CINTA SEORANG PANGERAN

Orang Yang Duduk Di Sebelah Kanan Alena



Orang Yang Duduk Di Sebelah Kanan Alena

0"Mengapa Kau ada dibelakangku ? " kata Alena setelah memakai pakaian wisudanya lagi. Ia kini sudah kembali menutupi tubuhnya yang terlihat mengganggu iman para pria.     
0

"Kau tahu kalau ini tempat duduk untuk para wisudawan. Setahuku Kau tidak kuliah di jurusan ini. Atau jangan – jangan kau kuliah di sini juga tapi beda jurusan"Kata Alena masih keheranan. Ia benar – benar tidak habis pikir kenapa ada Amar duduk dibelakangnya. Kenapa Ia tidak duduk di tempat pendamping di balkon sana atau di tempat lain. Bukankah Arani dan para pengawal berada di tempat para pendamping. Sedangkan para penjaga tersebar di belakang tetapi tidak ada yang duduk dibarisan kursi wisudawan.     

Amar jadi misruh – misruh dalam hati. Kenapa Alena ga punya daya analisa yang sebagus temannya Cynthia. Mengapa Ia begitu polos dan kadang – kadang malah kelihatan bodoh. Dan harusnya yang berada di sini adalah Arani dan bukan dirinya. Agaknya Arani lebih memahami Alena dibandingkan dirinya yang terus menerus seperti terkena bully Alena. Amar menjadi menggigit bibirnya sendiri saking kesalnya dan itu malah terlihat oleh Alena.     

"Mengapa kau menggigit bibirmu sendiri ? Apa semalam kau tidak puas menggigit bibir istrimu sehingga sekarang kau menggigit bibirmu sendiri?" Kata Alena sambil masih keheranan. Ia malah melihat Amar menggigit bibirnya sendiri sampai terlihat memerah.     

Amar semakin tercengang mendengar pernyataan Alena. Bagaimana bisa Alena mengatakan itu semua di hadapannya. Itu adalah pernyataan yang membuat Amar menjadi sangat malu. Ia kemudian berkata, " Sebentar Yang Mulia izinkan hamba memeriksa ke belakang dulu " Kata Amar sambil kemudian tanpa mendengarkan jawaban Alena dulu Ia berdiri dan keluar dari barisan kursi.     

Amar tergesa – gesa keluar dari barisan lalu pergi ke belakang barisan. Setelah di rasa aman dari Alena dia lalu merentangkan tangannya dan menarik nafas panjang. " Tarik nafas... tarik nafas.. tenang.. tenang.. rileks.." Kata Amar berkata pada dirinya sendiri. Rupanya Ia benar - benar stress mendengarkan celoteh Alena Sehingga Ia merasa harus menenangkan dirinya dulu. Setelah di rasa cukup tenang maka Ia segera kembali ke kursinya tadi.     

Melihat Amar sudah kembali lagi lalu Alena berkata lagi, "Kemana Kamu? Pipis dulu ?" Katanya lagi. Amar yang sudah melakukan relaksasi sekarang lebih tenang menghadapi pertanyaan Alena.     

"Tidak Yang Mulia, hanya sedikit memeriksa keadaan. Sekarang Yang Mulia sebaiknya duduk manis ke depan dan jangan sering melihat ke belakang " Kata Amar sambil tersenyum manis.     

"Oh ya tadi kata suamiku, Aku harus menurut kepadamu.. Agaknya dia tahu kalau Kau akan duduk di belakangku. Sampai di sini Aku sedikit paham. Tapi yang tidak aku mengerti mengapa Kau sampai bisa duduk di barisan kursi lulusan Ekonomi. Memang sebenarnya kau kuliah di jurusan apa ? " Kata Alena lagi masih penasaran sekali.     

'Yang Mulia.. Hamba disini hanya untuk memastikan keamanan Yang Mulia. Jadi tolong untuk tetap tenang " Kata Amar lagi.     

"Kenapa harus memastikan keamananku. Kau mau berjaga di sini. Kau lihat sudah banyak penjaga berkeliaran, Kau tidak perlu berjaga lagi. Lagipula semua orang tanpa pengawal. Lihat ke sana, Nizam saja tidak ditunggui Ali sama Fuad. Ali sama Fuad juga menunggu di balkon. Kau tidak usah berjaga untukku. Aku bisa jaga diri sendiri. Lagipula kalau teman – teman pada tahu nanti Aku malu" Kata Alena sambil melirik ke arah kiri dan  kanan. Untunya dia tidak mengenal orang – orang yang duduk di sekelilingnya karena memang lulusan jurusan Ekonomi jumlahnya ratusan dan tidak semuanya Ia kenal.           

"Yang Mulia.. bukan saatnya untuk berdebat, coba lihat kita akan mendengar lagu kebangsaan Amerika sebentar lagi " Kata Amar sambil siap – siap berdiri. Alena akhirnya tidak ngeyel lagi Ia lebih memilih berdiri dan mendengarkan lagu kebangsaan Amerika. Ia tidak hapal lagu tersebut sehingga Ia   dan Amar hanya mendengarkan saja. Tapi berbeda dengan orang – orang berkebangsaan Amerika termasuk orang yang tadi dibungkam. Ia sudah gelisah karena suaranya masih belum kembali. Wajahnya pucat dan dia terus menoleh ke arah belakang bahkan menatap Alena seakan minta tolong. Bukankah tadi Ia mendengar kalau orang yang berbisik di telinganya dengan logat aneh itu mengatakan kalau Ia harus menjaga bicaranya kepada Alena.     

