CINTA SEORANG PANGERAN

Katakan Kau Mencintaiku, Alena !



Katakan Kau Mencintaiku, Alena !

0Setelah melihat bilur – bilur merah yang begitu banyak membekas pada tubuh Alena. Nizam segera membalikkan tubuh Alena. Wajah Alena tampak kusut masai. Matanya bengkak dan bibirnya membiru. Nizam memeluk tubuh Alena dan mulai mencium mata yang basah itu.     
0

"Alena…" Bisik Nizam dengan lembut. Alena tampak gemetar menahan perih ketika tubuhnya dibalik maka posisi pant*t  Alena kini tertekan oleh tubuhnya sendiri ke kulit Nizam. Rasa sakit dan perih semakin terasa menyakitkan. Tangan Nizam menyentuh pipi Alena yang sembab. Alena menatap Nizam dengan pandangan memelas. Ia tidak mengira sedikitpun kalau suaminya akan mencambuknya seperti binatang. Amarahnya langsung meluap – luap. Ia merasa tidak pantas diperlakukan sekeji itu. Ia merasa kesalahannya karena menyelinap diam – diam tidak setimpal dengan hukumannya.     

Alena melepaskan tangan Nizam dari wajahnya, mukanya yang pucat semakin pucat ketika Ia bangun rasa sakit semakin menjadi.     

"Kau menyiksaku seperti binatang " Kata Alena dengan perasaan sangat terhina.     

"Aku hanya ingin mendidikmu " Kata Nizam sambil menatap Alena dengan lembut, amarahnya kini sudah hilang karena sudah Ia luapkan dengan mencambuk Alena.     

"Aku bukan binatang peliharaanmu. Yang harus Kau cambuk" Kata Alena sambil melangkah terseok – seok.     

"Alena…" Kata Nizam memanggil Alena. Alena tampak mencari – cari pakaiannya.     

Alena membalikkan tubuhnya dengan perlahan. Matanya yang penuh dengan air mata langsung menatap Nizam dengan tajam.     

"Aku ingin kita berpisah. Aku tidak mau tinggal dengan suami yang memperlakukan istrinya seperti binatang." Kata Alena dengan dingin. Mendengar kata – kata Alena, amarah Nizam tampak kembali bangkit.     

"Jadi setelah disentuh oleh Pangeran Abbash, Kau ingin meninggalkan Aku. Kau ingin berpisah agar Kau bisa bersama pangeran itu" Suara Nizam meninggi. Alena terbelalak mendengar kata – kata Nizam. Sungguh tuduhan yang sangat keji, Ia disiksa lalu dituduh berselingkuh. Luar biasa putra mahkota Azura ini. Sikap cemburunya sudah membuat tingkahnya semakin gila.     

Alena berjalan mendekati Nizam lalu Ia melayangkan tangannya,     

"Plak!! " Alena menampar Nizam, lalu berkata, " Ini untuk siksaan yang kau berikan "     

Nizam terpaku lalu sebelum Ia bersuara Alena menampar Nizam lagi.     

"Plak !! " Alena berkata, "Ini untuk tuduhan gilamu"     

"Kau mencintai Pangeran Tampan itu " Nizam berteriak     

"Kau menikmati sentuhannya. Kau diam ketika Ia mencium bibirmu" Nizam kembali bersuara dengan keras. Emosinya kini naik kembali. Alena menatap suaminya yang kini seperti orang bodoh. Bagaimana mungkin Dia mencintai Pangeran Abbash kalau kenal saja tidak. Darimana Ia tahu Pangeran itu tampan atau tidak. Melihat fotonya saja belum pernah. Melihat bayangannya saja Ia juga tidak pernah.     

Tapi kemudian Alena mengeluarkan kata – kata yang berakibat fatal bagi dirinya.     

"Kalau kau memang mengira Aku ada affair dengan Pangeran Abbash. Baiklah, berpikirlah seperti apa yang kau pikirkan. Aku tidak perduli. Aku sudah lelah dengan sikap posesifmu" Kata Alena sambil meraih gaun yang tadi dilepaskan oleh pelayan Bastnah.     

Dengan susah payah Alena mencoba berpakaian. Sementara itu Nizam menggigil menahan marah mendengar kata – kata Alena seperti itu. Ia segera bergerak dan merebut pakaian yang dipegang Alena dengan sekali tarikan Ia merobek gaun itu.     

Alena ternganga ketika Nizam kemudian meraih pinggangnya dan dengan sekali gerakan Nizam melempar tubuh Alena ke atas ranjang. Alena menjerit histeris ketika tubuhnya terhempas ke atas ranjang dengan pant*tnya dulu yang terkena ke atas ranjang. Walaupun ranjang itu sangat lembut dan empuk tetapi pant*atnya sedang terluka. Rasa sakit langsung terasa menggigit sekujur tubuhnya.     

"AAKH…" Alena menjerit dan sebelum Ia bangkit Nizam sudah menarik lingerienya lalu menarik seluruh kain yang melekat pada tubuhnya.     

Alena meronta – ronta ketika menyadari apa yang akan dilakukan Nizam. Nizam akan menyiksanya dalam bentuk hukuman yang lain. Tangan Nizam terhulur dan mulai mencengkram. Alena segera memegang tangan Nizam yang mencengkram tubuhnya dengan kuat.     

"Demi Tuhan Nizam,.. Kau sangat kejam.." Kata Alena sambil menggeliat menahan sakit.     

"Aku mencintaimu.." Kata Nizam sambil membuka paha Alena dan mulai melepaskan pakaiannya sendiri.     

