CINTA SEORANG PANGERAN

Edward Agaknya Kumat Lagi Gilanya



Edward Agaknya Kumat Lagi Gilanya

0Sementara itu di tempat wisuda orang – orang tampak ramai sudah berlalu lalang akan masuk ke dalam tempat wisuda. Mereka memegang surat undangan yang berlaku untuk tiga orang. Satu orang untuk wisudawan itu sendiri dan dua lagi untuk orang tua wisudawan atau pasangan dari wisudawan.     
0

Nizam menuntun Alena sambil memperhatikan Cynthia. Karena Pangeran Thalal tidak ikut maka Cynthia berada di bawah tanggung jawabnya. Alena berjalan sambil bersay hello kesana kemari sampai – sampai Nizam harus memeluk pinggangnya agar Ia tidak pergi dari sisinya.     

"Hay.. Elsa.. Hay George.. Ya Ampuun Elsa kamu sedang hamil ? Selamat ya.." kata Alena sambil hendak pergi menghampiri Elsa tetapi Nizam mencekal tangannya.     

"Nizam.. ya ampun. Aku hanya ingin menyapa Elsa saja.. Kau paranoid sekali. Aku tidak akan kemana – mana" Kata Alena cemberut untungnya Elsa yang menghampiri mereka.     

'Hay.. Alena apa kaburmu. Hallo Nizam, Hallo Cynthia " Elsa dan George menjabat tangan mereka satu persatu. Mereka mengantri bersama untuk masuk ke dalam gedung tempat wisuda. Walaupun Nizam pangeran tetapi Ia tidak menginginkan perlakukan yang berbeda dengan teman – temannya. Ia tidak mau dianggap istimewa. Lagipula ditengah kerumunan jumlah mahasiswa yang jumlahnya ribuan jadi bagaimana mungkin Ia dikelilingingi pengawal alangkah tidak bijaksananya. Jadi para pengawalnya hanya berbaris di depan pintu masuk tempat masuk para orang tua untuk kemudian akan mengawasi mereka. Kecuali Amar.     

Amar terlihat ada beberapa langkah dibelakang Nizam dan Alena. Ia memegang undangan sebagai wisudawan dan bukan sebagai tamu pendamping mahasiswa. Sesekali Nizam melirik ke arahnya dan Amar hanya menganggukan kepalanya.     

Amar menyembunyikan mukanya dari Alena karena Ia tidak mau menimbulkan keributan dengan calon ratunya itu. Ia hanya berdiri diam – diam sambil mengenakan topi wisuda menyembunyikan wajahnya. Hanya Nizam dan Cynthia yang tahu dia akan berada di belakang Alena.     

"Sudah berapa bulan? " Kata Alena sambil memegang perut Elsa dengan perasaan suka.     

"Sudah mau tujuh bulan. Dan anakmu sudah berapa bulan Alena ?" Tanya Elsa     

"Sudah mau tiga bulan " Kata Alena sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan Nizam. Elsa melirik ke arah Nizam yang tampak semakin tampan.     

"Kau semakin tampan saja Yang Mulia. Kapan mau nambah momongan ? Kalian tambah romantis saja.. " Kata Elsa sambil senyum – senyum melihat tangan Nizam melingkar di pinggang Alena.     

"Romantis darimananya ? Dia mengikatku kaya kambing coba lihat tangannya yang sebesar tangan raksasa ini. Terus melingkar di pinggangku " Kata Alena ngomel – ngomel tapi Nizam malah mencium kepala Alena dengan lembut. Membuat Elsa terbelalak dan berteriak sambil tertawa.     

"Luar biasa Nizammu ini Alena. Dia begitu romantis sekarang. Siapa yang menyangka si muka tembok dan datar ini bisa begitu romantis sekarang" kata Elsa sambil takjub.     

"Aku juga bisa seperti Nizam, Elsa " Kata George sambil memeluk pinggang Elsa.     

"Iya.. Kamu juga romantis.. " Kata Elsa sambil mengelus pipi George. Siapa sangka Elsa dan George bisa berjodoh. Perjuangan George untuk Elsa memang luar biasa, Ia dulu sampai hendak memperkosa Alena demi Elsa.     

"Oh ya.. Cynthia, Kau bersama siapa ? Mana suamimu yang tampan itu ? " Kata Elsa sambil celingukan mencari pangeran satunya lagi.     

