CINTA SEORANG PANGERAN

Orang Yang Duduk di Sebelah Kirinya



Orang Yang Duduk di Sebelah Kirinya

1Berambut pirang bermata biru dan memiliki wajah sangat tampan dan sangat don yuan. Yang tidak pernah gigih mengejar – ngejar dirinya dan bahkan lebih agresif dari Edward. Pemuda tengil yang digilai oleh setengah wanita di kampusnya. Karena ketampanan dan kekayaan orang tuanya. Yang ke sekolah dengan ganti – ganti mobil sport seperti ganti – ganti sepatu.     
0

"Justin !! " Suara Alena tersekat di tenggorokannya.     

"Iya ini Aku, Kenapa ? Terkejut ? Rindu ? Kangen ? Kalau itu yang kau rasakan maka kita memiliki perasaan yang sama. Terbelenggu di penjara hampir dua tahun membuat Aku tersiksa. Kau tahu apa yang membuatku tersiksa ? Bukan dingin atau panasnya penjara. Bukan juga karena kebebasanku terampas. Tapi Aku tersiksa karena membayangkan Kau dicumbu oleh Nizam. Dia pangeran sialan itu sudah memenjarakan Aku dengan vonis tiga tahun setengah. Kalau saja Ayahku yang mati – matian mencari cara untuk mengeluarkan Aku maka Aku tidak akan ada di sini untuk ikut diwisuda bersama kalian." Kata orang itu sambil berbisik – bisik.     

Alena langsung menggigil ketakutan, tubuhnya terasa sangat dingin dan Ia langsung berbalik ke belakang menatap Amar.     

"Amar.. Aku takut " Kata Alena dengan muka pucat. Ia masih ingat bagaimana Justin memaksa mencium dan hendak memperkosanya. Kerasnya pegangan Justin masih terbayang dan betapa panasnya bibir Justin ketika menyentuh pipinya. Ia sangat ketakutan.     

Amar tentu saja tidak mengenal siapa Justin dan tahu adalah dua pengawal Alena yaitu Aruna dan Alika. Mereka tidak ikut karena ada di rumah ikut berjaga di rumah.     

Ketika Alena berbalik dan berkata kepada Amar, Justin memperhatikan dan kemudian berkata, "Ow.. luar biasa. Kau membawa pengawal laki – laki sekarang. Mana kedua pengawal wanitamu yang sudah menghajar diriku. Aku sampai remuk redam di hajar mereka" Kata Justin sambil tersenyum. Ia benar – benar gila dan tidak mengenal takut. Ia tampak santai.     

Ketika Amar hendak bergerak tiba – tiba Justin memperlihatkan sepucuk senjata dari saku bagian dalam jasnya.     

"Kau diamlah. Kalau ingin Alena masih bernyawa. Aku tidak akan segan – segan membunuhnya dan kemudian membunuh diriku sehingga Aku dan dia akan bersama di kehidupan setelah kematian kelak" Kata Justin dengan buas kepada Amar. Membuat Amar langsung diam tidak berani bertindak gegabah. Ia baru tahu kalau Justin tampak gila. Alena semakin menggigil ketakutan.     

"Justin kau jangan macam – macam. Aku tidak mau mati. Aku punya anak dua. Mereka masih menyusui kasihan mereka kalau Aku mati " Kata Alena sambil hendak berdiri untuk pergi. Tetapi Justin lalu membentak dengan keras.     

"Kau duduklah.. Jangan kemana – mana. Atau Aku akan benar – benar membunuh kita berdua." Mata biru Justin yang sebenarnya sangat indah itu menyala bagaikan nyala api.     

Alena lalu diam tidak berani bergerak, " Aku mengerti. Aku akan diam.. tolong jangan membunuhku. Aku akan diam.. " Kata Alena sambil duduk mencoba menenangkan dirinya.     

