CINTA SEORANG PANGERAN

Tolong Izinkan Kami Masuk



Tolong Izinkan Kami Masuk

0Pangeran Thalal sudah tidak perduli lagi keselamatan dirinya sendiri. Ia hanya perduli dengan anak dan keponakannya. Ia tidak mau berpikir lama – lama makanya Ia segera keluar untuk mencari tahu. Ia juga tidak mempercayai semua penjaganya. Karena tiba – tiba Ia takut ada pengkhianat. Jadi ketika berberapa orang langsung keluar dari tempat persembunyian dengan berpakaian ala tentara berwarna hitam – hitam. Pangeran Thalal malah mendekati dan bertanya.     
0

"Kalian siapa ? Apakah benar Kalian pasukan elit Abbash ?" kata Pangeran Thalal. Salah satu dari mereka langsung maju sambil memegang senjatanya dengan posisi ujung senapan ke atas sebagai tanda bahwa dia orang yang aman dan tidak akan melakukan suatu penyerangan.     

Pangeran Thalal sendiri memegang pistol dengan kedua tangannya. Ia siap menembak sehingga walaupun orang yang bicara didepannya memegang senapan dengan ujungnya ke atas Ia sendiri memegang pistol dengan posisi ujung pistol mengarah ke dada dan siap menembak.     

"Kami adalah pasukan elit dari Pangeran Abbash. Datang untuk memberikan bantuan menghadapi pasukan dari Pangeran Barry. Mohon izinkan kami untuk masuk ke dalam untuk memberikan pengamanan " Kata orang itu.     

"Kau pikir aku dapat mempercayaimu dengan mudah " Kata Pangeran Thalal dengan gusar. Matanya menyelidiki orang – orang yang banyak berdiri di pinggir jalan menuju rumah Nizam.     

"Tolong untuk tidak saling berdebat karena pasukan Pangeran Barry sebentar lagi akan datang. Mereka membawa banyak orang dan senjata. Mereka akan membumi hanguskan rumah ini. Apa yang harus kami lakukan agar kau mempercayai kami ?" Kata orang itu dengan gelisah. Ia sudah ketakutan kalau pasukan dari Pangeran Barry segera datang menyerang.     

Pasukan elit pangeran Abbash sendiri tidak banyak. Mungkin karena Pangeran Abbash sedang terluka sehingga dia tidak bisa merekrut orang banyak. Tetapi Pangeran Abbash melakukan sebaik mungkin dalam keterbatasannya.     

"Mengapa Kau harus masuk ke rumah kami. Kalau ingin berjaga. Berjaga saja di luar ? Lagi pula apa motif dari Pangeran Abbash melindungi kami. ? Bukankah selama ini dia adalah musuh kami."     

"Kami tidak diberitahu motifnya apa? Tetapi tugas kami adalah melindungi Anda dan seluruh penghuni rumah ini dari serangan Pangeran Bary" Orang itu yang kelihatannya ketua dari pengawal elit pasukan Pangeran Abbash berusaha mati – matian memberikan penjelasan kepada Pangeran Thalal     

"Kau mudah bicara seperti itu karena kau tidak pernah tau latar belakang hubuganku denganya. Dia hampir membunuh Aku dan istriku serta anak dalam kandungan istriku. Dia orang gila jadi jangan salahkan Aku kalau Aku sama sekali tidak mempercayainya " Kata Pangeran Thalal dengan ketus.     

"Yang Mulia hamba mohon.. tolong untuk tidak membantah. Ini waktunya sudah hampir habis. Kemungkinan jaraknya sekarang sudah lima kilo meter dengan kecepatan tinggi waktunya tidak akan sampai dalam setengah jam " Kata orang itu mendesak     

"Kalau begitu berjagalah di luar.. Aku tidak perduli " kata Pangeran Thalal sambil melangkah mundur perlahan sambil pistol tetap teracung pada tubuh orang itu. Pangeran Thalal akan masuk ke dalam rumah.     

"Yang Mulia.. kalau Anda tidak mengizinkan kami masuk maka kami tidak dapat menjamin kami dapat mengalahkan mereka. Mereka jumlahnya sangat banyak dan sangat terlatih. Mereka tidak pernah gagal dalam melaksanakan misinya. Mereka juga terdiri dari berbagai negara. Mereka bukan pasukan pribadi Pangeran Barry sebagaimana kami. Mereka sengaja direkrut dari berbagai negara untuk melaksanakan setiap misi dari Pangeran Barry.     