Alena mendorong dada Nizam dengan kuat, tetapi Nizam malah mengambil tangan Alena dan mengangkatnya lalu menekannya ke ranjang di atas kepala Alena. Alena berteriak ketika tubuh Nizam bagian bawah bergerak dan memasuki tubuhnya dengan sangat kasar.     

"Kau gila!! Bukan begini cara mencintai seseorang " Alena berteriak dan kemudian jeritannya terdengar melengking membuat orang – orang semakin gila. Wajah Arani yang datar kini mulai menunjukkan reaksi resah yang teramat sangat. Kedua tangannya terkatup di depan mulutnya. Jonathan yang tidak tahan lagi Ia bergegas akan masuk ke dalam kamar tetapi kemudian tangannya ditahan oleh Arani.     

"Kau tidak punya wewenang untuk itu " Kata Arani     

"Dia akan membunuh Alena. Sampai kapanpun tidak akan kubiarkan" Kata Jonathan.     

"Yang Mulia tidak akan membunuh Putri Alena " Kata Arani. Jonathan tampak muram, Ia sangat marah dengan Nizam dan Arani hingga kemudian Ia berbalik dan melangkah pergi meninggalkan kamar hukuman Alena.     

Alena meraung – raung ketika Nizam dengan buas memacu tubuhnya. Ia tidak perduli kalau Alena sangat kesakitan. Ia bahkan masih meremas pinggul Alena yang penuh dengan bilur kemerahan. Tidak dibayangkan rasa sakit yang di derita Alena. Ia juga harus menahan gigitan Nizam di pipinya, bibirnya, telinga dan lehernya. Semakin Alena berteriak Nizam semakin kuat menggigit.     

Ali berjalan – jalan di depan pintu kamar dengan gelisah sesekali Ia menatap Arani. Ia ingin sekali mendobrak kamar itu dan menyelamatkan Alena dari kegilaan Nizam. Tetapi Arani sama sekali tidak memberikan reaksi apa – apa. Hingga Ali tidak berani bertindak.     

"Nizam….Aduuh… Aouch..Nizam.. Aku sakit..sangat sakit. Maafkan Aku..Aku salah.. tolong bebaskan Aku" Saking sakitnya Alena sampai mengaku salah dan meratap minta dibebaskan. Tubuhnya gemetar tangan Nizam yang mencengkram kedua belahan pinggulnya membuat rasa sakit yang berlipat ganda. Tidak ada keindahan  yang biasa Ia rasakan. Ketika Nizam semakin mempercepat gerakannya Alena semakin terkejang dan kemudian Nizam mengeram sambil tetap mencengkram pinggul Alena. Alena merenggut rambut Nizam sambil mengangkat pinggulnya yang terasa sangat sakit. Ketika tubuh Nizam terhempas ke atas tubuhnya. Alena memejamkan matanya dengan air mata berlelehan.     

Nafas Nizam masih turun naik ketika Ia menggulirkan tubuhnya ke samping tubuh Alena. Matanya menatap wajah Alena yang sudah tidak tampak kecantikannya. Kecantikan Alena direnggut oleh Amarah Nizam. Nizam mengangkat tangannya yang terasa basah dan lengket. Ia tercengang melihat tangannya penuh dengan lumuran darah.     

Pinggul Alena yang terluka karena cambukan Nizam rupanya menjadi berdarah karena Nizam mencengkramnya terlalu kuat. Nizam terbangun kaget. " Alena…" Suaranya memanggil Alena. Alena menatapnya dengan penuh kebencian.     

"Aku membencimu" Kata Alena dengan mata menyalang. Wajah Nizam yang sudah melembut kini mengeras kembali. Ia lalu membalik tubuh Alena dengan cepat. Alena kembali menjerit. Nizam meraih bantal dan menyimpannya di bawah perut Alena. Dan Alena berteriak histeris ketika Nizam kini memacunya dari belakang sambil berteriak penuh murka. " Katakan kalau kau mencintaiku!!" Kata Nizam.     

Alena merasakan lututnya gemetar ketika Nizam memacunya. Ia merintih – rintih kesakitan. Nizam terus menyuruhnya mengatakan kalau Ia mencintai Nizam. Rasa sakit yang mendera tubuhnya membuat Alena akhirnya  menyerah. " Aku menyerah Nizam.. ini terlalu menyakitkan" Kata Alena sambil menangis meraung – raung. Wajahnya terbenam ke atas bantal dan menunggu Nizam mentuntaskan amarahnya.     

Alena kini menutup mulutnya dan Ia baru membukanya ketika Nizam menghentakkan tubuhnya dengan kuat sambil memekik kecil. Nizam menggigit bahu Alena hingga memerah darah. "Katakan kau mencintaiku.. Kau hanya milikku.. Kau tidak akan meninggalkanku "Kata Nizam sebelum kemudian Ia kembali terhempas.     

Tubuh Nizam berleleran keringat. Jiwanya sangat letih jauh lebih letih dibandingkan tubuhnya. Ia berbaring bertelengkup sambil menekan emosinya. Ia juga menahan miliknya agar tidak terbangkit lagi. Ia sudah cukup menyiksa Alena. Mata Nizam tertutup dan Ia mencoba menenangkan jiwanya walaupun tangis Alena masih terdengar lirih. Nizam seperti sedang bermimpi dan Ia memang berharap apa yang sudah terjadi adalah suatu mimpi buruk dan Ia akan terbangun keesokan harinya dengan kehidupan yang seperti biasa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.