CINTA SEORANG PANGERAN

Menangislah, Kalau Kau Ingin Menangis



Menangislah, Kalau Kau Ingin Menangis

0"Edward.. menangislah.. menangislah agar kau menjadi lega" Kata Cynthia sambil mengelus punggung Edward. Cynthia menjadi sangat iba. Ia tahu persis bagaimana perasaan Edward kepada Alena jadi ketika semua orang mengatakan bahwa Edward sungguh tidak tahu malu karena mencintai istri orang. Cynthia merasa bahwa Edward tidak bersalah sepenuhnya.     
0

Edward mencintai Alena jauh sebelum Nizam mencintai Alena jadi memang ini bukan permasalahan bermoral atau tidak bermoral. Edward hanya kesulitan untuk melupakan cinta pertamanya. Ia tidak bisa memalingkan hatinya.     

"Aku juga tidak ingin perasaan ini, Cynthia. Aku sangat ingin melupakan Alena tapi tidak bisa. Semakin dekat hari dimana Alena akan pulang ke Azura Aku semakin tersiksa. Kau tahu akan kesulitan bagiku untuk menemui Alena atau hanya sekedar melihat wajahnya. Aku juga tidak tega menyakiti Lila tetapi kau harus tahu kalau Aku sendiri sangat sakit.. Ini di dadaku sangat sakit.." Kata Edward sambil memegang dadanya.     

"Iya.. Aku tahu.. aku tahu.. jadi Aku minta menangislah untuk yang terakhir kali. Aku harap ke depan tidak akan ada air mata untuk Alena lagi. Kau harus benar – benar merelakan dia pergi" Cynthia mencoba memahami perasaan Edward sebagaimana Ia mencoba memahami perasaan Zarina kepada suaminya kemarin.     

"Aku tidak akan pernah bisa melihat wajahnya lagi. Aku tidak akan pernah bisa mendengar suaranya lagi. Aku tidak akan pernah bisa mendengarkan celotehannya lagi. Cynthia Aku semakin tidak bisa mengontrol emosiku lagi.." Kata Edward sambil terus menghapus air matanya yang mengalir.     

" Edward.. Bukankah kau berjanji bahwa kau akan menjaga Alena agar tidak tersakiti" Kata Cynthia berbisik.     

" Iya Aku berjanji.. Aku akan selalu menjaga agar Alena tidak tersakiti" Kata Edward.     

"Kau tahukan, kalau Nizam sangat pencemburu "     

"Iya.. dia memang sedikit gila "     

"yah.. itu sama denganmu. Kalian sama – sama gila dan keras kepala " Kata Cynthia sambil mulai memberikan pukulan telak kepada Edward agar Edward berhenti memikirkan Alena.     

"Aku tidak gila seperti Nizam" Edward membantah dan Cynthia langsung berkoar – koar kesal.     

"Tidak gila bagaimana ? Alena sudah bersuami dan memiliki anak. Kau masih saja lebay mencintainya. Apa itu bukan lebih gila dari mencemburui istri sendiri. " Cynthia melotot tajam.     

" Iya Aku gila seperti Nizam." Akhirnya Edward mengakui.     

"Nah sekarang Aku akan memberitahukan kepadamu. Ini entah kata – kataku yang keberapa kalinya kepadamu. Kalau kau memang tidak berniat untuk menyakiti Alena, berhentillah untuk mencintai Alena dan menginginkan dia. Cintamu itu akan membunuh Alena secara perlahan. Kau akan membuat Alena tersakiti. Jadi kalau Kau tahu Nizam sangat pencemburu berhentilah untuk mencintainya " Kata Cynthia     

"Kalau begitu kau berdusta dengan perkataan bahwa kau tidak akan menyakiti Alena.. " Cynthia memegang bahu Edward dengan lemah lembut. Ia menatap mata Edward yang berwarna bagaikan permata zamrud itu.     

"Aku hanya tidak bisa berhenti mencintai Alena " kata – kata Edward terdengar seperti ratapan anak tiri yang sedang disakiti ibu tirinya.     

"Baiklah kalau kau tetap belum bisa berhenti mencintai Alena, Aku mencoba memahami perasaanmu. Nah Aku punya win – win solution untukmu. " Kata Cynthia sambil tersenyum.     

"Apa ? " Edward gantian yang menatap Cynthia.     

" Kau boleh mencintai Alena tetapi hanya dalam hati. Berhentilah memperlihatkannya di hadapan orang lain. Biarkan perasaanmu hanya Kau dan Tuhan yang tahu. Bahkan di depan Lila jangan sekali – kali kau sakiti. Kau harus ingat janjimu kepadanya ketika dia sedang dalam keadaan koma. Kau meratap bahwa kau akan belajar mencintainya dan melupakan Alena. Tetapi nyatanya kau tidak menepatinya. Itu bukan tindakan pria sejati Edward." Kata Cynthia sambil memegang tangan Edward agar Edward menjadi sedikit tenang.     