"Nah itu baru manis.. Kau duduklah. Lihat sebentar lagi presiden Amerika akan berpidato.. tetapi sebaiknya kau tidak usah mendengarkan dia. Kau sebaiknya mendengarkan Aku bicara saja. Aku sudah lama menahan perasaan ini di penjara. Aku bagaikan orang gila bicara dengan tembok. Aku benar – benar beruntung Ayahku memiliki koneksi di kepolisian sehingga Aku bisa memliki ruang penjara sendiri dan tidak bergabung dengan penjahat lainnya." Kata Justin mulai curhat kepada Alena. Dan Alena terpaksa mendengarkan curhatan Justin dengan ketakutan. Sedangkan Amar sendiri melihat Justin sedang curhat Ia hanya bisa menunggu Justin lengah.     

Ia tidak ingin bertindak gegabah karena di depan ada Presiden yang sedang berpidato. Kalau Ia sampai membuat keributan jangan – jangan malah mereka yang akan ditembak oleh pasukan pengawal presiden. Ia juga tidak mau sembarangan menekan titik Akupuntur Justin karena posisi Justin benar – benar sedang duduk dan mengarahkan senjatanya kepada Alena. Jadi Ia sebaiknya menunggu Justin saat lengah.     

Kali ini Ia tidak melihat kalau Justin akan bertindak gegabah kalau Alena duduk manis dan mendengarkan curhatannya. Agaknya untuk saat ini Justin hanya ingin curhat kepada Alena sambil mengenang masa – masa di penjara.     

Alena kemudian melihat mata Justin yang berkaca – kaca, hatinya jadi terenyuh. Ia menjadi sedikit tenang mendengarkan Justin curhat.     

"Apa kau mendengarkan Aku, Alena ?" kata Justin dengan suara serak.     

"Aku mendengarkanmu. Jadi bicaralah kalau dengan berbicara membuat hatimu tenang. Tetapi tolong untuk tidak terlalu ribut karena itu akan menarik perhatian orang" Kata Alena mencoba bersikap bijaksana. Ia juga lalu menoleh ke arah Amar sambil menggelengkan kepalanya. Ia lalu berkata dengan wajah serius yang bahkan Amar menjadi terpesona. Kenapa tiba – tiba wajah Alena menjadi begitu berwibawa bukannya polos dan sedikit menyebalkan seperti tadi.     

Amar menjawab, " Silahkan ambil waktumu, Yang Mulia. Jangan Khawatir hamba ada dibelakang Yang Mulia" Kata Amar kepada Alena dengan penuh hormat. Ia baru tahu kalau lagi kepepet otak Alena baru jalan.     

"Alena.. Aku merasa suamimu itu tidak adil " Kata Justin sambil menatap ke arah Nizam yang sedang konsentrasi menyiapkan dirinya karena akan memberikan pidato di depan presiden Amerika sebagai lulusan terbaik.     

"Tidak adil bagaimana maksudmu ?" kata Alena berusaha tetap bersikap santai.     

"Ketika George hendak memperkosamu. Ia hanya memperingatinya saja dan tidak memenjarakannya. Bahkan Aku lihat sekarang George bisa berbicara di depan Nizam dengan suasana yang akrab. Tidak sedikitpun Nizam membencinya. Tetapi mengapa Ia begitu membenciku. Padahal Aku dan George posisinya sama saja. Sama – sama hendak memperkosamu. Lagipula waktu itu aku dibawah pengaruh allkohol. Tetapi suamimu begitu tega memenjarakan Aku sampai tiga tahun setengah" Kata Justin.     

"Memenjarakanmu sampai tiga tahun setengah gara – gara hendak memperkosa Aku ? Apa kau gila. Bukannya kau dipenjara karena memperkosa wanita lain" Kata Alena sambil tidak terima dengan kata – kata Justin.     

"Nizam memfitnahku. Aku sama sekali tidak memperkosa gadis itu. Dia sukarela tidur denganku tetapi mengapa keesokan harinya pintu kamar hotel aku di dobrak  dari luar dan banyak polisi serta wartawan yang membuatku langsung tidak berkutik. Wanita itu telah menelpon polisi dan wartawan serta melaporkan Aku telah memperkosanya. Aku tidak bisa mengelak dan Aku di penjara."     