Dan Alena tahu kalau orang itu terus menatapnya sambil memegang tenggorokannya. Ia memberikan isyarat kepada Alena untuk mengembalikan suaranya. Alena yang mengenalnya. Dia adalah James  teman sekelasnya. Alena lalu berkata, "Kau kenapa James ? Mengapa Kau memegang lehermu ? Ada apa ? " Alena bertanya.     

James mengangkat kedua tangannya, Ia sangat ketakutan suaranya tidak ada. Amar memperhatikan tingkah teman calon ratunya dan Ia masih membiarkan orang itu ketakutan. Ia sangat kesal orang itu berani mengatakan hal buruk kepada Alena walaupun sebenarnya itu bukan salahnya karena memang tubuh Alena terlalu sulit untuk diabaikan.     

Tetapi ketika lagu kebangsaan Amerika mulai berkumandang Amar lalu menggerakan tangannya dan dengan kecepatan tinggi yang tidak dapat dilihat orang. Amar menekan kembali titik akupuntur suara James sehingga James langsung berdehem keras hingga semua mata menatapnya dengan keheranan. Tapi James tampak tidak perduli dengan tatapan orang – orang. Dia bahagia suaranya kembali sehingga Ia langsung ikut bernyanyi dengan suara bersemangat bahkan suaranya terdengar sangat lantang dan sumbang.     

Setelah selesai bernyanyi, Para hadirin duduk kembali. James lalu menoleh ke belakang dan berkata pada Alena. "Alena terima kasih,suaraku sudah kembali lagi " Kata James berseri – seri.     

"Hah.. emang kemana suaramu tadi pergi, Ke toilet ? Kho bisa kembali lagi" kata Alena keheranan.     

"Tadi suaraku hilang. Aku tidak tahu mengapa. Ada orang yang berbisik kalau Aku harus menjaga kata – kataku terhadapmu. Aku pikir kau bisa menghilangkan suaraku. Atau Aku hanya berhalusinasi saja " Kata James sambil berdehem – dehem.     

Alena mencibir kepada James, "Kau memang berhalusinasi, mana bisa Aku menghilangkan suaramu walaupun Aku ingin karena tadi nyanyian lagu kebangsaan negaramu terdengar indah hingga kemudian kau ikut bernyanyi dan mengacaukan semuanya "Kata Alena kesal mendengar suara James yang begitu sumbang.     

James langsung cemberut, tetapi kemudian dia berkata, "Alena.. siapa yang duduk disampingmu? Mengapa masih kosong ? " Kata James sambil menunjuk ke kursi di sebelah kiri dan kanan  Alena yang masih kosong. Padahal sebentar lagi akan ada sambutan dari presiden Amerika.     

Alena kemudian menatap ke sebelah kiri dan kanan- nya. Memang benar kursi itu masih kosong. "Aku tidak tahu siapa ? " Kata Alena sambil celingukan seakan mengabsen teman – teman sekelasnya yang duduk terpisah.     

" Terlalu banyak orang sehingga Aku tidak tahu siapa yang sudah datang dan siapa yang belum " Kata Alena.     

"Alena, baru kali ini Aku melihat kau duduk terpisah dari Cynthia " Kata James sambil terheran – heran.     

"Ya... Aku memang sial, Cynthia, Nizam dan Edward mereka lulusan terbaik sehingga mendapat kehormatan duduk dibarisan sebagai lulusan terbaik. Nah..Aku terpisah sendirian. Harusnya disebelah kananku Nizam dan di sebelah kiriku Cynthia. Tapi entah siapa yang akan duduk dikursi kiri dan kananku sekarang. " Kata Alena sambil ngomel – ngomel.     

"Kalau tidak ada yang duduk, Aku pindah ke situ ya.." Kata James. Tapi belum juga Ia berdiri tiba – tiba terdengar lagi suara berbisik di telinganya. 'Kau jangan coba – coba duduk di sebelah Alena ' kata suara itu yang langsung membuat James ketakutan. Ia bahkan tidak berani menoleh lagi ke belakang. Dan Alena tidak menyadari James yang sedang ketakutan. Ia malah sibuk memainkan clucth yang Ia pegang hingga kemudian ada seseorang yang duduk di sebelah kanannya.     

Alena menyenderkan tubuhnya ke belakang untuk memberikan jalan kepada orang itu. Dan ketika orang itu sudah duduk dengan nyaman Ia tiba – tiba berkata, " Hallo Alena, apa Kabarmu ? "     

Alena terkejut bukan alang kepalang mendengar suaranya. Ia lalu menoleh ke arah kanan dan Ia ternganga menatap seraut wajah yang tidak akan pernah Ia lupakan seumur hidupnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.