"Aku mengerti, walau ini sulit... "  Edward sedikit ragu – ragu, matanya masih muram. Mukanya sangat sendu.     

" Tidak sulit asal kau memiliki tekad. Aku harap kepergian Kami ke Azura akan mempermudah Kau melupakan Alena. Aku juga berharap bahwa kelahiran anakmu nanti akan membuat Kau benar – benar melupakan Alena. Alangkah menyakitkan bagi anakmu ketika mengetahui bahwa ayahnya tidak mencintai ibunya." Kata Cynthia terus membujuk Edward.     

Edward kali ini benar – benar terdiam. Kata – kata Cynthia seperti guyuran es dan memadamkan bara api di dadanya. Ia sangat mengakui kalau kata – kata sahabatnya itu benar. Ia harus bertekad untuk melupakan Alena demi anaknya yang akan lahir. Diam – diam Ia tidak ingin bernasib sama seperti ayahnya.     

Menurut cerita yang Ia dengar konon katanya dulu ayahnya mencintai wanita dari kalangan rakyat bawah dan kemudian hubungan mereka tidak disetujui kakek dan neneknya dan menjodohkan ayahnya dengan ibunya yang memiliki strata sosial yang sama. Jadi Edward tahu kalau selama ini Ayahnya tidak mencintai ibunya. Dan mengapa sekarang Ia harus mengalami hal yang sama.     

Walaupun latar belakangnya berbeda tetapi Ia bernasib sama dengan ayahnya yaitu sama – sama menikahi wanita yang tidak mereka cintai. Apa ini kutukan turun temurun. Ia jadi ketakutan terhadap nasib anaknya. Anaknya adalah laki – laki berdasarkan hasil USG. Apakah nanti kelak anaknya akan menikah  dengan wanita yang tidak dicintainya ? Edward berharap itu tidak terjadi.     

"Aku tahu itu Cynthia.. aku tahu bagaimana rasanya sakit hati ketika tahu ayah sendiri tidak mencintai ibunya " Edward berkata dan kemudian Ia juga memahami mengapa ibunya sangat menyayangi menantunya. Mungkin karena ibunya memiliki nasib yang sama dengan Lila.     

"Nah karena itulah.. jadi berhentilah bersikap over reaktif terhadap apapun yang berkaitan dengan Alena terutama di hadapan Nizam" Kata Cynthia masih dengan lemah lembut.     

"Apakah Kau tahu ? Seberapa bencinya Nizam kepadaku ?" Kata Edward sambil mulai mengeringkan air mata dipipinya menggunakan sapu tangan yang Ia bawa.     

"Aku tidak tahu. Aku pikir Nizam bukanlah anak kecil yang tidak bisa membedakan mana kawan dan mana lawan. Aku pikir walaupun ada kemungkinan dia membencimu tetapi bukan benci sebagai lawan yang perlu Ia singkirkan. Mungkin Nizam hanya kesal dengan tingkah lakunya. Toh Ia sendiri kemungkinan menyimpan juga perasaan bersalah kepadamu " kata Cynthia sambil mengambil sebotol air mineral kecil dari tasnya dan memberikan kepada Edward.     

'Minumlah !! " Kata Cynthia. Edward mengambilnya dan meminumnya untuk menenangkan hatinya.     

"Katakanlah apa maksudmu kalau Nizam merasa bersalah kepadaku? " kata Edward menjadi penasaran perkataan Cynthia.     

"Kau tahu sendiri kalau tadinya Dia memberikan Alena kepadamu karena Ia merasa tidak perduli dengan Alena. Tetapi kemudian Nizam mengingkari perkataannya sendiri dan mulai mengambil alih Alena dari sisimu. Jadi sebenarnya memang kalau dia tidak ada, Alena pasti jadi milikmu.     

Tetapi sudahlah. Itu sudah masa lalu. Aku harap kalian menutup lembaran lama dan mulai membuka lembaran baru untuk kehidupan kalian masing – masing. Biarkan Nizam dan Alena menjalankan takdirnya sebagai raja dan ratu Azura sedangkan kau hidup berbahagia di Amerika bersama anak – anakmu kelak " Kata Cynthia.     

Edward hanya menganggukkan kepalanya tetapi sebenarnya dia tidak memberitahukan bahwa sebenarnya selama beberapa hari ini perasaannya tidak enak dan selalu merasa bahwa apa yang dikatakan Cynthia tidak akan pernah terjadi.     

"Ayolah Edward kita masuk ke dalam antrian.. " Kata Cynthia sambil berdiri dan kembali masuk ke dalam antrian.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.