran gila itu. Mengapa dia masih belum mati? Dia pangeran yang bernyali besar dan bernyawa banyak. Ia masih saja hidup. Aku menyesal tidak menembak mati dia ketika dia berkunjung ke sini " Kata Pangeran Thalal sambil terlihat sangat geram.     

"Tetapi berita yang kubawa ini akan menyelamatkan nyawa Anda dan seluruh penghuni rumah ini" Kata si bule itu dengan perlahan.     

"Benarkah ?? Bagaimana bisa ? Kau lihat penjagaan kami begitu ketat" kata Pangeran Thalal sambil mendengus.     

"Ya benar.. tetapi tetap saja tidak akan sebanyak orang – orang yang akan menyerang ke sini. Berapa orang penjaga yang ada dirumah ini? Apakah ada seratus ? " Kata si bule itu.     

Pangeran Thalal menggelengkan kepalanya.     

"Nah yang akan datang itu jumlahnya dua kali lipat dari penjaga disini" Kata si bule itu mengagetkan pangeran Thalal.     

"Tetapi kami memiliki banyak sniper" Pangeran Thalal mulai berpikir keras dan sedikit ketakutan. Apa yang harus Ia lakukan. Rencana melarikan diri para bayi akan memiliki hambatan kalau penyerangnya berjumlah sangat banyak. Pangeran Thalal mendadak pucat pasi.     

"Lalu apa maksud Pangeran Abbash mengatakan ini semua ? Dia selama ini ada pada sisi yang berbeda dengan kami. Jadi sebenarnya siapa yang akan menyerang kami ? jangan – jangan dia sendiri yang menyerang ?"     

"Tentu saja bukan. Kalau dia yang menyerang buat apa dia mengirimkan aku sendirian ke sini. Kau lihat Aku sama sekali tidak memiliki kekuatan apapun. Yang mengirimkan para penyerang itu adalah kakaknya.     

Kakaknya hendak membunuh semua penghuni rumah ini karena Dia bermaksud untuk menculik Putri Alena."     

"APA ?? " Pangeran Thalal langsung panik dan Ia segera mengangkat handphonenya untuk menghubungi Nizam.     

Tetapi kemudian Nizam tidak menjawabnya, Ia menelpon istrinya juga tidak ada jawaban. Satu - satunya yang menjawab adalah Amar. Tetapi suara Amar juga tidak jelas terlalu banyak suara riuh dan rendah di sekeliling Amar.     

"Yang Mulia sebaiknya anda bersiap - siap menghadapi penyerangan itu daripada sibuk menghubungi kakak Yang Mulia. para penyerang itu sedang ada jalan semua. Mohon Yang Mulia untuk segera bersiap. Diluar juga Pangeran Abbash sudah menyiapkan satu pasukan elit untuk membantu Yang Mulia. Mohon untuk bersiaga."Kata Si bule itu sambil kemudian Ia gemetaran karena kelaparan.      

"Kau kenapa ? " kata Pangeran Thalal sambil menyuruh para penjaganya melepaskan si bule itu. "Aku lapar sudah dua hari aku hanya makan coklat dan buah" kata si bule kepada Pangeran Thalal.      

Pangeran Thalal lalu menyuruh pelayan untuk memberinya makan sambil tetap diawasi oleh dua orang penjaga.     

Pangeran Thalal kemudian menyuruh semua berkumpul untuk membicarakan strategi pertahanan ketika ada penyerangan. Ia bahkan pergi keluar untuk memastikan kebenaran si bule kalau ada beberapa pasukan di luar untuk membantu.     

Si bule itu ternyata tidak bohong. Ketika Pangeran Thalal berteriak memanggil mereka maka dari balik hutan pinus dan cemara bermunculan orang - orang berseragam hitam - hitam dengan senapa panjang di tangan mereka. Sesungguhnya Pangeran Thalal membahayakan dirinya sendiri dengan pergi keluar membuka pintu dan memanggil mereka. Karena bisa saja sibule itu menipunya dan malah kemudian Ia tewas diberondong para pasukan itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.