CINTA SEORANG PANGERAN

Jangan Menangis Axel !!



Jangan Menangis Axel !!

0Nizam yang sedang duduk termangu di kursi depan Ruangan tempat Cynthia melahirkan langsung terlonjak. Ia lalu mengucapkan syukur berkali - kali.  Alhamdulillah,  ada kebahagiaan ditengah kesedihannya.      
0

Mata Nizam begitu kuyu, wajahnya juga begitu muram. Seandainya waktu bisa diputar kembali tentunya Ia tidak akan melakukan suatu kebodohan. Ketika Ia menganiaya Alena karena Edward, Nizam sebenarnya sudah berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Waktu itu Ia hampir saja kehilangan bayinya karena kebodohannya. Sekarang Alena malah masih belum siuman juga. Nizam bangkit dari duduknya dan dengan pandanga kosong dia melangkah menuju kamar Alena. Ia tidak ingin menengok bayi Cynthia dulu karena perasaannya yang sedang tidak karuan.     

Para pengawalnya mengikuti Nizam dengan perlahan, ketika Nizam sudah berada di depan kamar Alena tiba - tiba seorang pengasuh bayi si kembar datang.     

"Yang Mulia.. ampunilah hamba. tetapi hamba sudah sangat kebingungan dengan apa yang harus hamba lakukan. Putri Alexa dan Pangeran Axel sedang menangis menjerit - jerit. Mereka kehausan dan Persediaan ASI sudah habis dari kemarin. Apakah kami harus memberikan susu formula atau bagaimana ? " Pengasuh itu tampak kebingungan dan ketakutan.     

Mata Nizam melirik dengan tajam, mulutnya mengerucut. Ia ingin sekali marah dengan kebodohan Pelayan itu. Mengapa pula urusan susu anaknya Ia harus tahu. Dikerajaannya mana ada pangeran mengurusi susu anak - anaknya. Tetapi kemudian Nizam tersadar kembali kalau dari awal antara dirinya dan Alena sepakat akan mengurusi buah hati mereka berdua secara langsung. Mereka juga memberikan perintah kepada pelayan agar selalu mengatakan semua hal yang ada kaitannya dengan si kembar. Itu sebabnya si pelayan bertanya kepada Nizam.     

Langkah Nizam terhenti dan Ia segera memutar tubuhnya, lalu berkata kepada  Arani.     

"Arani Kau tunggulah di sini menjaga Alena bersama Ali dan Fuad, Aku akan melihat si kembar dulu " Kata Nizam sambil melangkah pergi.     

Arani hanya menganggukkan kepalanya dengan hormat. Ia lalu menatap Nizam dengan hati iba. Sebenarnya Arani pribadi sangat kesal dengan tingkah Nizam yang terkadang suka diluar kendali kalau sudah berkaitan dengan perasaan cemburu. Otaknya yang jenius seakan-akan tidak memiliki arti apa-apa ketika sebagai isinya dibakar api cemburu. Mungkin inilah yang disebut bahwa tidak ada gading yang tidak retak. Tidak ada makhluk yang sempurna dimuka bumi ini.     

Nizam yang tampan, jenius, cool, kaya raya dan baik hati itu ternyata memiliki kekurangan tidak bisa mengendalikan sikap posesif dan rasa cemburunya. Nizam akan kehilangan akal sehat kalau sedang dibakar api cemburu. Dan dia akan menjadi orang yang sangat bodoh. Arani menatap Nizam yang melangkah sedikit gontai menuju kamar tempat Axel dan Alexa. Lalu menghilang dari pandangannya.     

Ketika Nizam  akan berbelok menuju koridor yang menghubungkan antar ruangan, terlihat sosok tubuh tinggi tidak sengaja hampir menabraknya.     

"Kurang ajar! Berani benar Kau menabrak yang Mulia " Kata pengawalnya sambil bereaksi untuk menarik orang itu, tetapi para pengawalnya langsung mundur kembali ketika Nizam mengangkat tangannya untuk tidak berbuat apa - apa. Karena orang itu ternyata Jonathan. Jonathan terkejut Ia hampir menabrak Nizam. Jonathan memang tidak terlalu fokus berjalan karena pikirannya dipenuhi oleh Alena. Ia bahkan terpikirkan akan mengontak Edward dan mencari jalan keluar untuk menyelamatkan Alena.      