'Dia tidak ikut. Dia menjaga anak kami. Lagipula kalau Ia ikut Ia tidak akan ada dibarisan ini kan dia bukan wisudawan " kata Cynthia sambil tiba – tiba matanya melihat ke arah sosok tubuh yang berjalan menuju mereka.     

Sosok tubuh tinggi berambut coklat dan mata berwarna hijau dan sangat tampan itu siapa lagi kalau bukan Edward. Ia berjalan bersama Jonathan. Edward tidak bersama Lila karena Lila bersama orang tua Edward. Lila dari tadi terus menerus di pegang oleh mertuanya dan tidak diizinkan bersama Edward karena takut berdesak - desakan. Jadi mereka memilih masuk lewat jalur undangan istimewa bersama Ayah Edward yang seorang Senator.     

Jonathan juga tidak bersama Arani karena memang Arani bukan wisudawan. Arani hanya memperhatikan Jonathan dan bersiaga menjaga suaminya. Mata Arani terus mengawasi pergerakan orang - orang yang tampak sangat ramai dan hilir mudik.     

Kampus Universitas The Great sangat banyak dan ribuan. Ada sekitar lima belas ribu mahasiswa setiap tahunnya yang tersebar di berbagai tingkatan dan jurusan. Jadi sangat wajar kalau sekali mewisuda jumlahnya ribuan. Belum lagi dengan para pengantarnya sehingga jumlahnya bisa jadi tiga kali lipat.      

"Hallo every one.."Kata Edward sambil matanya melirik ke arah tangan Nizam yang melingkar di pinggang Alena yang tertutup oleh pakaian wisudanya. Edward juga kemudian mengalihkan tatapannya ke muka Alena yang sangat cantik.     

'Ya Tuhan.. Alenaku tampak sangat cantik dan imut.. '      

Kata Edward dalam hatinya. Matanya tampak berkaca - kacam, tampak ada kesedihan yang mendalam.     

"Oh hay.. Edward "Kata Alena sambil mengulurkan tangan mau menjabat tangan Edward. Ia tampak senang melihat kedatangna Edward. Ia terkadang suka merindukan pria itu. Walau bagaimanapun dia dan Edward dulu berteman baik dan hampir menyerupai sahabat dekat. Sampai kapanpun Alena tidak akan pernah melupakan persahabatannya dengan Edward. Ia memang tidak pernah mencintai Edward tetapi kehadiran Edward di sisinya tetap merupakan kenangan manis yang tidak akan pernah terlupakan selama Ia kuliah dikampus ini.     

Edward langsung membalas jabatan tangan Alena sebelum Nizam melarang Alena. Selama ini Ia tidak pernah berhasil menjabat tangan Alena karena Nizam selalu menggagalkannya. Dan sekarang mumpung Nizam sedang lengah. Nizam tampak sedang saling bertatapan dengan seseorang yang berada di belakang Alena. Tetapi kemudian Nizam segera mengetahui ada yang berjabat tangang dengan asyiknya di hadapan dia. Sehingga kemudian tangan Nizam langsung menarik tangan Alena.     

"Apakah cincin yang kemarin aku beli kau pakai Alena ? Mengapa cincin itu tidak ada padamu" kata Nizam sambil pura – pura melihat tangan Alena. Alena yang hanya mengenakan cincin pernikahannya melirik ke arah Nizam terheran – heran.     

"Cincin yang mana ? Kapan kau membelikan Aku cincin ?" kata Alena melirik ke arah Nizam.     

Edward hanya tersenyum kecut tetapi kemudian dia berkata kepada Alena sambil mendelik kepada Nizam.     

"Suamimu bukan ingin menanyakan cincin tetapi Ia tidak ingin kita berjabat tangan. Padahal Cuma berjabat tangan. Dia benar – benar keterlaluan Alena. Dia menganggapmu burung yang bisa di kurung dalam sangkar emas. Berlimpah emas permata dan kasih sayang serta cinta sebanyak buih di lautan tetapi ragamu terperangkap dan tidak bisa bebas" Kata Edward menyindir Nizam.     

Maka semua mata kini menatap Edward termasuk Alena dengan pandangan polosnya kenapa si Edward ini kumat lagi gilanya. Apa karena istrinya tidak ada di samping dia ? Jonathan bahkan menginjak kakinya dengan sengaja. "Kau ini apa – apaan sih ?" kata Jonathan. Edward hanya mengangkat bahunya dengan santai.     

"Ga suka saja sama pria yang selalu cemburuan.. " Kata Edward dengan santai. Membuat muka Nizam langsung merah padam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.