Jumlah kami kalah banyak dengan mereka. Kerena begitu mereka mengetahui keberadaan kami maka mereka akan langsung menyerang dan mengejar kami. Tetapi jika kami masuk ke dalam kami memiliki banyak tempat untuk bersembunyi dan menyusun startegi.     

Jadi Yang Mulia kalau Yang Mulia masih ingin  Pangeran Atha, Pangeran Axel dan Putri Alexa selamat tolong untuk mengikuti arahan kami" Orang itu tetap bersikeras bahkan sengaja menyebutkan nama bayi – bayi mereka membuat Pangeran Thalal langsung senewen. Wajahnya pucat.     

Jika memang benar apa yang dikatakan si bule itu Ia menjadi ragu – ragu apakah Ia dan para pengawal yang jumlah tidak lebih dari lima puluh orang itu dapat melindungi para bayi. Lagipula Ia hanya sendirian di rumah ini karena hampir semuanya ikut ke tampat wisuda. Mengapa Nizam dan yang lainnya tidak memperhitungkan adanya penyerangan ini.     

Ok..lah sebenarnya mereka juga sudah mempersiapkan berjaga – jaga kalau akan ada penyerangan makanya para sniper di sebar di atas rumah untuk berjaga – jaga tetapi kalau jumlahnya sangat banyak dan yang datang benar pasukan elit maka itu jadi diluar dugaan juga. Bagaimana bisa Pangeran Barry mengumpulkan pasukan sebanyak itu.  Pangeran Thalal jadi bingung tetapi kemudian dia berpikir logis. Melihat betapa bersungguh – sungguhnya orang itu dengan tatapan mata dan raut wajah. Akhirnya Pangeran Thalal memerintah pintu gerbang di buka.     

Pangeran Thalal adalah sarjana psikologi, sedikitnya Ia tahu bagaimana ekspresi wajah yang berbohong dan tidak. Ia sengaja banyak mengajaknya berbincang – bincang agar Ia dapat mempelajari gesture tubuh dan mimik wajah.     

Pintu gerbang kemudian di buka dan sekitar dua puluh orang segera berlarian masuk dan lansung mengatur strategi. Pangeran Thalal memerintahkan sebagian penjaga kepercayaannya untuk berdiri di depan ruangan para bayi dan Pangeran Thalal juga sudah menyuruh Andhara Bastnah dan sekarang bersama Zarina dan para bayi untuk masuk ke dalam bunker tempat persembunyian di bawah tanah. Bunker itu terhubung langsung  lorong rahasia yang menuju dermaga danau.     

Pangeran Thalal sendiri berjaga di depan pintu masuk. Ia tidak mau berjaga di dalam. Ia akan bertempur sampai mati bersama para penjaga juga untuk berjaga kalau – kalau ada yang menyelinap masuk.     

Semua pintu akses ke rumah ditutup dengan kunci menggunakan kode rahasia. Pangeran Thalal juga memegang kemdali rumah dengan kunci remote yang dipegangnya. Pintu masuk ke ruangan bayi tidak akan bisa dibuka kecuali oleh telapak tangannya dan kunci remote yang Ia pegang. Mulut Pangeran Thalal komat - kamit berdoa. Ia bersembunyi di balik tiang besar di depan teras rumah. Ada dua tiang besar yang ada di depan teras rumah. Yang satunya lagi di pakai sembunyi ketua pasukan elit Pangeran Abbash. Ia sengaja menyimpan Pangeran Thalal di situ agar Ia mudah menjaga Pangeran itu.     

Suasana mencekam ketika kemudian terdengar deru mobil terdengar. Pangeran Thalal merasakan keringat dingin menetes dan ketika Ia kemudian mendengar suara pintu gerbang yang ditabrak dari luar menggunakan truk besar dan para sniper kemudian mulai menembakkan senapannya ke arah luar.     

Suara truck yang menabrak pintu gerbang itu menimbulkan suara yang cukup keras dan saking kuatnya tabrakan itu, pintu yang terbuat dari besi itu langsung rusak dan terbuka lebar. Ada lima buah truck besar yang tertutup yang masuk menerobos ke dalam. Tembakan dari para sniper tampak tidak ada pengaruhnya karena truck itu tertutup rapat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.