Jonathan terus menerus berpikir bahwa sifat Nizam yang sangat mengerikan ketika Ia cemburu akan membahayakan nyawa Alena. Jadi ketika Dia bertemu dengan Nizam maka luapan emosi yang dari kemarin ditahan langsung meluap tidak terkendali. Ia mendorong Nizam dengan kedua tangannya dan langsung memukul muka  Nizam bertubi - tubi sampai Nizam roboh terhempas ke lantai.      

Para pengawal langsung berteriak dan kembali bereaksi, Beberapa pengawal  mencekal tangan Jonathan dan menelekungnya ke belakang. Jonathan meronta sambil menendangkan kakinya ke tubuh Nizam yang  masih terjatuh dilantai. Nizam mengusap bibir dan hidungnya yang berdarah. Pukulan Jonathan sangat keras karena dilakukan dengan penuh emosi.      

"Kau laki - laki pengecut !! Mengapa Kau menyiksa istrimu sendiri ? Alena begitu lemah dan lembut. Kau mencambuknya.." Jonathan lalu mengerahkan tenaganya dan melepaskan diri dari pegangan pengawal Nizam. Amarah Jonathan membuat tenaganya jadi berlipat ganda. Para pengawalnya langsung terjungkal ke belakang.     

Jonathan kembali menerjang, Diamnya Nizam bahkan dia tetap duduk dilantai membuat Jonathan semakin leluasa.  Kakinya menendang tubuh Nizam bertubi - tubi.     

"Bangun Kau pengecut !! Kau bukanlah seorang pangeran dan calon raja yang terhormat. Kau adalah sampah.. Kau adalah sampah. Teganya kau menyakiti Alena. Kau tahu berapa banyak pria dikampus  yang begitu terguncang ketika Kau menikahinya.     

Aku sendiri hampir gila karena tidak bisa mendapatkan cinta Alena. Tetapi ketika Kami sudah merelakan Ia untuk menjadi milikmu, Kau malah menghajarnya. Aku tidak akan memaafkanmu .." Kata Jonathan terus menendangi Nizam sampai tubuh Nizam biru - biru. Dan Nizam tidak berkata sepatah katapun. Ia hanya menutup wajahnya dengan kedua lengannya agar tendangan Jonathan tidak sampai ke mukanya.     

Wajahnya sudah babak belur dihajar Cynthia dan Jonathan tadi, jadi kalau seandainya Ia membiarkan wajah ditendang lagi maka Nizam khawatir sampai ada berita yang akan sampai ke Azura. Luka di wajah lebih sulit disembunyikan daripada luka di tubuh yang bisa ditutup oleh pakaian.     

Kelihatannya Jonathan semakin kalap karena reaksi Nizam yang hanya terdiam duduk dilantai sambil menahan mukanya hingga kemudian Ia melihat Arani berlari dan menghalangi tendangan Jonathan pada Nizam. Jonathan terkejut melihat kedatangan Arani tiba - tiba. Rupanya tadi ada seorang pengawal yang berlari untuk memberitahukan kemarahan Jonathan kepada Arani.     

"Nathan.. Apakah Kau sudah gila?" Arani berteriak histeris sambil mendorong dada suaminya ke belakang. Tubuh Jonathan terhuyung kembali dan menjauh dari Nizam. Ia lalu menegakkan badannya dan berteriak kepada istrinya.     

"Jangan halangi Aku. Aku akan membunuhnya. Dia sudah menyiksa Alena. Dia memperlakukan Alena seperti binatang. Dia tidak pantas menjadi manusia. Dia sangat kejam " Kata Jonathan berteriak - teriak.     

Nizam mengangkat tangannya dan berkata sambil terbatuk memegang dadanya yang terkena tendangan Jonathan. Dadanya itu terasa sangat sakit. Tendangan Jonathan begitu keras dan menyakitkan. Jonathan terus berteriak - teriak seperti orang gila dengan Arani di depannya menahan tubuh Jonathan yang akan menghajar Nizam kembali. Nizam berkata sambil tertunduk,      

"Jangan Kau halangi, suamimu. Biarkan Ia menghajarku. Apa yang dikatakannya adalah kebenaran. Aku memang bukan manusia. Aku adalah binatang. Aku sudah menyiksa Alena sampai dia tidak sadarkan diri. Dan itu tidak hanya sekali. Aku melakukannya berulang kali... tendang lagi, Nathan.. pukul Aku sepuasmu.. uhuk..uhuk.." Kata Nizam sambil kemudian terbatuk dan muntah darah.     