"Mungkin itu bukan perbuatan suamiku.."     

"Tidak !! Itu adalah perbuatan suamimu. Pengacaraku berusaha mencari tahu dan menyelidiki wanita itu hingga akhirnya setelah hampir dua tahun Pengacaraku baru bisa menemukan bukti bahwa wanita itu berbohong dan dia dibayar seseorang untuk melakukan itu. Tetapi si wanita itu tidak tahu siapa orangnya tetapi Aku yakin itu suamimu.." Kata Justin     

Alena jadi terdiam. Cerita Justin sebenarnya sangat masuk di akal. Masih untung Justin tidak dibunuh juga.     

"Maafkan Nizam kalau seandainya dia memang sudah melakukan itu.." Kata Alena perlahan.     

" Alena kau kan tahu kalau Aku mencintaimu bertahun – tahun lamanya. Aku selalu mengejar –ngerjar dirimu. Selama tiga tahun itu apakah pernah Aku mencoba melecehkanmu?" Kata Justin.     

Alena lagi – lagi terdiam.     

"Aku hanya pernah mencoba memaksa menciummu.. tetapi waktu itu aku benar – benar sedang mabuk dan tidak sadar Apa yang sedang kulakukan. Aku dihajar habis – habisan oleh pengawalmu dan Aku juga berakhir dipenjara. Alena mengapa Nizam melakukan itu kepadaku dan tidak kepada George.."     

Alena menarik nafas panjang sebelum kemudian dia lalu menjawab setelah berpikir tentang Nizam.     

"Waktu itu ketika George mau memperkosaku, statusku masih bukan siapa – siapa Nizam. Bahkan sekedar kekasihnya pun tidak. Tetapi ketika Kau hendak memperkosaku. Statusku sudah menjadi istrinya dan bahkan waktu itu karena terikat peraturan kerajaan. Dia belum menyentuhku sama sekali tiba – tiba Ia mendengar Kau hendak  memperkosaku. Menurutku kau masih hidup juga sudah suatu keberuntungan " kata Alena akhirnya berkata sesuai analisanya.     

Justin langsung melotot mendengar kata – kata Alena.     

"Apa maksud dari perkataanmu, Alena ?" Kata Justin tiba – tiba menjadi tegang membuat Amar menegakkan tubuhnya dan bersiap – siap akan melakukan suatu tindakan jika Justin menyerang Alena.     

"Kau harus tahu Justin. Nizam yang selama ini kita kenal sebagai pria dingin yang datar seperti tembok adalah pencemburu. Ia seorang yang posesif. Ia tidak akan pernah bisa terima istrinya di sentuh pria lain. Dia sedikit gila.. Bahkan dia beberapa kali hampir terlibat perkelahian dengan Edward karena cemburu. Semua di cemburui.. bahkan seekor kucing yang tidur dipangkuanku saja pernah dia usir karena tidak suka" Kata Alena membuat Justin tercengang.     

Ketika Justin sedang tercengang itu tiba – tiba ada seseorang yang duduk disamping kiri Alena dan berkata,     

"Itu karena istrinya begitu cantik jelita dan menggemaskan.. tentu saja wajar Kalau Pangeran Nizam begitu posesif karena Akupun jika ada di posisinya akan bersikap sama " Kata Orang itu sambil menyenderkan duduknya di sandaran kursi. Topi toganya dia benarkan karena agak miring dan menutupi wajahnya.     

Justin kaget dan Ia segera meraba senjatanya. Tetapi wajahnya pucat karena senjatanya sudah tidak ada disaku jasnya.     

"Kau mencari ini ?" Kata orang itu sambil memperlihatkan senjata yang kini ada ditangannya.     

Amar, Alena dan Justin langsung schock berat dan kompak melihat ke wajah pria itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.