Mendengar kata - kata Nizam dan melihat kondisi Nizam yang muntah darah. Jonathan jadi sedikit reda emosinya. Ia lalu menepiskan tangan Arani dan berkata,     

"Aku akan pergi.. dan tidak akan kembali lagi ke rumah ini. Aku tidak ingin tinggal di tempat binatang tidak berperasaan. Dan Kau Arani. Kalau kau memang istriku maka ikutlah denganku jika kau ingin tinggal dengan majikanmu yang seperti binatang ini maka tinggalkan Aku " Kata Jonathan sambil melangkah pergi dengan wajah merah karena marah.     

Arani hanya terpaku sambil menatap suaminya yang melangkah pergi. Nizam langsung berkata kepada Arani, " Pergilah. Kejar suamimu!! " Kata Nizam tetapi Arani menggelengkan kepalanya. "Biarlah... Dia sedang emosi. Hamba tidak akan bisa berdiskusi dengan seseorang yang sedang emosi" kata Arani sambil membantu Nizam tetapi Nizam menolak tangan Arani.     

"Jangan Arani, pergillah!! Aku bisa sendiri " Kata Nizam sambil kemudian berdiri dan melangkah pergi meninggalkan Arani. Arani hanya menatapnya dengan perasaan sedih. Nizam yang biasanya begitu gagah perkasa kini tampak tidak berdaya.     

Nizam berjalan terseok - seok dengan wajah babak belur. Ia sesekali memegang dada dan perutnya yang terasa sakit. Tetapi Ia tetap berjalan sendiri bahkan Ia juga menepiskan tangan penjaga yang akan memapahnya. Penjaga itu lalu hanya terdiam dan berjalan mundur tiga langkah. Posisinya harus selalu ada dibelakang Nizam     

Ruangan tempat anak - anaknya cukup jauh dengan ruangan tempat Alena sehingga Nizam membutuhkan waktu yang cukup lama. Dari kejauhan terdengar tangisan bayi yang menangis bersahut - sahutan. Satu sama lain seakan tidak ingin kalah menyuarakan perasaan mereka. Kedua bayi itu terus menerus menangis dan menjerit - jerit. Hati Nizam begitu miris mendengarnya,     

Ketika Ia melangkah masuk para pelayan yang sedang berusaha menenangkan mereka dibantu Bastnah langsung membungkuk memberikan hormat.     

"Assalamualaikum Yang Mulia. Semoga keselamatan, kesehatan dan kebahagian selalu menyertai Yang Mulia " kata mereka hampir bersamaan. Nizam hanya menganggukan kepalanya. Ia kemudian langsung mengambil Axel dan gendongan seorang pelayan dan menimangnya. Para pelayan tampak terheran - heran melihat penampilan Nizam yang babak belur dengan darah yang mengalir dari hidung. Nizam kembali menghapus darah di hidungnya dengan tangan kiri sehingga ketika Ia menggendong Axel, darah ditangannya menempel di pakaian Axel.     

Axel menatap  mata ayahnya. Tangisnya sedikit mereda.  Ia merasakan kehadiran ayahnya sehingga kemudian Ia  hanya merengek - rengek. Mulut mungilnya terbuka dengan lucu. Nizam mengusap keningnya.     

"Axel.. Pangeranku. Jangan menangis Nak, Ini Buya. Apakah Kau merindukan Muya-mu? " Nizam menjadi tercekat ketika melihat mata Axel yang seperti bintang bersinar itu. Nizam lalu menjauh dari kumpulan para pelayan mendekati jendela besar. Ia tidak ingin para pelayan tahu kalau air matanya meleleh membasahi pipinya dan kemudian ketika air mata itu meleleh mengaliri luka di pipi dan bibirnya akibat pukulan Cynthia  menggunakan alas kakinya dan pukulan Jonathan, Nizam meringis menahan sakit walaupun kesakitannya tidak sebanding dengan rasa sakit di hatinya.     

"Axel kamu Haus Nak.. Muyamu masih belum sadar. Maafkan Buyamu, Ini semua kesalahan Buya. Buya yang bodoh. Jangan menangis Nak, Putra Nizam tidak boleh cengeng.." Kata Nizam sambil menangis lirih. Air matanya tidak dapat Ia tahan lagi. Nizam melarang Axel untuk menangis tetapi Ia sendiri  malah menangis.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.